"Hah... lagi-lagi, aku pingsan kah?"
Fourth hanya bisa menghela nafas ketika mengingat kembali kejadian sebelumnya. Ia pun segera menyusuri setiap sudut ruangan yang kosong itu sebelum menghela nafas legah.
"Hah.. mereka sudah pergi kah?"
Menggelengkan kepalanya pelan, ia segera bangkit dari posisi duduknya, sebelum berjalan ke arah jendela kamar. Membuka jendela, ia segera menikmati udara segar pagi itu sambil menyusuri hiruk pikuk kota dihadapannya.
"Hah... tak kusangka aku benar-benar berada di dunia ini." Fourth terlihat menghela nafas, ia kemudian mulai memperhatikan setiap menu yang berada di hadapannya sebelum tiba-tiba mengerutkan alisnya ketika melihat sebuah menu baru yang belum pernah ia lihat pada game Minecraft sebelumnya.
[Path.]
[Locked.]
[Dibutuhkan 15 level untuk membuka.]Fourth mulai menaikkan sebelah alisnya, tatapannya kemudian tertuju pada levelnya saat ini yang masih berada di angka nol.
"Hmm.. apakah sistem level di dunia ini juga berbeda dengan Minecraft original?" Fourth mulai mengelus dagunya.
Sebelumnya, ia memang beberapa kali menjumpai sistem server yang seperti itu, dimana para pemainnya menggunakan level sebagai mata uang dalam permainan. Dimana hal itu digunakan untuk membeli beberapa kebutuhan pemain seperti Buff Effect maupun item.
"Namun, sepertinya sistem server ini agak sedikit berbeda." Fourth mulai mengernyitkan dahinya, ia tentunya ingat dengan kemampuan es yang digunakan oleh Richo sebelumnya. Ia mulai membuat beberapa spesikulasi tentang hal itu sebelum tiba-tiba menggelengkan kepalanya pelan.
"Hah... untuk membuktikannya, kurasa aku memang harus leveling juga kah?", Menghela nafas, pria itu mulai berjalan ke arah pintu. Memegang gagangnya, tangannya mulai bergetar sekali lagi.
Namun ia dengan cepat menahan getaran tangannya itu. Menarik nafas dalam-dalam, ia mulai memantapkan tekadnya sebelum secara perlahan membuka pintu kamar tersebut.
Ia mulai berjalan dengan hati-hati, beberapa kali tubuhnya bergetar, jiwanya seakan-akan meronta untuk keluar ketika bertemu dengan orang-orang yang sepertinya juga tinggal di penginapan tersebut.
Namun, ia dengan mantap mulai menenangkan diri sebelum akhirnya berhasil keluar dari penginapan tersebut.
"Ah... ini.."
Akan tetapi seperti kata pepatah, keluar mulut buaya, masuk mulut singa. Ia hanya bisa tersenyum pahit ketika melihat begitu banyak orang berlalu lalang di sekitar area perkotaan tersebut.
***
"Hei, sapi-san kau mau kemana!?"
Di suatu tempat, terlihat seorang pria berambut putih sedang mengejar sapi-sapi didalam sebuah pagar es yang membatasi pergerakan para sapi tersebut. Ia terlihat mengejar para sapi itu dengan senyum brutal, membuat para sapi berlari kocar kacir.
Seorang wanita berambut merah hanya menghela nafas ketika melihat hal itu, ia kemudian mulai mengalihkan pandangannya ke arah kedua rekannya yang juga melakukan hal yang sama.
"Hah.. ketua, kau tidak akan bisa menenangkan mereka jika kau tidak menghilangkan senyum brutal mu itu." Ratha terlihat bisa menghela nafas yang segera dibalas dengan senyuman canggung dari pria berambut putih itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Of Reality Server
FantasyFourth, seorang remaja yang terjebak di sebuah server terkutuk dalam permainan Minecraft yang ia temukan dalam website terlarang. Mampukah ia bertahan hidup dan keluar dari dalam server terkutuk itu? semuanya berada di tangannya sendiri...