Avilio baru saja bangun.
Tubuhnya terasa lemas, mual dan kepalanya sakit. Ingatan terakhirnya adalah ketika dia terjatuh di tangga sebuah club setelah berkelahi dengan orang asing yang ia duga memiliki hubungan dengan Black Stone. Benar saja, ketika meraba dahi, ada bekas luka jahitan kecil di sana. Sekarang, mengetahui dirinya berada di tempat yang antah-berantah dengan keadaan menyedihkan, hati Avilio hancur berkeping-keping.
Dia gagal.
Dia merasa gagal dalam misi yang ia buat sendiri.
Apa kata ayahnya nanti? Jangankan menjadi penerus Don, menyadi Konselor seperti Eric saja Avilio merasa tidak layak. Dia menggelengkan kepala. Jangan bandingkan dengan Eric, orang itu memang terlalu luar biasa, terlalu sulit untuk disetarakan dengan kebanyakan orang meskipun anehnya dia selalu menolak diberi jabatan lebih tinggi padahal mampu dan layak.
Mengingat Eric, Avilio langsung menggerayangi jaket dan saku celana. Dia tidak menemukan ponsel dan dompet. Lalu, tas berisi pendapatannya dari balap liar juga hilang. Sial! Double, triple sial!
"Akh." Avilio merintih pelan. Dia turun dari ranjang berkasur tipis menuju pintu tunggal yang terbuat dari kayu.
Cklak ... Cklak ...
"Ayo buka! Tidak ada untungnya kalian menculikku." Pintu kayu terus digedor dengan lemah, tapi tidak ada sahutan. Pemuda itu mulai menggerutu. Pandangannya menelusuri ruangan sempit ini.
Ada sebuah jendela yang dipasang jeruji besi pada kusennya, Avilio berusaha membuka jendela itu untuk melihat seperti apa keadaan di luar sana. Siapa tau dia bisa mengira-kira di mana dirinya berada sekarang. Engsel jendela berderit dan hanya mampu dibuka selebar sepuluh senti sebab tangan Avilio tertahan pada jeruji besi dan tidak bisa mendorongnya lagi.
Ia melihat pepohonan yang rimbun, begitu banyak, menyerupai hutan dengan kegelapan di bawah dahan-dahannya. Lahan tanah berumput tampak basah dan ada yang terendam air berwarna keruh. Sebisa yang ia lihat, Avilio tidak menemukan tempat tinggal manusia lainnya.
Sebenarnya di mana Black Stone atau siapalah itu menahanku?!
Bunyi gemerencing kunci dari luar ruangan membuat Avilio refleks menoleh. Begitu pintu terbuka, dia bertemu pandang dengan seorang pria yang tidak begitu familier, namun ia berani bersumpah rasanya pernah melihat wajah itu di suatu tempat.
"Aku Derry, orang yang dibayar untuk membawamu ke tempat ini." Derry mengaku tanpa perlu didesak. Dia meletakkan sepiring roti bakar dan telur dadar serta segelas air putih di meja kecil.
Ekspresi Avilio campur aduk, antara terkejut dan percaya-tidak percaya. Masalah ini terlalu serius jika dianggap lelucon, tapi anehnya Avilio berharap seperti itu. Selebihnya dia juga merasa awas. Orang itu ... Yang dia lihat semalam.
Pintu di belakang punggungnya tetap dibuka lebar, jelas sekali Derry melakukan itu dengan sengaja. Seolah memberikan dua pilihan, kau bisa menerobosnya jika kau mau mencoba, atau lebih baik diam di sini beberapa saat untuk mendengar penjelasanku.
Avilio bukan tipe orang impulsif. Meski kadang hasrat yang menggebu menyeretnya dalam sebuah masalah seperti saat ini, tapi tak dapat dimungkiri bahwa pemuda itu masih banyak melibatkan pikiran sebelum bertindak. Ia membuktikannya dengan tetap tinggal dalam ruangan tersebut bersama dengan Derry yang hendak menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Race
RandomSeorang putra dari Don mafia diculik di club malam? ✳Disarankan baca mode item