Reputasi Avilio Rosswald sebagai juara di lintasan balap liar juga melekat pada Ninja ZX 14R miliknya.
Kapanpun ia berhasil menembus garis finish di urutan pertama dan melakukan selebrasi ditemani para umbrela girl, motornya senantiasa menemani. Fitur gagah dan berotot sering dielus beriring dengan decak kagum. Mereka bilang, Avilio dan kendarannya adalah pasangan serasi.
Motor sebagus dan sehebat apapun, kalau pengendaranya tidak becus mana mungkin bisa jadi juara.
Untungnya Derry sempat menghentikan Avilio yang terburu-buru hendak pergi. Pemuda itu disuruh berganti motor.
Dan inilah dia sekarang.
Kikuk, manis, dan polos. Mencerminkan anak jelang usia dua puluhan yang belum terkontaminasi hal-hal negatif. Kening Avilio berkedut menatap pantulan dirinya yang memakai helm bogo di kaca spion bulat. Tak menyangka Derry memilih motor matic warna merah sebagai ganti kendaraannya yang gahar.
"Apa-apaan motor ini?" Avilio memberi imbuhan kata umpatan kekinian di akhir kalimatnya.
Derry bersandar di pintu sambil memegang gelas kumur untuk sikat gigi. Dia dengan santai menjawab, "Pakai saja. Kalau tidak mau silakan jalan kaki. Aku tidak sudi meminjamkanmu mobil."
"Kalau begitu biarkan aku pakai motorku sendiri."
"Kau ini bodoh atau apa? Sia-sia aku menyembunyikanmu jika kau terang-terangan bongkar image. Bisa tidak jangan jadi laki-laki caper?"
"Setidaknya biarkan aku memakai helmku sendiri."
"Jangan cerewet. Helm yang kau pakai sekarang adalah pasangan yang tepat untuk motor itu."
"Cewek mana yang mau denganku kalau begini?"
Derry berkacak pinggang. "Perempuan yang baik tidak akan memandang lelaki dari kendaraannya."
Avilio berdecak. Percuma saja meladeninya berdebat. Akhirnya pemuda itu menstarter mesin motor, sengaja menarik gas nya berulang-ulang dengan kencang sebelum ia pergi. Meninggalkan kawasan sepi penduduk itu.
Menurut cerita Derry, rumah yang mereka tinggali sekarang memang sengaja digunakan untuk bersembunyi. Letaknya berada di atas tanah pribadi yang luasnya minta ampun. Lelaki itu menyulap lahan sebesar ini menjadi sebuah ladang yang lebih mirip sebuah hutan kecil. Pohon-pohon berkambium tebal tumbuh tinggi menjulang di bagian belakang, sementara bagian depan berbaris pohon jagung tampak sedikit lebih terawat.
Keluar dari area ladang, Avilio masih harus bergelut dengan jalanan berlubang. Meskipun kesal, tapi pemuda itu membawa motor dengan hati-hati agar bagian bawahnya tidak tergesek batu atau tanah yang keras. Makin jauh, jalan semakin baik. Begitu berbelok di persimpangan depan, mulai tercium aktivitas manusia modern. Gedung dan ruko berjejer, kendaraan bermotor, anak-anak sekolah yang membolos. Avilio menarik napas lebih lega ketimbang saat masih berada di lingkungan yang segar.
Sekarang tinggal memikirkan bagaimana cara Avilio mendapat informasi seputar balap liar di kota ini.
Sebuah bengkel merangkap tempat cuci kendaraan menjadi tempat pemberhentiannya yang pertama. Avilio memarkirkan motornya dengan rapih di samping Hayabusa yang sudah dimodifikasi di sana-sini. Meski kurang percaya diri dengan kendaraannya, untung saja sabun beraroma lemon dan parfum spray khas lelaki jantan bisa mendongkrak penampilan.
Sambil melangkah masuk, Avilio membenahi masker dan jaket kulitnya. Ia melirik arloji yang dipinjamkan Derry. Sekarang sudah pukul sepuluh, ada banyak anak-anak muda sepantarannya berekerumun melakukan eksperimen dengan body motor, saling konsultasi, atau hanya sekedar mengobrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Race
RandomSeorang putra dari Don mafia diculik di club malam? ✳Disarankan baca mode item