"Nev dan Lix, ini bayaran kalian."
Samuel Giovani saat itu ada di sebuah gudang tua milik Evo. Pria berambut ikal tersebut menyaksikan bagaimana Leo Volker membagikan amplop berisi lembaran uang pada dua pria muda dengan wajah dan tubuh serupa tapi berbeda warna rambut.
Mereka adalah pembunuh bayaran yang telah Samuel sewa untuk membunuh mantan Don serta Konselornya. Seharusnya Avilio juga, tapi bocah itu sudah keburu hilang duluan. Lewat Evo, Samuel mendapatkan rekomendasi pembunuh bayaran terbaik, lewat Evo pula upah jasa itu mengalir.
Jujur saja, hal ini membuat Samuel takut akan utang yang sudah menumpuk. Tentu saja dia memikirkan bagaimana caranya membalas kebaikan yang selama ini Evo limpahkan pada Arcero.
"Woaah!" Nev berseru senang karena amplopnya terasa tebal. "Kau memberi kami banyak bonus yaa? Terimakasih!"
"Terimakasih." Meskipun reaksi Lix lebih tenang, tapi matanya juga berbinar senang.
Samuel hampir tidak percaya bahwa dua orang itu adalah pembunuh bayaran. Mereka seperti anak-anak polos yang baru saja mengerjakan tugas sekolah. Padahal jika menilik profil singkat keduanya, Nev dan Lix yang berusia dua puluh empat tahun itu merupakan jajaran pembunuh terbaik di Oxies, tempat bekerja mereka sekarang.
"Di mana yang satunya? Marcell?" Leo masih mengacungkan satu amplop lagi.
Nev dan Lix bilang bahwa orang itu yang menembak Andrew Rosswald tepat di jantungnya. Samuel jadi penasaran berapa bonus yang didapatkan untuk pembunuh Don. Namun sosok pria tinggi minim ekspresi itu tidak menampakkan diri di dalam ruangan.
"Dia merokok di luar," jawab Lix. "Katanya tidak mau menerima bayaran."
"Lho?"
Tentu saja Leo dan Samuel bingung. Mereka berpandangan sejenak lalu menatap si kembar meminta alasannya yang dijawab dengan gelengan kepala dan bahu terangkat kecil.
Leo berjalan ke luar bangunan gudang disusul oleh Samuel dan si kembar. Menemukan Marcell berjongkok di tepi teras sembari mengembuskan asap rokok.
"Bro, kau belum ambil bayaranmu," ujar Leo mencoba bersikap akrab. Marcell juga termasuk masih muda, hanya satu tahun lebih tua dari Nev dan Lix. Kebetulan Don Evo yang terkenal flamboyan itu orang yang fleksibel, ia percaya diri bisa akrab dengan anak muda manapun meski usianya sekarang sudah tiga puluh enam.
Marcell menoleh, dia lantas menginjak batang rokoknya kemudian berdiri. "Sir? Maaf, saya tidak bisa menerimaanya."
Leo mengerjap. Tidak menyangka dengan kadar kekakuan pemuda itu.
"Kenapa tidak bisa?"
Gelagat yang Marcell tunjukkan menandakan dirinya tidak nyaman. Mungkin dia sendiri juga tidak tau apa alasannya, tapi Leo harus tau apa yang membuat Marcell berpikir seperti itu. Bukan perkara upah saja, siapa tau ada sesuatu yang Marcell sembunyikan dalam pekerjaannya.
"Saya merasa tidak pantas."
"Tapi kau sudah melakukan tugas dengan baik. Andrew Rosswald tewas dengan sekali tembak, mengenai jantungnya. Itu akurasi yang bagus. Setidaknya anggota Arcero yang tidak mengetahui hal ini tidak akan bertambah berang karena mengetahui bos nya mati dengan rapih, bukan tubuh hancur tercerai berai."
"Itu karena dia diam saja." Marcell menatap Samuel. "Katanya Don Arcero akan melarikan diri jika Konselornya berhasil mengulur waktu? Aku melihatnya terdiam di halaman belakang hampir tiga menit dan dia tidak terlihat panik."
Samuel membalas dengan tatapan santai bercampur bingung. "Baguslah kalau dia tidak banyak bergerak dan menerima kematiannya. Apa masalahmu?"
"Itu berarti ... Bukan saya yang membunuhnya. Dia membunuh dirinya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wild Race
RandomSeorang putra dari Don mafia diculik di club malam? ✳Disarankan baca mode item