gloves #5

485 116 9
                                    

Doyoung tiba tiba merasa kepalanya sangat berat saat hendak mengambil sketsa di kamar Yedam. Pandangannya kabur. Dan kemudian dia tidak mampu lagi membuka matanya. Yang dia ingat setelah itu hanya hitam.

"Dobby, dobby." Hal pertama yang Doyoung dengar ketika dia berusaha membuka mata adalah suara manis milik Yedam. Dia mengerjap-ngerjap, berusaha mengumpulkan cahaya untuk bisa melihat sekitar.

Atap putih, Yedam, dan makhluk dengan sayap hitam besar di sudut ruangan. Tunggu apa yang baru saja dia lihat? Doyoung menutup matanya lagi kemudian kembali memandang ke sudut ruangan. Namun tak ada apa apa disana. Kepalanya berdenyut. Doyoung tak ambil pusing, dia menganggap yang dia lihat tadi hanya halusinasi.

"Dobby, sudah bangun?" Yedam berdiri dari duduknya. Doyoung dapat melihat rasa kekhawatiran dimata Yedam. Hatinya mendadak mendesir hangat.

"Mengkhawatirkanku ya?" Tanya Doyoung refleks, sambil berusaha mendudukkan dirinya, bersandar di kepala ranjang.

Yedam mengangguk. "Tentu saja, bagaimana aku tidak panik, dirimu tiba tiba pingsan." Kata Yedam.

Ah ternyata tadi dia pingsan. "Berapa lama aku pingsan?"

"Seharian, lebih tepatnya 23 jam." Jawab Yedam, Doyoung tentu saja kaget. Selama itu? Dia merasa hanya menutup mata beberapa detik.

"Awalnya kami pikir hanya pingsan biasa, paling lima menit bangun, kata Hyunsuk hyung begitu. Tapi setelah dua jam tidak bangun juga jadi Hyunsuk dan aku membawamu ke rumah sakit ini." Jelas Yedam lagi.

Doyoung mengedarkan pandangannya. Benar, dia tidak lagi ada di kamar Yedam yang memiliki wangi lavender. Bau obat-obatan memenuhi indera penciumannya.

"Kata dokter dirimu terlalu lelah dan mungkin stress banyak pikiran, tapi entahlah dokterpun tidak yakin." Yedam kembali berbicara, menjelaskan secara rinci pada Doyoung kemudian menunjuk obat yang sudah dia tebus di apotek, sekantung penuh vitamin.

"Padahal aku tidak memikirkan apapun." Gumam Doyoung.

Mata Yedam menyelidik memadangnya. "Benarkah? Tapi kata dokter dirimu stress terlalu banyak pikiran lalu imunitasmu menurun."

Doyoung mengangguk dengan tegas. Kemudian dia terdiam lalu menggeleng.

"Lihat kau berbohong! Apa yang sedang kau pikirkan Kim Dobby?" Kata Yedam dengan nada penuh ingin tahu.

"Setelah aku pikir pikir, selama beberapa minggu ini aku memang sedang memikirkan sesuatu hingga aku gila karena terus memikirkannya." Kata Doyoung, dia memberi jeda sebelum menyambung kalimatnya, membuat Yedam menunggu dengan tidak sabaran.

"Aku terus memikirkan apa benar Yedam dengan hati yang sangat baik, wajah manis, dan suara yang tidak kalah manis itu betulan manusia? Aku rasa Yedam itu malaikat." Doyoung memberikan senyum manisnya kepada Yedam. "Itu yang terus aku pikirkan." Tuntasnya

Pipi Yedam seketika memerah. Entah kenapa. "KIM DOYOUNG JANGAN BERKATA SEPERTI ITU AKU MALU!"

***

Dreeet dreet dreet

Doyoung mengambil ponselnya yang kembali berdering. Tanpa melihat siapa yang memanggil, Doyoung langsung mengangkatnya.

"Aku sedang meminum obatku hyung, akan aku kirim gambar buktinya kepadamu. Sabar." Kata Doyoung dengan nada sedikit kesal.

Tiga hari terakhir setiap jam 7 pagi, 12 siang dan 8 malam Yedam terus saja menelponnya. Awalnya sih dia senang, tapi masalahnya setiap Yedam menelfon dia harus mengirimkan gambar kalau dia sudah meminum beberapa pil obat. Dan Doyoung benci meminum obat.

Gloves - DODAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang