Tre

11 7 6
                                    

Segala tawaran bagus sudah Yuna berikan kepada Geo, supaya lelaki itu menyetujui permintaannya. Dari penawaran menarik seperti mengerjakan PR, hingga mentraktir makan siang selama seminggu di kantin. Semuanya Geo tolak mentah-mentah.

"Pantes aja di tolak" Ucap Lucas yang sedang fokus menyetir.

"Emang kurang bagus apa penawaran gue?"

Lucas menghela napas, "Lo mau ngerjain PR dia? Orang dia ketos, ya pasti lebih pinter dari lo lah. terus lo mau traktir dia seminggu? Keluarga dia tajir Yun, pasti gak butuh traktiran lo"

Walaupun ucapan Lucas sedikit menohok hati, Tetapi kalau dipikir-pikir semua itu ada benarnya juga.

"Iya juga sih. Terus gimana dong?"

Mobil Lucas kembali memasuki area parkiran. Untung saja jalanan hari ini tidak terlalu padat, jadinya mereka sampai lebih cepat dari hari kemarin.

"Kalau tentang ketos gue gak tau deh. Lagian juga dia kan sekelas sama lo, pasti lo lebih kenal dia dong" Lucas sambil melepas seatbelt.

"Kalau gue tau juga gue gak bakal nanya lo, Udin" ucap Yuna kesal, kemudian keluar dari mobil duluan.

Baru jalan beberapa langkah dari mobil Lucas, mata Yuna mendapati Geo sedang bersama kedua perempuan di samping kanan dan kirinya.

Mereka bertiga melewati Yuna begitu saja. Mungkin karena kertas yang Geo pegang sangat penting, jadinya mereka tidak terlalu memperdulikan sekitar.

"Ngapain masih disini?" tanya Lucas yang sudah berdiri di samping Yuna.

"Tugas OSIS apa aja si?" tanyanya yang masih memandang punggung Geo.

"Kenapa lo tiba-tiba tertarik sama OSIS?"

Yuna tersenyum sumringah, "Kepo" ucapnya, kemudian meninggalkan Lucas yang masih menatapnya bingung.

Selama pelajaran berlangsung, mata Yuna terus menatap punggung lelaki yang berada di meja paling depan. Pikirannya terus bekerja, mencari cara untuk bisa mendekati Geo.

"Oke, Kalau gitu ibu mau bertanya sama Yuna. Yuna tolong beri kesimpulan tentang penjelasan ibu tadi" ucap Suyeon mengetahui kalau Yuna tidak memperhatikannya.

"Ayuna?" panggil suyeon, tetapi belum ada respon.

"AYUNA KERENIA!" Teriak suyeon habis kesabaran.

Seketika seluruh mata menatap ke arah Yuna, termasuk Geo.

"I-Iya Bu?" jantung Yuna seakan ingin keluar mendengar teriakan Suyeon.

"kamu mending ke ruang BK sekarang!" suruh Suyeon tegas.

"Loh kenapa Bu?"

"Pake nanya lagi kamu. Dari tadi kamu gak merhatiin pelajaran saya kan?" wajah Suyeon terlihat sangat serius.

"M-maaf Bu"

"Cepat ke ruang BK!" suruh Suyeon lagi.

"Baik Bu" Yuna menuruti suruhan Suyeon.

Untuk pertama kalinya dirinya memasuki ruang BK karena suatu masalah. Ruangan dingin dengan sofa panjang yang empuk membuat seorang nyaman jika berlama-lama disini.

Tak lama Nayla masuk ke ruangan, memandang remeh ke Yuna, Kemudian duduk di kursi yang berada di belakang meja.

"Tadi Suyeon minta tolong saya buat ke ruang BK, dan dia nyuruh untuk ngasih point pelanggaran ke kamu. Tapi sebelum itu saya tanya dulu, tau kesalahan kamu apa?" Nayla membuka suara.

"Tau Bu"

"Apa?"

"Gak merhatiin pelajaran Bu Suyeon" ucap Yuna sambil menunduk.

"Siap nerima hukuman?" tanya Nayla sedang sibuk menulis di atas selembar kertas.

"Siap Bu" jawab Yuna pasrah.

"Di skors ya?"

"Bukannya Bu Suyeon nyuruh ibu untuk memberikan point saja ya?"

"Iya kata dia. Tapi disini saya yang mendapat tugas di ruang BK, jadi terserah saya dong"

Pintu ruangan BK kembali terbuka, Doni sebagai guru penjaskes memasuki ruangan bersama dengan Sandra dan Sisy di belakangnya.

"Bu, mereka cabut saat pelajaran saya buat ngerokok dibelakang sekolah. Tolong di kasih hukuman yang sesuai aturan sekolah" Ucap Doni pada Nayla.

"Siap pak"

"Terima kasih Bu" setelah mengucapkan itu Doni meninggalkan ruangan.

"Bu saya pake kartu aja deh ya" Sandra duduk di kursi yang berada di depan Nayla.

"Kamu bawa?" tanya Nayla dengan suara dan nada yang berbeda dari biasanya.

"Bawa nih Bu" Sandra dan Sisy menunjukan kedua kartu bewarna Gold.

Yuna terus mengamati ketiga perempuan di depannya. Kartu bewarna Gold yang Sandra dan Sisy pegang, itu pertama kali Yuna melihatnya.

"Yaudah, kalian keluar sekarang" suruh Nayla kepada Sandra dan Sisy.

"Makasih ibu" ucap keduanya.

Sebelum benar-benar keluar, Sandra menatap Yuna sambil tersenyum remeh.

"Kok mereka boleh keluar Bu?" Tanya Yuna.

"Bukan urusan kamu" ucap Nayla masih fokus dengan kertas itu.

"Tapi itu bakal jadi urusan saya. Jelas-jelas mereka berdua masalahnya lebih parah dari saya" protes Yuna.

"Kok kamu yang ngatur? mau saya laporkan kepada kepala sekolah?" ancam Nayla.

Setelah selesai dengan tulisannya, Nayla memberikan kertas kecil yang berisi hukuman dan point untuk Yuna.

"Ibu beneran ngeskors saya?" Tanya Yuna tak habis pikir

"Itu karena kamu tadi protes. Dan sekarang kamu boleh keluar" Ucap Nayla.

"Saya gak akan keluar sampai ibu menjelaskan kenapa Sandra dan Sisy bisa keluar begitu aja, dan sampai ibu mengganti hukuman saya yang sesuai dengan peraturan sekolah" ucap Yuna masih terduduk di sofa.

"Kamu kok ngelunjak ya, mau saya tambahin lagi hukumannya?"

"Silahkan aja. Tapi saya gak akan ngejalanin hukuman itu" Ucap Yuna berani.

Nayla membanting pulpen ke meja, "Kamu lama-lama mulai berani ya?!" Suara Nayla meninggi.

"Maaf Bu, untuk kali ini saya harus sedikit berani sama ibu" Ucapan Yuna semakin membuat Nayla murka.

Nayla beranjak dari duduk, menghampiri Yuna, menarik kasar baju Yuna, kemudian mendorongnya keluar dari ruang BK.

Badan Yuna yang tidak bisa menjaga keseimbangan terjatuh terduduk di lantai.

Karena sudah memasuki jam istirahat, jadi banyak murid yang melihat kejadian tersebut. Dan langsung berdiri mengelilingi Yuna dan Nayla.

"KAMU MAU DIKELUARKAN DARI SEKOLAH?!" Teriak Nayla mengundang perhatian.

Yuna bangun dari posisinya, "Harusnya ibu yang dikeluarkan dari sini!"

PLAAK

Pipi kiri Yuna terasa memanas, dan semakin memerah karena tamparan keras dari tangan Nayla.

"MASIH BERANI KAMU SAMA SAYA?!" Teriakan Nayla sekarang berhasil mendatangkan guru.

"Jawaban saya masih sama Bu" ucap Yuna dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Ada apa ini Bu?" tanya Doni yang berdiri di samping Yuna.

"Yuna, Pipi kamu" Suyeon memegang pipi Yuna.

"Murid kamu gak punya sopan santunnya sama saya ya, Suyeon" Ucap Nayla kesal.

"Maaf Bu" ucap Suyeon.

"Bu, kok ibu malah minta ma--"

Ucapan Yuna berhenti karena Suyeon mengelus punggungnya.

Kejadian tadi bukanlah hal biasa. Kalaupun keributan tadi tersebar hingga ke kepala yayasan sekalipun dan terbukti semua itu kesalahan Yuna. Dia siap menanggung apapun risikonya.

ALURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang