Sepulang sekolah Zoya tak berniat melakukan kegiatan apapun, berbeda dengan hari-hari biasanya ia selalu bersemangat untuk membaca kembali buku-bukunya. Mengulas kembali materi yang telah diberikan gurunya di sekolah tadi. Sesekali ia memegang pipinya yang bersemu merah mengingat perlakuan Abi padanya, hanya hal kecil yang dilakukan Abi padanya tapi dampaknya sangat besar terhadap Zoya.
Suara ketukan pinta terdengar dari luar membuat Zoya tersadar dari lamunannya. Segera ia membuka pintu kamarnya. Monika berdiri disana dengan baju santainya dan tas gendong yang berada di punggungnya.
"Lo belum ganti baju Zo ?" Monika meneliti penampilan Zoya yang tampak kusut
"Lo ngapain kesini ?"
"Ngapain aja lo? chat gue gak lo bales. Daripada tugas kita gak jadi trus dihukum, mending gue samperin Lo kesini. Jangan bilang lo lupa sama tugasnya ?"
"Ya ingetlah. Itu tadi gue ketiduran gak liat hp"
Monika menerobos pintu kamar Zoya dan langsung duduk di atas ranjang Zoya. Ia mulai mengeluarkan beberapa buku dan alat tulis dari tasnya, melihat Zoya yang masih berdiri di depan pintu kamar membuat Monika geram.
"Sini zo ! gue satu kelompok sama lo karna gue andelin lo. Yang jago kimia elu. Gak bakal selesai ni tugas kalau gue yang kerjain"
"Iya bentar, mau ganti baju dulu" Zoya mengambil bajunya di lemari dan segera menuju toilet.
Zoya sedang sibuk berkutat dengan rumus-rumus kimia di bukunya, sedangkan Monika malah asik makan brownis yang dibawakan bundanya Zoya. Padahal Monika yang semangat mau bikin tugas, ujung-ujungnya Zoya sendiri yang sibuk.
"Zo"
Monika menoel-noel pipi Zoya, empunya malah tak peduli dan tetap sibuk dengan dunia kimianya. Sampai akhirnya Monika mencubit pipi Zoya gemas
"Aaaa....Lo kenapa sih ? Sakit nih!"
"Lo ngerasa aneh gak sama diri lo sendiri ?"
"Biasa aja tuh"
"Ada yang berubah zo, tapi apa ya ?"
Monika memegang dagunya, menampakkan wajah serius yang tengah berpikir keras.
"Penampakan lo sih ga ada yang berubah. Gue tahu ! sikap lo yang aneh, dari pagi lola terus"
Monika menyipitkan matanya "jangan-jangan, ada sangkut pautnya sama si Abi"
Zoya tersentak dengan apa yang dikatakan Monika, segera ia menyembunyikan kegugupannya dengan mencoba mengambil buku tulis dan menulis rumus kimia disana.
Melihat kegugupan Zoya, Monika kembali merebut buku dan pulpen yang diambil Zoya kemudian ia letakkan di belakang punggungnya.
"OMG gak nyangka gue, tadi gue asal tebak aja. Ternyata bener"
"Eng-"
"Gak usak ngelak, keliatan banget zo" Monika memotong ucapan Zoya
Kali ini Zoya tak bisa mengelak lagi, Monika benar-benar sudah memojokkannya tebakannya juga tepat sasaran sekali. Berkali-kali Zoya mencoba mengalihkan perhatian Monika dengan memintanya kembali fokus pada tugasnya. Namun usahanya sia-sia karena Monika merapikan semua buku dan memasukkan kembali ke dalam tasnya.
"Jujur aja zo, kita kan sahabat suka duka harus selalu kita bagi" ujar Monika mencoba merayu Zoya
"Kayaknya gitu sih" sahut Zoya pasrah
"Miris banget lo"
Mendengar ucapan Monika Zoya mendelik ke arahnya, sedangkan Monika malah menampakkan wajah tak berdosanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Bukan Cinta
Teen FictionZoya yang tak bisa melupakan cinta pertamanya dengan Abi, teman sekelas sewaktu SMP. Dua tahun telah berlalu kini ia kembali dipertemukan dengan Abi, kali ini Zoya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menunjukkan perasaannya pada Abi. Hari dem...