Pagi ini Zo merasa lemas sekali, padahal hari ini hari Senin seharusnya ia lebih bersemangat untuk memulai harinya. Zo memasuki kelas dengan wajah lesunya, sampai di bangkunya ia segera mendudukkan diri sambil menelungkupkan kepalanya di meja.
Cetak
Sebuah sentilan mendarat di pelipis Zo.
"Sakit Lo ?" Tanya Ardan
"Elu tu yang nyakitin gue" jawab Zo ngengas sambil mengusap-usap pelipisnya.
Sementara pelakunya malah pergi begitu saja, seolah tak pernah melakukan dosa apapun.
Upacara bendera tinggal beberapa menit lagi, suara osis juga sudah terdengar berkali-kali memerintah siswa untuk segera berkumpul di lapangan. Namun Zo masih berada ditempatnya, sibuk mengubrak-ngabrik isi tasnya. Seingatnya ia tak pernah memindahkan topi upacara dari tasnya, kenapa sekarang malah gak ada.
Merasa frustasi Zo mengeluarkan seluruh isi tasnya di atas bangku, tapi nihil ia masih tak bisa menemukan topinya. Kalau gini caranya Zo gak bakal bisa ikut upacara dan sudah pastinya ia harus mencari alasan yang tepat.
"Lo kenapa Zo ?" Abi yang datang ke kelas bertanya melihat kondisi Zo yang tampak uring-uringan.
"Topi gue gak ada, kayaknya ketinggalan di rumah"
"Pake punya gue aja" Abi lantas menyerahkan topinya pada Zoya
"Trus lo ?"
"Udah pake aja, cerewet banget sih lo" Ujar Abi seraya memasangkan topinya di kepala Zo.
"Tap..."
"Udah sana, jangan bacot" Kali ini Abi mendorong bahu Zo menuju luar kelas.
Di lapangan Zo masih clingak-clinguk mencari keberadaan barisan teman-teman sekelas. Sebelum akhirnya terdengar suara dari arah timur.
"Woii.... Sini Zo" Monika melambai-lambaikan tangannya
"Lama banget sih lo"
"Nyari topi gue"
"Sekarang udah ketemu ?"
"Belum"
"Yang di kepala lo tu apa ?"
"Punya Abi"
"Wow coo cweet" ujar Monika
"Gue baris dimana ni ?"
"Depanlah, lo kan pendek"
Zo memutar bola matanya malas namun ia tetap menuruti perintah Monika. Mau bagaimana lagi, Zo itu pendek memang kenyataan.
Sepanjang upacara Zo sempat mengedarkan pandangannya berkali-kali, tapi ia tak bisa menemukan keberadaan Abi.
Akhirnya setelah selepas upacara bendera usai Zo bisa melihat keberadaan Abi. Abi tengah duduk di bangkunya sambil membaca buku.
"Woii enak banget lo gak ikut upacara" Ardan menepuk bahu Abi.
"Kenape Lo ?" Reza mendudukkan dirinya di atas meja Abi.
"Serah guelah" Jawab Abi asal
Zo merasa bersalah karena dirinya Abi gak bisa ikut apel, terlebih lagi ia bisa saja di hukum. Untuk memastikannya Zo berniat untuk bertanya langsung pada Abi. Tapi tidak sekarang, jam pertama udah mau mulai, mungkin istirahat nanti ia akan menanyai Abi sambil mengembalikan topinya.
Sengaja Zo beralibi bahwa dirinya sedang tidak lapar pada Monika agar bisa menemui Abi. Untungnya Abi juga tak berniat keluar kelas, setelah semua orang keluar kelas Zo berjalan mengarah ke bangkunya Abi.
"Makasih" Ujar Zo sambil menyerahkan topinya Abi
Abi hanya tersenyum menanggapi Zoya.
"Lo gak dihukum kan ? Eeemm maksud gue lo kan gak ikut apel"
"Tenang aja, gue gak ikut karna gue males aja. Makanya gue kasih topi gue ke elo"
"Yaudah, tapi makasi yaa"
"Yaelah, topi doang Zo"
"Okee, kalau gitu gue duluan yaa" Ujar Zo keluar kelas.
Berjalan di koridor Zo melihat beberapa temannya tengah asik berpacaran. Tempat ini memang menjadi spot untuk berpacaran, meski mereka sering digusur guru atau osis yang bertugas mungkin hal ini bukan permasalahan besar bagi mereka.
Tak punya tujuan, Zo memutuskan untuk pergi ke perpustakaan saja. Suasana tenang ditemani deretan buku yang berjejer rapi di rak perpustakaan merupakan pilihan terbaik disaat Zo merasa suntuk seperti ini.
Anatomi Fisiologi, buku ini cukup menarik perhatian Zo. Sebenarnya Zo suka kimia tapi akhir-akhir ini dia juga tertarik dengan Anatomi, berasa mengenal lebih dalam mengenai apa yang ada di tubuhnya.
Deritan kursi terdengar dari arah samping Zo, menandakan ada orang yang tengah duduk di sampingnya. Benar saja saat menoleh Zo melihat Monika dengan dua cup es krim di tangannya.
"Calon Bu dokter"
"Apaan sih"
"Suka banget sih lo nongkrong disini, diajak ngantin gak mau. Nih buat lo" Monika menyodorkan satu cup es krim pada Zo
"Thanks yaa" Zo menerima es krim itu dan segera berdiri hendak keluar.
"Mau kemana lo ?"
Zo menunjukkan es krim dan sendok yang ada di tangannya.
"Disini juga bisa kali"
"Lo gak tahu aturan ke perpus ?"
"Gak ada pengawas Zo, aman. Sekali-kali gelanggar gak masalahlah. Lagian pelanggarannya gak gede-gede amat"
Zo tak berniat menyangkal pernyataan Monika, kali ini ia kembali mendudukkan diri di kursinya seperti semula.
"PDKT lo sama Abi berjalan lancar yaa, gue liat kalian lebih sering berinteraksi dibandingkan SMP dulu"
"Keliatannya gitu ya ?"
"He,em." Jawab Monika sambil menganggukan kepalanya, "tapi lo seneng kan ?"
"Gak tahu"
"Kok gitu sih, bukannya lo sendiri yang bilang kalo lo suka sama dia"
"Tapi gue gak paham juga sih sama perasaan gue, akhir-akhir ini rasanya biasa aja. Gak wah banget kayak di awal."
"Mungkin lo emang udah gak suka sama dia, perasaan itu kan bisa berubah. Tapi lo itu masih penasaran"
"Penasaran ?"
"Iyaa dulu lo suka sama dia, tapi belum terealisasi. Maksud gue lo belum tahu gimana rasanya deket sama dia"
"Saran gue, sekarang lo jalanin dululah sambil cari tahu gimana perasaan lo ke dia" Lanjut Monika
"Gitu yaa ?"
"Mau gimanapun akhir hubungan lo sama dia, gue pasti dukung lo Zo"
Zo tersenyum mendengar penuturan Monika ia mengulurkan tangannya ke arah Monika, Monika juga menerima uluran tangan Zo "Thanks yaa, lo emang bestfriend gue"
"Sip dah, mungkin gue sering gonta-ganti pacar tapi untuk sahabat tetep lo doang" Ucap Monika
Hai, hai
Aku baru bisa update ni
Semoga suka sama chapter ini yaa
Jangan lupa tinggalkan jejak
Vote dan komennya 😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Ternyata Bukan Cinta
Fiksi RemajaZoya yang tak bisa melupakan cinta pertamanya dengan Abi, teman sekelas sewaktu SMP. Dua tahun telah berlalu kini ia kembali dipertemukan dengan Abi, kali ini Zoya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menunjukkan perasaannya pada Abi. Hari dem...