Pukul 2 siang,di sebelah pos satpam, aku duduk di bangku panjang sendirian dengan earphone yang terpasang di telingaku, comethru - jeremy zucker ft bea miller. Seperti remaja pada umumnya,aku masih dengan ponsel yang ada di genggamanku. Tadi pagi aku diantar kakakku,Amira dan sekarang aku sedang menunggunya untuk menjemput ku. Dia bilang dari jam satu tadi sudah on the way,tapi sampai sekarang tidak menampak batang hidungnya. Untung saja disekolah baruku ini Wifi-nya banyak banget dan lancar,haha. Aku tidak salah memilih sekolah,pikirku.
"Dijemput dek?"
Aku mendongakkan kepalaku. Sekitar dua langkah di depanku terdapat seorang cowok bertubuh tinggi yang sangat tinggi itu sedang menatapku. Sangat....tampan.
Eh.. aku melepas earphone ku. "Iya" jawabku singkat
"Jam berapa?"
"Hah?" "Sekarang?"
"Maksudnya," lalu dia beranjak duduk di sebelahku.
"Dijemput jam berapa?"
"Oh..bentar lagi kok" "udah dijalan"
"Pacar?"
Kepo, "bukan,sama kakak".
Lalu dia mengangguk anggukkan kepalanya.Hening~~
"HEH BOCIL!" Suara yang sangat lantang dan terlampau keras itu menusuk pendengaran kami.
"AYOK" teriaknya lagi
"Kakak kamu?"
Dengan sedikit malu aku mengakui, "iya"
Lalu dia tertawa
"Duluan ya kak"
"Abang" ucapnya membenarkan.
"Oh,iya,duluan ya bang"Lalu aku menghampiri kakakku.
"Lama banget dijalannya"
"Pacar lo?" "Si bocil, baru pertama masuk udah punya pacar"
"Apaan sih kak,bukann"
"Oh.."
"DULUAN YA ADIK IPAR"
"KAK!" Teriakku
KAMU SEDANG MEMBACA
Sabrina
Ficção AdolescenteEntahlah. Hanya keseharian sabrina yang menghadapi hidupnya yang lumayan rumit.