"Nanti malam sahur hari pertama, tapi kamu malah sakit gini. Kalau enggak kuat jangan ikut puasa dulu."
"Hmm, iya bawel." Syabira mendelik. Menyikut perut Raga yang dia papah sampai lelaki itu mengaduh sakit.
"Dikhawatirin malah ngatain bawel!" Semburnya. Wajah Raga yang pucat malah membias senyum, sakit di badan seketika tidak terasa mendapati Syabira yang ternyata khawatir dengan keadaannya. Sedangkan mulut Syabira kicep seketika. Antara tidak sadar sama keceplosan memang bedanya sangat tipis.
Inikah definisi sakit tapi malah bahagia? Batin Raga.
Syahdan ....
Mobil yang dikemudikan Bang Fad sampai juga di klinik Permata. Raga dibantu Bang Fad turun langsung menuju ruang periksa umum. Dokter jaga segera menangani setelah Raga dites suhu badan dan tensi darah oleh seorang perawat.
"Panasnya 39,8 derajat." Perawat menjelaskan pada dokter. Raga ikuti semua arahan dokter untuk berbaring saat diperiksa, termasuk membuka mulut lebar-lebar.
"Perut sebelah kiri sakit saat ditekan ya?" Raga mengangguk sekilas dengan pertanyaan dokter. "Kepala pusing, jantung berdebar-debar?" Lagi, anggukan singkat Raga berikan. Kepalanya diserang pening hebat, sampai susah memproduksi banyak kata.
"Oh, nggak pa-pa ini, gejalanya biasa seperti ini." Dokter menjelaskan singkat.
"Saya sakit apa, Dok?"
"Demam cinta ciri-cirinya begini, Pak." Selera humor dokter lumayan tinggi juga. Raga dibuat senyum-senyum tidak jelas oleh celoteh dokter. Syabira yang menunggu di sebelahnya berdecih sebal.
"Bercanda ya, Pak. Nggak pa-pa, cuma gejala asam lambung. Jangan telat makan, jangan minum es, apalagi makan pedas, asam dan yang mengandung minyak tinggi. Nanti saya kasih obat untuk lambungnya, diminum sebelum makan, ya." Dokter laki-laki setengah tua itu menuliskan resep pada buku rekam medik pasien.
"Kalau belum kuat, saya sarankan istirahat di sini saja dulu, Pak. Nanti biar diinfus vitamin." Dokter memberi saran.
"Iya Dok, setuju!" Bukan Raga yang menjawab, tapi Syabira.
"Tuh, Pak. Kata istrinya setuju," sahut dokter. Mata Syabira membeliak mendengar kalimat sang dokter. Dia mengutuk, salahnya sendiri, kenapa bibirnya lancang sekali mengambil keputusan tanpa bertanya pada yang sakit.
"Saya bukan istrinya dia, Dok," ralat Syabira.
"Oh, maaf. Saya kira istrinya. Habis wajahnya mirip. Katanya kalau mirip itu jodoh." Dokter menjawab Syabira dengan kelakar.
Di ranjang ruang periksa. Lelaki yang terbaring dengan wajah pucat itu malah antusias menanggapi tawaran dokter. Ada senyum yang coba disembunyikan Raga.
"Baik Dok, saya terima saran Dokter." Raga senyum-senyum dikulum. Dokter segera instruksikan perawat untuk memasang infus pada pergelangan tangan Raga. Sementara Bang Fad yang tadi sengaja menunggu di luar, kini beranjak masuk ke ruang periksa mencari tahu keadaan Raga.
Kakaknya Syabira itu mendekat pada bed tempat Raga berbaring, "Gimana, Dek?" Pertanyaannya mengarah pada Syabira.
Syabira mengangkat kedua bahu, "Ya itu, seperti yang Abang lihat. Tepar dia. Bandel sih, suka telat makan!" Cibir Syabira.
"Kamu kenapa tahu banget tentang saya, Sya? Akhir-akhir ini saya memang suka telat makan." Raga menyahut santai.
Syabira mengangkat sebelah alis, "Aku cuma nebak, ya! Enggak usah ge-er kamu!!" Pipi Syabira seperti terbakar rasanya. Merah padam menahan malu dan salah tingkah.
![](https://img.wattpad.com/cover/264865138-288-k339736.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HILAL CINTA (TAMAT- Terbit Ebook)
General FictionRepost ____ Menanti hilal jodoh adalah hal utama bagi setiap insan yang ingin melangkah menuju gerbang pernikahan. Tak terkecuali bagi Syabira Arunika, gadis berusia 28 tahun. Usia yang terbilang matang bagi seorang gadis untuk akhiri masa lajang. ...