Part 8 || Interogasi

143 81 4
                                    

ASSALAAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAAHI WABARAKAATUH!

GIMANA PUASANYA HARI INI? TARAWIHNYA? TADARUSNYA? SEMOGA DILANCARKAN SAMPAI SETERUSNYA, YAA. AAMIIN.

JADIKAN AL-QUR'AN SEBAGAI BACAAN UTAMA DAN FAVORITE KITA YA💖

HI!!! ABANG KURIR ITU, SUAMIKU! DATANG LAGI NIH. SESUAI JADWAL UP KAN? SETIAP HARI AHAD ;)

- HAPPY READING -

***

Tok-tok-tok!

   "Assalaamu'alaikum, permisi!"

   Suara ketukan dan salam terdengar jelas di depan rumah Mira dan Zuna. Saat ini, Mira, Zuna, Qila dan Qisha sedang sarapan bersama.

   "Wa'alaikumussalaam ... Siapa ya, pagi-pagi gini kok ada tamu?" ujar Qisha sedikit bergumam.

   "Gatau, bentar Kakak liat deh." Qila segera bangkit dari tempat, hendak melihat siapa yang datang. Namun, tiba-tiba Qisha teringat sesuatu, membuat ia menghentikan sang Kakak.

   "Jangan, Kak!"

   "Hah?!"

   "Eh! Mmm ... Maksudnya, biar Qisha aja yang liat."

   "Ouh, ya udah sana." Qisha mengangguk dan segera ke luar, sedangkan Qila duduk kembali melanjutkan sarapannya.

Tok-tok-tok!

   "Assalaamu'alaikum, permisi!"

Ceklek!

   Terpampanglah wajah tampan seorang pria yang kini berhadapan dengan seorang wanita cantik. Benar dugaan Qisha, bahwa yang datang adalah Rangga. Ia telah menduganya karena kemarin malam ia mendapat notifikasi dari aplikasi belanja onlinenya itu, bahwa barangnya akan sampai pagi hari.

   "Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh!"

   "Saya---"

   "Paket, ya?"

   "Hm ... Iya, nih. Silakan ditanda tangani dulu, ya."

   "Iya."

   Kini Qisha sedang menandatangani pernyataan bahwa paketnya sudah diterima olehnya. Tanpa ia sadari, dua manik mata dihadapannya itu sedang memandanginya. Tak membutuhkan waktu lama untuk tanda tangan, Qisha pun mendongak ke arah Rangga. Sedangkan Rangga segera memalingkan wajahnya, sadar bahwa pandangannya tertuju pada Qisha sudah cukup lama.

   "Astaghfirullaah!"

   Qisha menatap bingung ke arah Rangga. "Kenapa, Mas?"

   "Hah? G-gapapa."

   Qisha hanya manggut-manggut mempercayai. Dan segera menyerahkan kertas dan pulpen yang digunakannya tadi kepada Rangga.

   "Terima kasih, Mas."

   "Sama-sama, Qisha."

Deg!

   Qisha merasa terhenyuh mendengar Rangga memanggil namanya. Entah, bagaimana rasanya. Yang jelas biarkan Qisha saja yang mengetahuinya.

   "Jadi ini rumah kamu?"

   Qisha tersenyum mendengar pertanyaan dari Rangga. Ia benar-benar bahagia. Tadinya Qisha berpikir, Rangga tidak ingin mengajaknya bicara.

Abang kurir itu, SUAMIKU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang