Day 4 : Ngabuburit

220 43 6
                                    

Hari ini Jesa pergi, dari sahur dia udah bilang sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Jesa pergi, dari sahur dia udah bilang sih. Satu kos-an juga udah tau. Katanya perempuan dengan rambut sebahu warna hitam itu akan mengerjakan tugas kelompok sekaligus menginap di rumah temannya.

Dan sejak pagi tadi Jesa udah pergi dari rumah. Sekarang ini yang ada di dalam rumah cuma Haru, Mona dan Ajun alias manusia-manusia gabut kuadrat.

Haru dan Mona Si Penunggu ruang tengah sudah pasti sedang selonjoran di atas sofa. Satunya di sofa individual sedangkan satunya di sofa yang lebih besar. Menunggu adzan maghrib tiba sambil gak melakukan apa-apa.

Kebiasaan.

"Eh, hari ini kita buka sama apa?" tanya Mona yang lagi main handphone nonton video mukbang di handphone-nya. Paling gak melampiaskan rasa lapernya kalau kata dia mah.

Haru yang merem-hampir tertidur membuka matanya, syaraf otaknya jadi aktif kembali karena pembahasan yang dibuka oleh Mona. Laki-laki itu bangkit dari rebahannya, kemudian duduk.

"Berapa jam lagi buka?" tanya Haru.

Mona mengecek jam di handphone-nya, "baru jam 4."

Mendengar hal itu, Haru kembali menghempaskan diri ke atas sofa. "Ah, masih lama," keluhnya malas. Ia kembali menutup mata, hampir tertidur sebelum Mona menggoyangkan badannya tanpa irama.

"Aahsjdjs- aduh! Widah huwa kehihit."

*lidah gua kegigit

Mona melepas cengkraman tangannya di bahu Haru. "Jadi kita buka apa hari ini?" tanyanya serius. Masih tidak berpindah topik.

Haru yang lidahnya kegigit manyun. Bisa-bisanya nih housemate-nya satu masih bahas menu bukber ketika dia menderita gara-gara lidahnya kegigit kayak gini. Dasar gak punya hati.

"Tanya Jesa aja sih, kan dia yang masak," celetuk Haru.

"Hari ini Jesa kan gak pulang bodoh," jawab Mona esmosi. Haru yang punya sinyal-sinyal bakal dimarahin langsung menghindar, "eits, santai sis. Ingat, anda sedang berpuasa sekarang."

Mendengar hal itu Mona memejamkan matanya kemudian menarik nafas dalam kemudian mengeluarkannya. Sabar ... sabar ... ayo Monata pasti bisa sabar yuk bismillahirahmannirahim.

Setelah meditasi kilat selama lima detik itu, Mona membuka matanya lalu tersenyum. Senyum maksa iya. "Jadi kita mau buka puasa apaaa, sahabatku Haruka-"

"Sejak kapan nama gua jadi Haruka anjir?!" comot Haru gak terima.

Mona yang kesabarannya udah habis langsung aja nempeleng kepala Haru pelan. Sebel banget abisnya ni anak satu gak bisa diajak kompromi dikit.

Karena gak mau ngabisin sisa waktu sebelum buka buat adu bacot bersama Haru yang gak berfaedah. Mona memutuskan untuk bertanya ke Ajun, soalnya manusia itu adalah manusia paling berguna berdua setelah Jesa.

Baru mau ngechat, tiba-tiba dia ditelpon sama Sasa.

"Halo, Sa? Kenapa?" tanya Mona setelah mengangkat panggilan. "Oh, iya sih ..."

"Boleh deh."

Haru daritadi diem aja sambil ngelipet kakinya jadi bentuk silang di atas sofa, ngeliat Mona yang sekali-kali manggut-manggut sambil telponan. "Iya, oke deh. Dah Saaa."

Dan berakhir lah panggilan singkat antara Sasa dan Mona.

Haru yang udah kepo sampe ke ubun-ubun langsung nanya dong, "kenapa Na?" Mona yang ditanya nengok, kemudian nyengir. "Yuk, ngabuburit cari makanan," ajaknya.

Iya, jadi sekarang ini Mona, Haru, Sasa dan Ajun lagi ngabuburit barengan di deket komplek mereka yang kebetulan ada satu jalanan penuh isinya orang jualan takjil semua. Mata Mona udah berbinar-binar banget.

Fix, ini mah surga dunia kalo katanya.

"Ranu gimana?" tanya Ajun pada Sasa yang sekarang ini tengah mengecek handphone miliknya.

Sasa mendongak, menatap Ajun yang penasaran. "Katanya kalo rame dia ga mau ke sini. Nitip makanan aja," jelas Sasa menyimpulkan. "Katanya sih yang penting bukan seafood."

"Kalau Zidan?"

"Zidan kan masih nginep, dia mau jadi penunggu studionya," jawab Haru ngasal yang auto kena geplak Sasa pelan di lengan kirinya. "Ngaco banget Haru deh," cibirnya.

"Kenapa sih, hari ini semua orang KDRT sama gue," curhat Haru sambil pura-pura menyedihkan.

Saking sibuknya mereka ngurus Ranu dan Zidan. Ketiga orang itu sampe gak sadar kalo Mona menghilang. Mereka bahkan sadar Mona hilang ketika sedang di parkiran motor. Dan itu ketika mereka telah mendapatkan semua yang mereka idamkan dan memutuskan untuk pulang.

"Udah kan?" tanya Ajun yang kini membawa setengah makanan yang mereka beli akibat laper mata. Sisanya dibawa sama Haru sendiri.

Sedangkan Sasa cuma bawa jajanan manis doang, soalnya semua barangnya diambil Ajun.

"Dah, ayo pulang. Tar lagi buka," ajak Haru disetujui oleh Sasa dan Ajun. Nah, ketika mereka ada di parkiran motor. Haru baru sadar ada yang hilang.

Kan dia nyetir tuh, di depan kan otomatis. Nah, dia ngerasa kehilangan.

Kayak apa ya, kayak ada yang kosong.

"Lo ngerasa ada yang hilang gak sih?" tanya Haru tiba-tiba. Dua orang lainnya nengok, bingung aja gitu sama pertanyaan Haru yang tiba-tiba banget. Tapi dua-duanya masih sama-sama have no idea. Perasaan lengkap-lengkap aja deh.

"Kayak sum-"

Omongan Haru dipotong sama kemunculan tukang parkir yang membantunya mengeluarkan motor. Akhirnya ia bungkam sampe nyampe rumah.

Setelah sampai dengan selamat. Ketiga orang tersebut disapa Ranu yang sedang ngelus-ngelus kucing di depan teras. Mumpung gak ada Jesa jadi laki-laki berkacamata yang satu itu bebas skinship dengan makhluk Tuhan kesayangannya tersebut.

"Kucing masa ngelus kucing," gumam Sasa sambil ketawa kecil, gemes sendiri. Gumaman bikin Ranu nengok.

"Hah?" Yah, sayangnya dia budek gengs.

"Pacaran mulu dah lu ama kucing. Nih bantu bawain takjil ke dalem," suruh Haru agak marah gitu biar keliatan mengintimidasi. Ranu memerhatikan telapak tangannya kemudian menyodorkan keduanya ke pada Haru.

"Tangan gua kotor abis megang kucing," ucap Ranu ngeles. Emang pada dasarnya dia gak mau bawa aja. Haru sendiri udah "dih, idih" sendiri, ada-ada aja alasan Ranu buat gak disuruh-suruh emang.

Setelah Sasa buka pintu dan pada masuk ke dalam rumah. Ranu yang ganjil dengan jumlah teman-teman housemate-nya mengernyit. Apa iya temennya tuh cuma tiga?

Keknya kurang satu deh. Tapi, siapa ya?

Tepat saat ia berpikir kayak gitu, Haru tiba-tiba kepleset dengan badan hampir jatoh gitu. Dan semua itu gara-gara sendal. "Anjinggggg, sendal siapa sik iniii?!" ujar Haru ngegas, sambil ngelempar oknum sendal fluffy sampe melayang.

Tiga lainnya menahan tawa. Sasa doang tapi yang paling pertama ngasihanin ketidak beruntungan Haru. "Itu sendal Mona, Ru."

"Lah, ngapain anjir sendalnya di tengah jalan kek gini? Mana orangnya? Mau gua ajak berantem," cerocos Haru kayak kereta malam.

Smuanya diam.

Lah iya juga, dimana Monata Audrey? Tapi sayangnya renungan mereka diganggu oleh suara adzan maghrib yang berkumandang. Karena buka lebih cepat lebih baik, akhirnya mereka kayak, "yaudah buku dulu bentar."

Setelah adzan maghrib selesai, terdengar suara pintu mereka yang dibuka, diikuti dengan suara teriakan cempreng yang khas. "HARU, SASA, AJUN!! JAHAT BANGET LO PADA NINGGALIN GUE HUEEE!"

FASTING '96 || TWICETEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang