Insan wibawa terkadang aku ingin terbang bebas seperti burung. Namun, aku takut akan ketinggian. Takut terjatuh dan menyiksa diri. Bukan, insan lain.
Aku terlalu takut bermimpi insan wibawa. Padamu saja, aku harus mengenalmu lebih dahulu.Kamu yang telah lama terukir kini malah susah menyingkir. Menyingkir pada hatiku yang kosong karena telah tersayat sembilu. Kamu yang menghiasi hari-hariku dengan sejuta harapan. Kamu yang memberi cerita tentang cinta. Kamu yang membuat aku percaya insan wibawa. Walau aku tak tahu bagaimana sosokmu di sana.
Aku terlalu takut insan wibawa. Terlalu takut hingga tak berani mengukir nama selainmu. Terlalu takut akan harapan yang ujung-ujungnya patah seribu. Terlalu takut kecewa hingga hatiku tidak mampu menerima cinta yang tulus.
Maaf insan wibawa, aku berkeluh lagi padamu. Kamu yang entah di mana dan tak tahu akan membaca atau tidak tulisan recehanku. Selalu mengukir namamu pada tulisan seuntai kata dalam puisi yang berbait rindu. Maaf, kamu jadi bahan gabutku. Namun, aku tak pernah lupa bertanya pada Yang Mahakuasa akan kabarmu.
Kamu bagaimana di sana. Puasa ketiga telah terlewatkan. Kamu telah sampai mana melantunkan ayat-ayat rindu? Walau aku tahu, kamu lebih dulu dariku.
Aku masih seperti biasa insan wibawa. Aku juga tidak tahu mengapa selalu kalah dari kamu. Walau, aku tahu stamina dan IQmu bukan tandinganku. Kenapa aku jadi melucu karena kelemahan diriku. Aku tahu kamu akan tersenyum saat membacanya. Hahaha. Humorku terlalu receh insan wibawa.
Kubu Raya, 16 April 2021
💖💖💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Seuntai Kata Dalam Puisi
PoetrySenyum terukir nun jauh menyapa Bak nyata hingga tak percaya Byurr, Tersadar dalam lelapnya tidur Menghasilkan luka juga derita Bagaikan babu Di buangpun tidak ada peduli Asal terlampiaskan emosi