01 - VAS

119 34 38
                                    

"Tak semua tawa berarti bahagia. Tapi sering kali tawa adalah penutup luka paling sempurna."

°°°•••

Ucup datang dengan dua mangkuk yang terisi penuh dengan bakso, "Nihh buat tuan Sean tercinta, asyekkk!!" Sambil menyodorkan mangkuk berisi bakso.

"Nah gini dong baik, gua doain biar nggak lama lama nge-jomblo!!" Goda Sean kearah Ucup.

"Gua baik dari lahir tolol, lagian gue juga kagak jomblo,"

"Kamu berbohong aku tak percaya...." jawab Sean sambil bersenandung ria. Kemudian memakan bakso dengan lahap. "Gila Epon cewek secantik dia di cuekin! Buat gue ajalah," celetuk Galen setelah melihat Alister duduk.

"Ambil aja!!" jawab Alister singkat. Kemudian menaruh tangannya dan melipatnya di atas meja.

"Galen keliatan kagak laku nih." Ejek Arion yang tengah memakan donat pesenannya. Ari itu suka sekali dengan donat, bahkan katanya donat itu dunianya.

"Dih, mulutnya di jaga atuh mang Rion!! Lagian gue juga kagak jualan. Dari pada ente yang jomblo kelamaan!!"

"Situ ngaca anying!!"

"Bucin ama donat, sama gue aja sini,"

"Jijik tolol," jawabnya kemudian melanjutkan acara makannya.

"Tapi Pon, dia kayaknya suka deh sama lo. Lihat aja cara dia memperhatikan nggak kayak biasa." Seru Barra curiga.

"Epon Mulu yang di gituin gua kapan anjirr!!"

"Makanya Barron kalo punya pacar yang bener!!" seru Barra ke arah Barron. Barron itu bodoh banget jika berurusan ama cewek dan sialnya dia selalu dapat cewek yang nggak bener. Kapan sihh dapat yang bener? Kayaknya nggak pernah.

"Perasaan bener-bener aja deh apa gue nya aja yang bego!!"

"Emang dasarnya bego!!" jawab Alister.

"Udah njir!! balik yuk bentar lagi bel!!" Mengemasi mangkuk dan juga gelas yang baru saja selesai di makannya.

"Sejak kapan lo jadi anak sregep gini!!" seru Barron.

"Sejak negara api menyerang!!" jawab Sean kemudian pergi dengan membawa mangkuk tadi untuk di tempatkan di tempat yang sudah di sediakan dan disusul anak lain. Mereka pergi meninggalkan kantin yang masih lumayan sepi karena masih pagi.

***

Anya berjalan kebingungan sembari menaiki tangga. Tempat ini tidak banyak berubah, terkahir kali melihat sekolah ini ketika umurnya masih 6 tahun. Bersama dengan Mama nya waktu itu.

Kemudian mata Anya tertuju dengan gambar lukisan dalam pigura yang terpajang rapi di dinding. Lukisan yang masih sama utuh. Dimana saat itu Anya sangat mengagumi lukisan indah bergambar kota kira-kira seperti itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALISTER [HARUTO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang