03

259 57 5
                                    

"Lo pacaran gak sih sebenarnya sama Leon" kata temannya, ralat sahabatnya. Sahabat semenjak bangku SMP sampai sekarang —semester tiga.

"Nggaa Winona Marisa" Balas Lili karena sudah dua kali Winona menanyakan hal yang sama membuat ia seperti si pembohong ulung menyembunyikan hubungan. Padahal sudah berulang kali ia katakan ia tidak memiliki hubungan apapun dengan Leon disetiap kali Winona bertanya. Jikapun ia memiliki hubungan dengan Leon maka akan ia punlish agar seluruh dunia tau jika si tampan anak fakultas hukum miliknya!

"Terus"

"Teman aja biasa" Jawabnya enteng seraya meminum air mineralnya.

"Tapi lo baper kan?" Ia terdiam. Skak. Kenapa bisa Winona menyimpulkan seperti itu? Apa terlalu kelihatan jika ia memang baper dengan Leon?

"Emang keliatan banget gue bapernya?" Tanyanya pelan, ya bagaimana tidak baper jika Leon nya selalu seperti itu? Memperlakukannya seolah-olah membutuhkannya, seolah-olah bergantung padanya. Apa tidak besar kepalanya?

"Ngga, gue bisa nyimpulin dari Leon nya. Aneh aja Leon yang dulunya kaya kasar cuek bisa selembut itu sama lo" Dengar seperti ini saja ia salting. Tapi memang benar apa kata Winona, Leon itu cuek dan sedikit kasar dengan orang yang tidak kenal. Maksud kasar disini adalah karena tatapan Leon yang sangat tajam dan mengintimidasi, dia bakalan mengintimidasi siapa saja yang dianggapnya annoying dan berlagak ketus dengan orang yang sok kebal sok dekat dengannya.

"Anjir" Ucapnya kemudian sambil menghembuskan nafas panjang.

"Gue gamau baper baper lagi, gue sadar diri" Katanya lagi sebagai pengingat untuk dirinya. Tidak terlalu baik terlalu berharapan kepada manusia jika tidak mau terlalu sakit hati nantinya.

"Iyasih, apalagi dia sama mantannya dari kelas 10 kan? Putus awal-awal kels 12 kan?" Ia tersenyum masam.

Perlu diingat lagi Leon mendekatinya karena dia habis putus dengan mantannya Rona. Dia sadar cukup sadar diri jika Leon menjadikannya pelarian. Tetapi dari perkataan dan perlakuan Leon, dia benar-benar bertekad ingin move on dari masa lalunya. Ia juga sudah meyakinkan dirinya, jika Leon benar-benar ingin melupakan dan keluar dari bayangan masa lalunya maka ia siap membantu.

Walaupun memang ada kalanya jika ia hanya berdua dengan Leon dia selalu mengatakan 'Gue kangen Rona Li'. Sakit? Sakit lah. Ia kira hanya ia yang ada didalam benaknya, ternyata masih ada bayangan masa lalunya~

Ia mengerti mengapa Leon belum bisa benar-benar melupakan Rona. Kenangan mereka terlalu banyak dan dua tahun setengah tidak sebentar. Ia juga tahu jika Leon dan Rona kerap kali putus nyambung. Ia juga sadar jika ia dan Leon semakin dekat semenjak Leon habis putus dari Rona. Seperti 6 bulan yang lalu, Leon mengatakan jika ia balikan dengan Rona dan dua bulan kemudian putus lagi yang akhirnya Leon balik lagi dekat dengannya.

Sebenarnya tidak sakit, hanya takjub saja bisa-bisanya ia si cantik, tinggi, punya rambut badai dan bibir sexy tanpa filler-filler an ini diperlakukan seperti itu! Ia hanya menunggu kata-kata atau kejadian yang menyadarkannya dari semua ketololan ini karena saat ini walau menasehatinya hingga mulut berbuih pun tidak akan Lili dengarkan. Memang benar kata orang-orang jangan menasehati perempuan jatuh cinta karena hanya dianggap angin lalu.

Tetapi mau diapakan lagi? Perasaannya sudah terlanjur. Leon juga sudah mengerti ia luar dalam, bahkan yang dulunya ia takut keluar dengan cowok karena mempunyai strict parents sekarang ia berani karena Leon yang langsung meminta izin ke orang tuanya.

Bagaimana ia tidak semakin terlarut baper?

"Emang apa sih yang sampai bikin lo baper mampus sama dia" Winona ini tempatnya mengadu dan bercerita, mengetahui semua apa rahasia bahkan ia beberapa kali mencurhati Leon ke Winona saat Leon balikan lagi yang ke dua kalinya dengan Rona. Ia masih ingat bagaimana reaksi Winona saat ia menceritakan Leon chat ia.

We Don't Talk Anymore Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang