CHAPTER 6

19 2 12
                                    

HAPPY READING GUYS..

.
.
.
.
.
.
.
.

(KREMATORIUM 1.2)

Saat ini aku tengah duduk disebuah kursi berwarna hitam. Sementara dihadapanku sudah ada kesembilan anggota NCT 127. Sudah satu jam berlalu sejak mereka memergokiku dan Jaehyun di ruang perpustakaan itu.

Keadaan sekarang ini seperti ruang introgasi dan aku bagaikan pelaku kejahatan. Namun sepertinya ruangan itu lebih menakutkan ketimbang ruang introgasi yang sebenarnya. Aku bahkan tidak dapat bernapas dengan tenang. Bagaimana tidak, NCT 127 berada dihadapanku- menatapku dengan tatapan tajam dan datarnya.

"Bolehkah... bolehkah aku pergi dari sini?" Tanyaku terbata-bata.

"Kau pikir setelah masuk kesini bisa keluar dengan mudah?" Adalah Mark Lee yang lantas terkekeh sinis.

Aku menatap Mark Lee berani. Lebih tepatnya mencoba untuk berani.

"Aku tidak datang kemari atas kemauanku Mark-ssi. Jaehyun, Jaehyun membawaku kemari. Aku sudah meminta tolong pada Doyoung-ssi tapi dia tidak peduli."

Mereka semua lantas menatap Kim Doyoung seakan memastikan perkataanku. Namun, lelaki itu memilih bungkam dan malah tidak menatapku sama sekali.

"Apa yang kalian lakukan diruang itu?" Kali ini, Yuta lah yang berbicara. Lelaki dengan rambut pirang itu menatapku begitu serius.

Aku lantas menatap Jaehyun yang tengah bersandar di dinding dengan tangan dilipat didada. "Lebih tepatnya, apa yang Jaehyun hampir lakukan padaku jika saja aku tidak berhasil menggagalkannya."

"Memangnya apa yang dia lakukan padamu?" Tanya Jhonny.

Aku mengalihkan perhatian pada Seo Jhonny. "Bisakah kita berhenti membahas ini? Aku tidak akan menceritakan hal tadi pada siapapun dan aku akan menganggap hal itu tidak pernah terjadi."

"Memang lebih baik seperti itu." Timpal Haechan.

Drrrrt Drrrrt Drrrrt

Baik aku maupun NCT 127, kami semua menatap ponselku yang bergetar diatas meja. Aku yang ingin mengambilnya kalah cepat dengan Lee Haechan. Lelaki itu kini tengah memegang ponselku tak lupa dengan seringaiannya yang menyebalkan.

"Kalian terlihat dekat sepertinya." Ucapnya setelah melihat nama si penelepon.

Aku sempat melihat Jaehyun yang menegakkan tubuhnya. Tatapannya padaku pun terkesan tidak menyukai hal itu.

"Itu ponselku Haechan-ssi, berikan padaku sekarang."

"Tidak. Sebelum kan memberi tahu apa hubunganmu dengan dia?"

Entah kenapa aku merasa aneh ketika Lee Haechan menyebut kata 'dia', seperti benar-benar malas dan tidak suka bahkan hanya dengan menyebut namanya.

"Teman." Jawabku yakin.

Lee Haechan mengangkat sebelah alisnya setelah mendengar jawabanku.

"Teman?" Katanya memastikan.

Aku mengangguk. "Kami berteman. Aku sudah menjawab pertanyaanmu sekarang berikan ponselku."

THE LILACTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang