Pelik

54 15 20
                                    

Hari yang kunanti tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari yang kunanti tiba. Setelah enam bulan announcement dari konser grup idol yang kugemari disebar. Akhirnya, besok aku bisa bertatap muka dengan mereka dan melihat karya Tuhan di atas panggung secara mata lahiriah.

Proses panjang dan penuh drama tentu menjadi bagian dari perjuanganku bertemu dengan mereka. Hal paling disebut berjuang ialah saat aku harus meminta izin orang tua. Mereka mengizinkanku pergi jika ada teman di perjalanan.

Sekar. Teman dekat terbaikku yang bersedia menemani. Gadis manis itu juga seorang fangirl. Namun dia tidak begitu mengenal siapa idol yang akan menyuguhkan performa di bumi pertiwi. Meskipun begitu, dia tetap mau menemaniku untuk merasakan kebahagiaan bersama para fans di venue yang ditentukan.

Seperti biasa. Sekar selalu telat datang setiap kami membuat janji temu. Kesal rasanya. Padahal lima belas menit kereta akan datang sesuai jadwal tiket yang telah kami beli.

Aku terus melirik jam dinding cemas. Pesanku tidak dibalas setelah Sekar bilang jika dia sudah berada di perjalanan menuju stasiun. Aku pun memutuskan untuk masuk dan memberikan kertas putih berupa tiket kereta pada petugas stasiun.

Aku mengantri di belakang para calon penumpang sembari terus menghubungi Sekar. Saat giliranku mengecek tiket. Aku menyisihkan sejenak ponsel dan memberikan satu lembar kertas putih lengkap dengan KTP. Aku fokus memperhatikan petugas yang malah menyuruhku menepi. Katanya, tiketku perlu dicetak ulang karena kertas putih itu hanya tanda bukti pembelian. Aku pun mengikuti instruksi dan berdiri di samping petugas sembari menunggu Sekar datang.

Menit berlalu Sekar belum juga tiba. Setelah kertas tiketku telah berubah menjadi oranye. Petugas meminta KTP-ku untuk dicocokkan dengan nomor yang tertera di tiket kereta.

"Lho, tadi KTP sudah saya taruh sama kertas putihnya, Pak!" ujarku dengan alis menukik tajam. Jangan bilang KTP-ku terselip dan hilang entah kenapa. Ah gila saja. Aku butuh KTP itu untuk mencetak tiket konser nanti. Ya, aku belum mengambil tiket konser karena memang rencananya aku akan mengambilnya sebelum acara dimulai.

"Mana? Gak ada," jawabnya menengadahkan telapak tangan. Aku melihat meja di depannya kosong tidak ada apa pun. Aku sungguh yakin, aku telah meletakkan KTP beserta kertas putih pada petugas! Seketika aku panik. Apalagi mengingat detak jam terus berlanjut dan kereta akan segera tiba.

Sekar datang dan menanyakan apa yang terjadi. Aku menjelaskan sekilas sembari meminta petugas mencari KTP milikku. Semua orang ikut mencari. Stasiun berubah gaduh karena menghilangnya kartu identitas milikku.

Dadaku sudah menyempit dan sesak. Aku tidak bisa membayangkan jika hari yang kutunggu hancur berantakan karena masalah di sini.

"Gak ada, Mbak."

Oh shit!

"Coba cari di dompet lagi, Yas," suruh Sekar.

Aku mengecek kesekian kali isi dompet, tas, dan saku celanaku. Namun tetap nihil! Seribu persen aku yakin, jika KTP itu sudah aku berikan pada petugas.

Sebuah PerjalananTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang