14. NOW OR NEVER.
semakin renggangnya hubungan yuta dengan renjun, semakin gencar pula doyoung untuk menarik kembali snag ayah.
seperti kali ini, dengan berbagai jenis makanan nikmat yang tersaji, yuta menatap tajam minjoo.
"minjoo, kapan?" tanya yuta.
minjoo hanya terdiam. yuta heran, apa maunya mantan istrinya ini.
"dia udah bilang minjoo. anakmu yang kamu tinggalin sama aku udah bilang, lebih baik dia nggak mengenal sesosok ibunya."
kalimat itu bagai belati tajam yang menusuk hati minjoo. dia sangat ingin untuk mengakatakan pada doyoung bahwa renjun adalah anak kandungnya juga.
"nanti." jawab minjoo pelan.
brak
gebrakan meja yang dilakukan oleh yuta membuat minjoo menutup matanya.
"papa apa apaan sih?!" bentak doyoung, menatap marah sang ayah.
"terserah doyoung! ini bakal jadi terakhir kali papa makan sama kalian. minjoo, ingat baik baik. sekarang atau tidak sama sekali."
yuta berjalan meninggalkan rumah yang ditempati minjoo dan doyoung. sekarang, dia hanya akan fokus dengan renjun. sama seperti minjoo yang hanya peduli dengan doyoung, maka yuta pun begitu.
—h i r a e t h—
"ma, jangan nangis."
usapan dibahu minjoo malah membuatnya makin ingin menangis.
"ma, sekarang bilang ma. apa renjun beneran anak mama? dan kenapa mama ninggalin dia?"
minjoo masih tidak ingin menjawab, dirinya lebih memilih untuk tersenyum tipis.
"mama masuk kamar dulu ya, kamu mau lanjut makan dulu enggak papa. nanti mama yang bersihin piring piringnya."
doyoung menatap punggung sang ibu yang menjauh dengan tangan terkepal.
"harus gue apain anak jalang itu."
—h i r a e t h—
yuta memasuki rumah megah miliknya dengan langkah perlahan. langkah kakinya berjalan menuju kamar sang anak yang tertutup rapat.
mengetuk pintu beberapa kali namun tidak mendapatkan balasan. tangannya memegang kenop pintu, membuka perlahan.
terlihat sang anak dalam gulungan selimut, samar yuta mendengar lirihan kecil.
tubuhnya ia bawa mendekat, menempelkan telapak tangannya pada dahi sang anak.
panas.
yuta merasa panik, diguncangnya tubuh sang anak kecil.
"renjun, bangun dulu nak."
kelopak mata yang awalnya tertutup tadi terbuka secara perlahan.
"ayo kita ke dokter. kenapa renjun nggak bilang papa kalo lagi sakit?"
"papa lagi sama bibi minjoo, nggak mau ganggu." jawab renjun pelan.
tangan kecilnya makin mengeratkan cengkeraman pada selimut. yuta tersenyum pahit.
tangannya mengelus surai anaknya, "sekarang papa mau sama renjun terus aja. mau sarapan sama renjun, makan malem sama renjun, liburan sama renjun. papa sayang sama renjun."
renjun tersenyum, "renjun juga pa."
"yaudah sekarang ke dokter ya." ujar yuta, kemudian mengangkat tubuh sang anak.
"renjun sekarang udah berat ya, anak papa udah gede."
renjun hanya terkekeh.
"makasih pa."
selama perjalanan menuju rumah sakit, yuta memikirkan cara, bagaimana agar minjoo segera mengatakan kalimat yang ditunggu tunggu oleh renjun.
menghela nafas berat, kepalanya menoleh pada renjun yang tengah menutup matanya.
minjoo kamu bakal merasakan kehilangan untuk yang kedua kali, batin yuta. lalu menginjak pedal gas lebih dalam agar segera sampai di rumah sakit.
—tbc.
jangan bosen ya wkwkwk. ketikanku kaya berbelit gitu, maafkan. oiya, selamat menunaikan ibadah puasa. udpate-an kali ini diketik dengan author yang nahan laper, hahahah.
see you!
KAMU SEDANG MEMBACA
hiraeth
Fanfiction[ huang renjun, kim doyoung ] on very slow update. hiraeth (n) a homesickness for a home you can't return to, or that never was. NOT BXB! start : 01 Januari 2021 finish : - ©lonjwinnaa, 2021