11. Linggar vs Ayana

1K 108 19
                                    

️‼️Don't be silent readers‼️

• • • • •

Malam harinya, Linggar bersama dengan keluarganya makan malam bersama di rumah mereka, agak sedikit canggung karena Sasya tampak terdiam dan terus cemberut membuat semuanya enggan berbicara termasuk Ryan.

Ryan sesekali melirik takut Sasya yang tengah makan dan duduk di sampingnya.

"Ekhem," Rasya berdehem membuat semuanya menoleh ke arah Rasya. Melihat itu, Rasya tersenyum malu. "Sorry, tapi, tumben pada diem. Ada apa?" Tanya Rasya penasaran.

"AWH!" Teriak Rasya kesakitan sembari memegangi pahanya yang baru saja di cubit oleh Linggar. Rasya menatap sinis Linggar. "Ngapa sih a?! Sakit ege paha gua!" Omel Rasya.

"Lo yang bego! Udah deh, makan mah makan aja. Jangan ngomong!" Seru Linggar membuat Rasya terdiam bungkam.

"Bunda malam ini cantik deh," ucap Kafka memuji Sasya.

"Kemarin-kemarin berarti jelek?!" Sahut Sasya sewot membuat Kafka kelabakan.

"Semua cowok sama aja." Sasya bangun dari duduknya lalu berjalan pergi dari sana membawa piringnya dan menaruhnya di wastafel.

Melihat reaksi Sasya yang ketus membuat Ryan ,Linggar, Jinggar, Kafka dan Rasya menelan saliva ludahnya dengan susah payah, ketar-ketir melihat tatapan tajam dan sinis sang bunda kepada mereka. Kecuali Zaura, Zaura yang tidak tahu apa-apa itu tampak menatap saudara dan appa nya kebingungan.

Suasana kembali canggung, semuanya saling berdiam bahkan rasanya makan pun tidak enak dengan keadaan yang seperti ini membuat satu persatu diantara mereka mengakhiri aktivitas makan mereka, mencuci piring yang kotor itu sendiri-sendiri tanpa harus merepotkan Sasya lagi.

Linggar menepuk pundak Zaura. "Kalau udah makan, di cuci lagi ya dek," ucap Linggar pada Zaura yang masih lahap makan.

Zaura mengangguk. Menatapi Linggar, Jinggar, Kafka dan Rasya yang pergi begitu saja diikuti oleh sang appa yang pergi meninggalkannya di sana sendirian. Namun, Zaura tetap santai dan melanjutkan makannya, karena dia tidak tahu dengan apa yang terjadi di antara Ryan dan Sasya.

Di kamar Linggar, semuanya berkumpul kecuali Ryan yang memilih untuk masuk ke dalam kamarnya.

"Siapa sih yang ngadu sama bunda?!" Tanya Rasya kesal.

"Nih, abang lo." Kafka menunjuk ke arah Linggar yang terduduk pada kursi belajarnya.

"Lagian, ngapain ngomong sih a?! Ternyata, tante Dhea itu mantannya appa! Haduh, gubluk banget, pasti sekarang appa sama bunda lagi ribut ini," gerutu Rasya.

"Lo kata siapa?!" Tanya Linggar menatap Rasya tak percaya.

"Sini-sini ngumpul." Rasya terduduk di lantai kamar Linggar, menyuruh untuk saudaranya berkumpul dan menceritakan kejadian di rumah Reza tadi.

"Ada apa emang?" Tanya Jinggar dengan wajah polos.

"Jadi, tadi kan gua main tuh sama bang Azka, sama Kafka juga. Terus, ada appa kebetulan di rumah om Reza, nah posisi kamar bang Azka itu dekat sama ruang tamu rumah om Reza. Terus, di sana appa cerita sama ayah kalau tante Dhea itu adalah mantan pacar dia waktu SMA sekaligus cin-"

"Aa lagi pada ngapain?"

Linggar, Jinggar, Kafka dan Rasya kompak menjauhkan diri mereka masing-masing, berpura-pura tidak terjadi apa-apa kalau pintu kamar Linggar terbuka dan muncul Zaura yang berdiri di depan pintu kamar Linggar membuat cerita yang ceritakan oleh Rasya terjeda.

LINGGAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang