Chapter 1 || Pertemuan

495 23 52
                                    

Selamat datang di dunia haluku.
Jangan lupa tinggalkan jejak sebagai bentuk apresiasi terhadap cerita yang aku dan Catatangw16 buat.

Happy Reading ❤️




Disebuah gedung tua, terlihat dua orang laki-laki yang tengah berkelahi dengan sangat brutal, dapat dilihat dari wajah keduanya yang lebam dengan ujung bibir mereka yang mengeluarkan darah. Pemuda tinggi dengan kulit putih dan rambut gondrongnya yang basah juga lepek karena keringat, terlihat lebih dominan dalam pertarungan sengit itu. Dia melepas jaket hitam yang dikenakannya, lalu ia lilitkan pada leher sang lawan dan memelintirkan salah satu tangannya kebelakang, hingga membuat pria setengah paruh baya yang merupakan lawannya itu terkapar lemas di atas lantai gedung yang kotor.

"Mati lo brengsek!" sentak pemuda tinggi itu dengan menendang perut pria yang hampir hilang kesadarannya.

"Cut!" teriak sang sutradara menghentikan adegan tersebut, "Ok, kerja bagus semuanya. Hari ini kita cukupkan dulu, dan untuk syuting minggu depan kita pindah lokasi," lanjut sutradara tersebut mengakhiri kegiatan syuting hari ini.

Setelah mendengar instruksi dari sang sutradara, para stafpun mulai sibuk membenahi peralatan yang ada di lokasi syuting tersebut. Seorang manager yang terlihat masih muda menghampiri artisnya yang tengah duduk di sebuah sofa tunggal dengan nafas yang terengah-engah.

"Kerja bagus, Al." Kata sang manager sembari memberikan sebotol air dan handuk kecil pada pemuda yang dipanggilnya Al tersebut.

"Thanks, Rie," jawabnya lalu meneguk air tersebut sampai setengah tandas, "By the way, gimana keadaan mereka berdua sekarang?" tanya pemuda itu sambil mengelap keringat di wajah tampannya.

Arie Ramdhan—sang manager muda— menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaan yang lontarkan oleh lelaki tinggi yang duduk di sebelahnya, "Semenjak papa bos meninggal, dan lo memutuskan pergi dari rumah. Keadaan mereka berdua makin menjadi-jadi, Al. Setiap hari gue liat Syela sama Syeli pulang larut malam, gak jarang mereka juga ngurung diri seharian di kamar, dan lebih parahnya lagi, mereka sering mabuk-mabukan, Al." Arie menjelaskan keadaan kedua adik dari artis sekaligus sahabatnya itu.

"Astaghfirullahaladzim, kok jadi gitu sih, Rie?" pemuda yang kerap dipanggil Al itu mengurut keningnya, ia sudah dipusingkan dengan pekerjaannya sebagai aktor, dan sekarang ditambah dengan keadaan kedua adiknya yang semakin diluar batas, rasanya ingin sekali Al membelah kepalanya yang dipenuhi dengan banyak pikiran dan beban itu.

Arie tahu apa yang dirasakan Al sekarang, di usianya yang masih muda bahkan artisnya itu belum lulus dari sekolah menengah atas, tapi beban pikirannya sudah seperti pria yang sudah memasuki kepala empat. Tidak tega melihat raut wajah sang sahabat yang begitu prustasi, Arie menepuk bahu lebar pemuda di sebelahnya dengan pelan bermaksud memberinya semangat.

"Semangat, Al. Gue tau lo kuat," ujarnya memberi semangat

"Rie, lo bisa bantu gue? tolong jaga dan awasi mereka berdua selama gue gak ada. Cuma lo yang bisa gue andalin sekarang, Rie. Lo bisa, 'kan?" pinta Al dengan raut wajah memelas

"Lo tenang aja, Al. InsyaAllah gue bakalan jaga dan awasi mereka sesuai sama apa yang lo minta," jawab Arie dengan yakin menyanggupi permintaan sahabatnya itu.

METAMORFOSA || Kupu-kupu Hitam Dan PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang