Chapter 5 || Pertemuan pt. 2

165 17 29
                                    

Sebelum baca, jangan lupa klik dulu gambar bintangnya.
Gimana, udah?
Terima kasih bagi yang sudah memberikan vote.
Happy Reading ♡



Rumah sederhana dengan kesan klasik yang begitu ketara dari setiap sudutnya, membuat Alano terkagum-kagum saat memasuki rumah Reyna. Barang-barang antik tahun 90-an berjajar rapi dalam sebuah rak yang terbuat dari kayu jati yang diukir dengan sedemikian rupa sehingga bentuknya terlihat indah. Reyna yang sedari tadi mengekor di belakang Al langsung menghampiri pemuda itu saat dia menyentuh guci antik kesayangan ayahnya.

"Jangan pegang-pegang nanti rusak!" ujar Rey sembari menarik guci tersebut dari tangan Al.

"Ck, dasar pelit!" jawab Al lalu menyusul ibunya Reyna yang sudah terlebih dulu pergi ke ruang makan.

Di ruangan yang tidak terlalu besar dengan sebuah meja makan berbentuk persegi panjang, ibu Reyna sedang sibuk menata makanan yang dimasaknya tadi. Makanan sederhana namun menggugah selera. Pindang balado, teri sambal pete, dan cah kangkung terasi.

"Nak, Al. Silahkan duduk," ucap Ibu Reyna. Al menganggukkan kepalanya sembari tersenyum tampan lalu menarik kursi untuk ia duduki.

Reyna menatap tajam dalam setiap pergerakan Al, tanpa mengganti seragamnya dahulu dia menarik kursi secara kasar lalu duduk berhadapan dengan Alano.

"Maaf ya makanan cuma ada yang begini aja, biasalah makanan buat orang menengah ke bawah," beo wanita paruh baya itu sembari tersenyum ramah kepada Al.

"Gak apa-apa kali, Bu. Makanannya juga keliatan enak semua kok, gak beda jauh sama yang ada di restoran." Alano menjawab dengan canggung.

Dih, so baik! Keliatan banget cari mukanya. Batin Reyna yang sedari masih Al dengan tajam

"Ya udah, Nak Al mau makan sama apa? Biar Ibu ambilin,"

"Sama apa aj--"

"Ambil sendiri kali, kayak raja aja pengen dilayanin!" sindir Reyna dan mendapat teguran dari ibunya. Gadis itu menghela nafas jengah lalu mengambil piring, nasi dan teri sambal pete favoritnya.

"Ehmm, maaf ya Nak Al, Reyna emang kayak gitu anaknya. Tadi mau sama apa? Sambel petenya mau?" lagi, tanya ibu Reyna dengan ramah

"Mana doyan Bu dia makan yang bau-bau kayak gini," sahut Reyna dengan nada mengejek.

Al menaikkan sebelah alisnya, "Ibu gue, Lo? So tau banget jadi orang." Tanya Al berhasil membungkam Reyna.

"Kebetulan Al bukan tipe orang pemilih dalam makanan, Bu. Jadi makan apa aja pasti suka, asalkan halal dan enak," lanjut Al, lalu melirik dengan seringai tipis ke arah Reyna yang terlihat dongkol.

Setelah perdebatan ringan itu, mereka bertiga mulai makan dalam keadaan hening dan tegang. Hening karena tidak ada suara apapun terkecuali bunyi sendok yang bergesekan dengan piring. Dan tegang karena sedari tadi Reyna menatap tajam Al yang sedang makan dengan khidmatnya. Pemuda itu tahu kalau Reyna menatap tidak suka ke arahnya. Tapi ia tidak peduli, toh makanan buatan ibu dari gadis berkacamata itu berhasil merenggut semua atensinya.

"Ayah sama si Rendy kemana, Bu?" tanya Reyna memecah keheningan.

"Ayah pergi ngejenguk temennya di rumah sakit katanya pulangnya malem, kalo adik kamu gak tau tadi abis pulang langsung pergi lagi," jawab Mina -Ibu Reyna- dan mendapat anggukan dari sang putri.

"O iya, Rey. Gimana sekolah kamu hari ini, kamu gak ngerasa pusing lagi, 'kan?" tanya Ibu Reyna tiba-tiba. Gadis yang menjadi pusat perhatian di meja makan itu tersedak makanannya setelah mendengar pertanyaan sederhana ibunya.

METAMORFOSA || Kupu-kupu Hitam Dan PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang