::: 03 :::
Keesokan harinya, tepat setelah mereka menghabiskan sebagian waktu ketika matahari berada pada puncaknya dengan bersantai-santai di dalam rumah, makan lalu tidur, empat pemuda itu kemudian memutuskan untuk berjalan santai. Sekadar mempelajari lokasi.
Jujur saja, Jungkook tidak terlalu menyukai tempat ini. Sejauh mata memandang, yang dapat dilihat olehnya hanyalah pohon-pohon sakura yang menjatuhkan kelopaknya, memenuhi tanah dengan warna pucat itu. Hampir tidak tampak seorang pun yang berlalu-lalang. Membuat kekhawatiran yang semula diredam kini beranjak naik, kembali menganggu pikirannya.
"Aku ingin mampir ke sana sebentar," ucap Jimin, menarik perhatian Jungkook yang sibuk mempelajari lokasi. Mencoba sebaik mungkin mengetahui dan membuat peta dalam pikiran, sehingga jika sesuatu yang buruk terjadi seperti dalam film yang ditontonnya, mereka dapat melarikan diri.
"Kebetulan aku ingin membeli sesuatu," timpal Namjoon, menaikkan kacamata yang terlentak di pangkal hidungnya lalu mengekori Jimin.
"Kau tidak akan masuk?" Jungkook menoleh, mendapati Taehyung yang sudah berlutut, sibuk bermain bersama seekor kucing hitam. Seolah dapat berbicara dengan hewan menggemaskan itu.
"Hei! Kalian! Cepatlah masuk." Suara milik Jimin seperti petir yang menggelegar, membelah langit membuat kucing tadi menggoreskan kukunya pada tangan Taehyung dan melarikan diri. Memancing umpatan kecil dari mulut Taehyung. Terlebih ketika mereka melangkah masuk hanya untuk mendapati seorang Park Jimin yang sibuk bercengkrama bersama seorang gadis.
"Keparat!"
Jimin langsung menoleh, alih-alih membalas amarah Taehyung yang meledak, pemuda itu tersenyum lebar- terlalu lebar, membuat Jungkook merasa seram. Membayangkan bagaimana mulut itu akan robek dan meninggalkan bekas mengerikan. Dia bergidik, mendekati Jimin sambil membisikkan Taehyung peringatan. "Kau tidak boleh sembarangan berbicara."
Perkataan itu berasal dari gurunya di sekolah menengah pertama, beliau senantiasa mengulangi kata demi kata yang sama setiap mereka menginjakan kaki di sebuah tempat yang baru. Tempat yang mengandung unsur misteri. Tempat yang membuatmu bergidik ngeri ketika berada di dalamnya.
"Kalian tahu, tempat ini pada awalnya merupakan lokasi untuk beberapa perusahaan. Mereka hendak membangun penginapan di sini, sebelum...." Jimin mengangkat alis, sengaja memberikan unsur menegangkan pada cerita yang dilontarkannya. Membuat Taehyung semakin mengerut kesal, hampir menendang kaki Jimin seandainya Jungkook tidak berucap, "lalu?"
"Nah, tiba-tiba mereka semua menghilang. Lenyap."
Jungkook menelan saliva, menjatuhkan pandang pada seorang gadis di sisi dalam meja dengan rambut terikat menjadi satu. Menyisakan rambut yang lebih pendek berjatuhan di dekat wajah tirusnya. Dari posisinya, Jungkook tidak dapat menebak apa rambut gadis itu panjang atau pendek.
Meski warna yang tampak menyerupai milik Taehyung. Cokelat gelap."Kau bercanda?" Taehyung menyeringai, merotasikan mata.
Jimin berdecak kesal, mengumpat pelan lantas kembali berbincang dengan gadis yang kini sibuk memasukkan sesuatu ke dalam tas hitam yang sama besarnya dengan milik Namjoon.
"Ayo," ujar Taehyung, menunjuk Namjoon dengan dagu selagi menggerakan kaki mendekati pemuda berbadan tegap itu. Meninggalkan Jimin di belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lari, Jeon!
Fanfiction[6/6] "Lari! Pergi dari tempat ini!" Jeon Jungkook tidak pernah menduga, bahwa malam itu akan menjadi kali terakhir dirinya berdiri di bawah pohon sakura untuk menikmati mekarnya bunga pucat itu. Melarikan diri. Meninggalkan musim semi. Meninggalk...