part 17

2K 398 31
                                    

Please skip yes karena 21+

MB part 17

Malam itu setelah Pak Bambang datang, aku berjalan ke arah hotel sendiri. Jalanan masih ramai dengan kendaraan. Saat hendak mampir ke sebuah minimarket untuk membeli makanan ringan dan air minum, aku melihat Vano sedang duduk di kursi depan. Ia tampak sedang menikmati rokok dan sebuah gelas kertas ada di depannya. 

Niatku untuk masuk, akhirnya aku batalkan. Beberapa langkah aku menjauh, Vano berteriak memanggil namaku. 

"Laras, tunggu!" 

Aku berusaha untuk tidak menoleh dan mempercepat langkah. Namun Vano berhasil mengejar dan menarik tanganku cukup kencang. Kami hampir bertubrukan. 

"Kenapa menghindar, Ras?"

"Aku tidak ingin membahas apa pun denganmu." 

"Karena sekarang kamu sudah menikah dengan orang kaya sehingga merasa tidak pantas berteman denganku?" 

"Kamu tahu jawaban sesungguhnya Van!" 

"Jawaban apa?" 

"Lepaskan dulu tanganku!" 

Vano pun menurutinya. Aku menatapnya cukup lama. Hatiku sudah tidak lagi menemukan getaran cinta. Ia lebih mirip pria asing yang tidak aku kenal. Entah, ada yang berubah dari dirinya. 

"Aku ingin kita kembali bersama," kata Vano sambil menatapku tajam. 

"Itu jelas tidak mungkin," jawabku cepat. 

"Mungkin saja. Kamu hanya perlu meninggalkanya. Bukankah kamu dulu selalu bilang kalau ingin menikah denganku? Sekarang aku sudah kembali, Ras." 

Aku tersenyum mendengarnya. 

"Dan aku sudah menikah. Kamu pahamkan artinya?"

"Danendra hanya memanfaatkan kamu, Ras. Arman cerita semua," jelasnya dengan ngotot. 

"Sudahlah. Itu sudah menjadi pilihanku. Tolong hargai! Maaf aku duluan," kataku seraya meninggalkannya. 

Vano terus mengikuti langkahku sampai ke depan hotel. 

"Sebaiknya kamu menyingkir atau aku panggil satpam!" 

"Kamu galak, Ras. Aku suka. Besok aku akan menemuimu."

Tidak usah repot-repot. Aku tidak ingin lagi bertemu denganmu," kataku ketus. 

"Jangan sombong, Ras. Saat Arman mengalahkan Danen, kamu pasti akan kembali padaku." 

"Kamu tangan kanan Pak Arman sekarang?"

Vano hanya tertawa. 

"Penasaran? Temui aku besok di tempat yang sama." 

"Tidak perlu. Aku tidak terlalu ingin tahu," tolakku. 

"I love you, Ras," teriaknya. 

Aku menebalkan telinga dan langsung masuk ke hotel. 

***
Kejadian bertemu Vano, aku kira hanya kebetulan, hanya saja Pak Danen mendapat laporannya. Aneh, kebetulan bertemu bisa jadi karena Vano tahu di mana Bapak biasa periksa, tapi foto dan posisi tubuh berdekatan karena tanganku ditarik, itu tidak masuk akal. Kejadiannya hanya beberapa detik aku rasa. 
 
Malam berikutnya Vano menunggu  di tempat yang sama. Aku sengaja lewat, kali ini aku minta Pak Bambang untuk mengikutiku dari belakang sehingga Vano sungkan kalau hendak berbuat macam-macam. Aku memperhatikan seberang jalan hanya ada satu mobil terparkir. Mungkin orang yang memotret ada di dalamnya. 

Rasa penasaran membuatku nekat untuk menyeberang. Mobil itu seketika langsung tancap gas dan hampir menabrakku. Beruntung jalanan sepi sehingga aku aman saat refleks mundur satu langkah. 

My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang