Four

494 27 0
                                    

Emily berjalan menuju kelasnya. Hari ini ia sengaja masuk sekolah agar Ice tidak menganggapnya gadis yang lemah. Untuk menyamarkan matanya yang bengkak akibat menangis semalaman, ia memilih untuk memakai kacamata.

Namun saat ia menginjakan kaki nya dilantai 3, kedatangannya langsung disambut oleh kehadiran Luke dan Sean.

"Luke... Sean..." kata Emily yang tampak terkejut dengan kehadiran Luke dan Sean.

"Emily kami perlu bicara dengan mu." balas Luke dan segera menarik tangan Emily menuju kantin sekolah bersama Sean.

-0000-

"Ada apa?" tanya Emily sesaat setelah sampai dikantin. Ia pun segera duduk di depan Luke dan Sean di sampingnya.

"Kau putus dengan---" kalimat Luke terpotong.

"Jangan bahas itu." potong Emily cepat. Ia sudah terlalu lelah untuk membahas soal itu lagi.

"Baiklah." sahut Luke pasrah.

"Hey matamu bengkak. Apa kau menangis?" tanya Sean saat menyadari mata Emily yang terlihat bengkak.

Emily menggeleng. Ia tidak akan menjatuhkan harga dirinya di depan kedua pemuda ini. "Tidak." elaknya.

Sean berdecak. "Emily... Bahkan kacamata mu itu tidak menyamarkan matamu yang bengkak sama sekali."

"Jadi... Kau menangis?" tanya Luke, tampak mengulang pertanyaan yang tadi sempat Sean lemparkan kepada Emily.

"Gadis mana yang tidak akan menangis jika ia di putuskan oleh pacarnya tepat pada ulang tahun ke tujuh belasnya." jawab Emily sedih dan merasakan matanya memanas, namun dengan sekuat tenaga ia menahan agar air matanya tidak tumpah.

"Oke... Baiklah... Aku tidak akan membuatmu menangis untuk kesekian kalinya." kata Luke.

Emily menghela nafas kasar. "Aku tidak akan menangis. Air mataku sudah habis untuk menangisi orang sedingin es seperti dia." balasnya dingin.

Sean langsung mengjentikan jarinya. "Itu alasannya ia sering dipanggil dengan sebutan Ice!" Serunya dengan nada heboh.

Luke hanya melirik Sean dengan tatapan jengah. Temannya yang satu ini memang benar-benar menyebalkan. Ia kemudian kembali beralih pada gadis yang ada di hadapannya saat ini. "Oh ayolah, aku tahu kau sangat mencintai Ice, Emily. Kau tahu? Kemarin Ice nampak menyesal karena telah memutuskanmu."

Emily mendengus. "Aku tidak percaya ia menyesal. Karena terlalu banyak wanita yang bisa menggantikanku kapan saja di hatinya." balas Emily

"Bisa saja ada keajaiban. Siapa yang tahu kalau nantinya ia akan mengejarmu?" Celetuk Sean seraya menyesap cappucino yang tadi ia beli.

Luke langsung memukul kepala Sean dengan gemas. "Jangan berbicara seperti itu! Apa kau mau kalau Ice menjomblo selamanya?!" Bisiknya tepat di telinga Sean.

"Rasanya tidak mungkin." Sahut Emily putus asa.

"Ah ayolah, Emily. Buat Ice jatuh cinta kepadamu." kata Luke seraya menepuk pelan bahu Emily.

Emily tak menjawab. Ia hanya menghela nafas lalu memakan roti yang ia bawa dari rumah tadi.

"Sangat tidak mungkin gadis sepertiku bisa membuat Ice jatuh cinta dengan segala kekuranganku." Ucap Emily seraya mengunyah rotinya.

"Bagaimana kau bisa tahu? Memangnya kau yang mengatur takdir seseorang!" sahut Sean yang membuat Emily mendelik padanya.

"Sean... Dia tidak akan pernah mencintaiku. Sampai. Kapan. Pun." Balas Emily penuh penekanan dalam nada bicaranya.

Another Love Story [REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang