*20- Ancaman*

33 12 11
                                    

Bastian berjalan menyusuri koridor yang mengarah ke deretan kelas Bahasa. Setelah mendengar cerita dari Tiwi tentang kejadian yang menimpa Alya kemarin dan tentang masalah Ocha dengan Alya di masa lalu, Bastian semakin yakin jika ia memang harus menemui Ocha agar gadis itu berhenti bersikap semena-mena.

"Yan, lo gak bakal macem-macem, kan, sama si Ocha?" tanya Faiz yang sedari tadi mengekor bersama Galang.

"Nggaklah. Gue cuma mau ngobrol santai aja sama dia," sahut Bastian dengan tatapan yang masih fokus ke depan.

"Lagian mana mungkin si Iyan macem-macem sama cewek. Dia anak baik-baik, gak kayak lo," timpal Galang diikuti jitakan pelan di kepala Faiz.

Faiz sontak meringis, lantas menatap tajam laki-laki di sampingnya itu. "Heh, gue cuma nanya. Sewot amat, sih, lo!" decak Faiz sambil mengusap-ngusap bagian kepala yang terkena jitakan dari Galang tadi.

Bastian menghentikan langkah setelah berada di depan kelas 12 Bahasa 2. Ia menoleh ke arah Galang dan Faiz yang masih setia berdiri di belakangnya. "Kita udah sampe. Kalian diem, jangan sampe bikin keributan!" ucap Bastian dan langsung diangguki oleh keduanya.

Keadaan kelas 12 Bahasa 2 sudah tampak ramai karena memang tak lama lagi jam pelajaran akan dimulai. Bastian mengetuk pelan pintu kelas, membuat beberapa orang menoleh ke arahnya.

"Permisi, Apa gue boleh masuk? Gue mau ketemu sama Ocha," ucap Bastian, mencoba bersikap ramah.

"Mau ngapain?" tanya seseorang laki-laki yang berstatus sebagai Ketua Murid kelas 12 Bahasa 2. Terlihat jelas raut curiga dari wajah laki-laki itu.

"Gue cuma mau ngobrol aja. Gak bakal bikin ribut, kok." Bastian tersenyum. Wajar saja laki-laki itu curiga karena sudah pasti semua penghuni kelas di sini pun tahu jika Ocha punya masalah dengannya. Namun, jika Bastian berniat membuat keributan, ia tak akan repot-repot izin seperti ini, kan?

Laki-laki itu pun akhirnya mengangguk, lalu mempersilahkan Bastian masuk. Semua penghuni kelas kembali ke kegiatannya masing-masing, mencoba untuk tidak memperdulikan kehadiran Bastian meskipun sebenarnya ada sedikit rasa penasaran dengan tujuan kedatangan laki-laki itu.

Ocha yang sejak tadi namanya disebu-sebut hanya bisa menahan kesal sambil memperhatikan ketiga laki-laki yang kini berjalan menghampiri gadis itu. Ia mendengkus, tak menyangka ternyata Bastian berani datang ke kelasnya seperti sekarang.

Tanpa permisi, Bastian pun duduk di kursi kosong samping Ocha. Tatapannya lurus ke depan dan terasa begitu dingin, sedangkan Faiz dan Galang memilih berdiri sambil menuggu apa yang akan dilakukan Bastian.

"Kalian mau ngapain, sih?" tanya Ocha kesal karena sejak tadi mereka malah diam.

Bastian tersenyum miring sambil bersidekap dengan tatapan yang masih lurus ke depan. "Gue cuma mau bilang, tolong jangan ganggu Alya lagi."

"Emang lo siapa? Pake nyuruh-nyuruh gue segala. Mending kalian gak usah ikut campur!" sentak Ocha sambil menatap tajam laki-laki di sampingnya.

Menghela napas, lantas tersenyum tipis. Bastian mencoba mengontrol emosinya agar tetap tenang. Ia beralih menatap Ocha yang sangat terlihat tidak suka dengan kehadirannya. "Gue emang bukan siapa-siapa lo. Lagian gue juga gak mau jadi siapa-siapanya lo. Tapi, gue itu temennya Alya, jadi wajar aja kalau gue ikut campur, kan?"

Ocha hanya diam, lalu mengalihkan pandangan ke arah lain. Ia harus bisa tetap tenang, jangan sampai membuat keributan di kelasnya sendiri.

"Kalau lo masih macem-macem sama Alya, gue gak bakal segan buat laporin lo ke kepala sekolah, bahkan ke polisi sekaligus," ancam Bastian dan langsung membuat Ocha kembali beralih menatap Bastian.

Di Balik Diam [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang