*8- Kejadian di Kantin*

84 14 30
                                    

Alya mengedarkan pandangan mengitari setiap sudut kantin yang sudah lumayan ramai. Ia mengembuskan napas pelan, merasa tak nyaman berada di tengah-tengah keramaian seperti ini. Gadis itu menyesal karena telah mengiyakan ajakan Ara untuk makan di kantin. Alya lebih nyaman diam sendirian di kelas daripada berada di keramaian seperti sekarang.

Alya kini mengalihkan pandangan ke arah satu piring siomai di depannya. Ia sudah tidak berselera lagi untuk makan. Yang ia mau saat ini hanya buru-buru kembali ke kelas.

"Siomainya dimakan, Al. Jangan cuma diliatin," ucap Galang yang merasa heran melihat Alya sejak tadi hanya memandangi makanan di depannya.

Alya hanya tersenyum canggung. Saat ini ia dan Ara memang duduk satu meja dengan Bastian dan kedua temannya. Galang dan Faiz. Alya memang sudah mengenal kedua teman sekelas Bastian itu di bangku SMP, tetapi tetap saja ia merasa canggung jika berhadapan dengan mereka.

"Kalau lo gak mau, gue bersedian, kok, makan siomai punya lo," timpal Faiz yang diakhiri cengiran tanpa dosa.

"Yeah, rakus lo!" Galang tanpa segan menjitak kepala laki-laki itu. "Mau kena amuk si Tian?"

Faiz hanya cengengesan seraya menatap Alya yang kini hanya diam memperhatiakan kedua laki-laki itu.

"Lah, itu bocah satu juga kemana lagi kagak balik-balik. Masa ke toilet aja sampe seabad," ucap Faiz.

Saat Alya datang tadi, Bastian memang izin pergi ke toilet. Namun, sampai sekarang laki-laki itu belum juga kembali.

"Al, dimakan siomainya. Nanti keburu dingin, gak enak, lho," pinta Ara pada gadis di sampingnya yang sedari tadi terus saja diam.

Alya mengangguk, lantas memasukkan satu suap siomai ke dalam mulut meskipun sebenarnya ia sama sekali tidak berselera.

"Wah, Alya!"

Suara pekikkan seseorang membuat keempatnya menoleh. Alya sontak membulatkan mata, lantas menghela napas kasar ketika mengetahui siapa pemilik suara itu, sedangkan Ara, Galang, dan Faiz hanya memandang heran orang itu.

"Tumben banget lo ke kantin, Al? Biasanya juga lo lebih suka diem di kandang." Orang itu, Ocha kini melipat kedua tangannya di depan dada sambil memperhatikan Alya. "Eh, salah. Maksud gue di kelas bukan di kandang," lanjutnya disertai tawa pelan.

Alya hanya diam seraya menatap kosong siomai di hadapannya. Ini yang membuat Alya malas keluar kelas. Ia malas harus bertemu Ocha yang selalu berakhir dengan keributan. Bukan karena Alya takut, tetapi gadis itu hanya menghindari masalah yang tidak penting.

"Udah berani keluar kelas sekarang, Al?" tanya Ocha dengan sikap angkuhnya.

"Emang apa urusannya sama lo, sih? "

Bukan Alya yang menjawab, melainkan Tiwi yang tiba-tiba datang dan langsung mendorong bahu Ocha sehingga gadis itu mundur beberapa langkah.

"Gue udah bilang berapa kali sama lo, jangan ganggu sahabat gue lagi," sentak Tiwi. "Bilangin juga sama temen lo, si Shella. Jangan pernah ganggu lagi hidup sahabat gue. Si Alya juga gak pernah ganggu hidup dia, kan?"

Alya masih diam dengan tatapan kosongnya. Sudah bisa dipastikan jika saat ini semua pengunjung kantin tengah memperhatian keributan yang ditimbulkan Ocha dan Tiwi. Ocha memang salah satu teman Shella yang sudah 2 tahun ini mengganggu dan membuat hidup Alya tak tenang. Hal itu juga yang menjadi alasan Alya malas keluar kelas dan tidak suka dengan keramaian.

"Eh, ada apa, nih?" tanya Bastian yang baru saja kembali. Ia tak mengerti dengan keributan yang saat ini sedang terjadi.

"Gak tau, gue gak ngerti. Itu cewek tadi tiba-tiba dateng terus ngomong gak jelas sama si Alya," jelas Galang yang sebenarnya juga tak mengerti permasalahannya.

Di Balik Diam [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang