*23-Dia Lagi*

31 11 25
                                    

Hari ini, Alya sudah bisa kembali masuk sekolah setelah gadis itu meyakinkan keluarganya, terutama Zio bahwa semua akan baik-baik saja. Alya sudah bosan diam di rumah yang terus-terusan diminta untuk istirahat, tidak boleh melakukan hal lain. Padahal, ia sudah benar-benar sembuh dan bisa melakukan kegiatan seperti biasa. Alya sebenarnya mengerti, mereka menjadi seperti itu karena masalahnya di masa lalu.

Alya kini berjalan menuju kelas diikuti Bastian yang sejak tadi mengawasi keadaan sekitar. Kejadian kemarin-kemarin benar-benar membuat orang-orang terdekat Alya menjadi sangat protektif pada gadis itu dan menurut Alya itu terlalu berlebihan.

"Udah nyampe." Alya mengehentikan langkah tepat di depan pintu kelasnya. Ia lantas berbalik dan menatap Bastian yang juga ikut berhenti. "Udah sana lo ke kelas," suruh Alya sambil mengibaskan tangannya.

"Iya, lo masuk dulu sana. Setelah itu gue pergi," jawab Bastian. Ia memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana, lantas mendekat ke arah Alya. "Lo gak usah mikirin apa-apa lagi soal Ocha. Udah gue pastiin dia gak bakal ganggu lo lagi."

Alya hanya mengangguk. Gadis itu kini sudah berjalan memasuki kelas, sedangkan Bastian masih setia berdiri di depan pintu. Setelah melihat Alya sudah duduk di bangkunya, Bastian maju beberapa langkah sehingga saat ini sudah berdiri di ambang pintu.

"Woy, Ca? Hus-hus Ca!" panggil Bastian membuat beberapa orang beralih menatapnya begitu pun Alya yang baru saja duduk.

Caca yang sejak tadi sedang menulis seketika menoleh, lantas mengernyit seolah bertanya "Ada apa?".

"Sini bentar," titah Bastian.

Caca pun akhirnya beranjak mengahampiri laki-laki itu. "Apa, sih? Pake hus-hus segala! Gue bukan kucing, tau!" gerutu Caca setelah ia tepat berada di depan Bastian.

Bastian mendekatkan wajahnya ke telinga Caca. "Gue mau minta tolong sama lo, jangan sampe Alya keluar kelas sendirian dan kalau ada apa-apa langsung kasih tau gue," bisik Bastian. Beberapa orang masih memperhatikan mereka, tetapi Bastian benar-benar tidak peduli.

"Oh, itu. Siap-siap, semua aman sama gue," jawab Caca sambil mengacungkan kedua jempolnya.

Bastian mengangguk. Ia kemudian pergi dari sana setelah sekilas menatap Alya yang ternyata juga tengah memperhatikannya.

Setelah berbicara dengan Bastian, Caca tidak langsung kembali ke bangkunya melainkan berjalan menuju bangku Alya dan Ara. Gadis itu kini memilih menempati bangku di depan mereka yang kebetulan masih kosong.

"Abis ngomongin apa lo sama Bastian?" tanya Ara kepo.

"Hih, kepo banget lo," sahut Caca dengan senyum menyebalkan.

Ara hanya mendengkus sambil memutar bola mata malas, sedangkan Alya menggeleng seraya menatap Caca.

"Pasti dia nyuruh lo buat jagain gue, kan?" terka Alya.

Gadis yang selalu terlihat ceria itu sontak membulatkan mata. "Eh, kok, lo tau, sih?" tanya Caca.

"Tau, lah. Orang-orang jadi tambah mengkhawatirkan keadaan gue setelah kejadian kemarin," jelas Alya. Ia sedikit kesal dan juga bersyukur. Kesal karena mereka terlalu berlebihan dan bersyukur karena mereka selalu peduli pada gadis itu.

Caca menghela napas kasar. "Itu karena mereka itu sayang sama lo. Mereka gak mau lo kenapa-napa lagi kayak kemarin."

Alya hanya mengangguk karena itu memang benar.

"Eh, iya. Lo kayaknya udah deket, ya, sama Bastian?" tanya Caca pada Ara. Ia ingin memastikan apa yang dikatakan Galang waktu itu karena ia pun sesekali pernah melihat Ara selalu memulai obrolan dengan Bastian meskipun laki-laki itu terlihat tidak suka.

Di Balik Diam [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang