Tiga Tahun Lalu
"Seratus lagi?"Nata kembali histeris katika melihat lembar ulangan Fisika milik Kelana.
Kelana menganggu dengan antusias membuat Nata memberikan tepuk tangan dengan senyum paling manisnya.
"Kalau gitu belikan aku dua es krim vanila"Nata membentuk angka dua dengan jarinya dan menempelkannya di samping pipi membuatnya terlihat sangat gemas dimata Kelana.
Kelana terkekeh "Itu dua tambah dua empat"Ucapnya karena melihat tangan Nata.
"Empat kan berdua"Keduanya tertawa bersama ditengah ramainya keadaan kelas.
*
Sepulang sekolah mereka benar-benar datang ke kedai es krim favorit mereka. Setahun lalu Kelana mengenalkan kedai es krim itu kepada Nata yang menurut Nata itu adalah kedai dengan es krim vanila terenak yang pernah ia coba.
"Tumben ramai banget"Keluh Nata yang tidak mendapatkan tempat duduk yang biasa mereka duduki.
"Udah jangan kebanyakan mendumel nanti es krimnya jadi ga enak"Kelana mendorong sedikit cupnya agar lebih dekat dengan Nata.
Nata segera mencoba es krim tersebut "Masih enak kok"Ucap Nata lugu seolah percaya dengan yang Kelana ucapkan.
Kelana tertawa "Bagus deh"
*
Nata terus tersenyum senang ketika kenyataannya di hari paling bahagia ini dia bisa dapat tempat duduk paling nyaman dikedai kesayangannya itu.
Kelana kembali dengan dua cup es krim dan sebuah paper bag yang sudah sejak minggu lalu ia siapkan.
"Kedainya jual kado juga sekarang?"Ledek Nata.
Kelana hanya berdecak,ia meletakan satu cup di depan Nata beserta paper bag itu lalu duduk di hadapan Nata.
"Ini dari mana?"Tanya Nata yang masih tidak mengerti.
"Salah,harusnya pertanyaanya itu dari siapa?"
Nata menatap Kelana malas "Dari siapa?"
"Dari aku,silahkan buka"Jawaban Kelana membuat Nata tersenyum.Sebenarnya Kenala bukan tipe orang yang sering membelikannya hadiah.
Ia membuka paper bag itu "Perasaan tadi kamu ga bawa ini?"Tentu saja Nata tau mereka kesini naik motor Kelana dan ia tidak melihat paper bag itu.
"Tadi aku titipin disini,ke teman baruku"Jawaban itu suskes membuat Nata mengalihkan fokusnya kembali kepada Kelana.
"Itu"Kelana menunjuk seorang laki-laki yang ternyata salah satu pegawai kedai ini "Namanya Candra"
Nata mengangguk lalu tersenyum,tidak heran Kelana memiliki banyak sekali teman.Kelana memang tumbuh menjadi laki-laki ramah yang mudah akrab dengan orang baru.Hal baik itu ternyata bisa juga buruk ketika faktanya Kenala juga mudah memiliki teman perempuan,sebuah kenyataan yang kerap kali membuat Nata cemburu.
'Natalia,selamat hari jadi tahun ke 2'
Tepat dibelakang ucapan itu ada satu buah lambang hati yang digambar sangat jelek,pertanda si penulis itu sangat jarang membuat tanda tersebut.
"Kelana,terimakasih banyak"Senyum paling manis itu mengembang dibibirnya.
"Suka kadonya?"Tanya Kelana dengan tawa yang sebentar lagi akan meledak.
Nata mengibas tangannya di bawah mata sebagai pertanda menghapus air mata yang sebenarnya tidak benar-benar jatuh. "Suka banget ampe terharu gini"
Kini tawa Kelana benar-benar meledak,kalian tau apa isi kadonya?Sebuah buku rumus-rumus fisika dengan selembar kertas kecil ucapan tadi yang sepertinya ditempel dengan nasi.
"Harus digunakan ya!Belajar yang baik,kamu sudah kelas dua belas Nata"Mendengar fakta itu hanya membuatnya kesal,dua tahun sekelas dengan Kelana sekarang harus dipisahkan di kelas dua belas.Ia benar-benar tidak tau gimana nasib nilai-nilainya kedepannya.Beda kelas dengan Kenala berati tidak bisa menyontek leluasa seperti dulu.
*
Sudah jam sepuluh malam tetapi Kelana tetap nekat untuk pergi kerumah Nata ketika ia mendapatkan pesan bahwa Nata belum mengerjakan tugas matematika dan fisika yang akan dikumpulkan besok.
"Sudah berapa kali aku bilang Natalia,kamu punya aku kalau ada apa-apa tuh bilang"Sambil terus mengerjakan tugas matematika Nata,Kelana terus mengomel.
"Iya-iya maaf,aku baru ingat"Ucap Nata dengan suara pelan,ia masih sibuk menyalin lima halaman tugas fisika milik Kenala,sedangkan matematika kelas Kelana belum sampai bab tersebut membuat Kelana mengerjakan soal itu terlebih dahulu.
"Kelana?"Panggil Nata setelah selesai menyalin tugaas fisika milik Kelana.
"Hm"Jawab Kelana seadanya,ia masih sibuk menghitung angka angkat di buku tulis milik Nata.
Nata tidak langsung menjawab,ia terus memperhatikan Kelana yang begitu fokus,keringatnya terlihat di pelipis Kelana wajar saja karena ruang tamu Nata sama sekali tidak tersedia pendingin ruangan.
"Gerah banget ya?Mau aku ambilin kipas?"Nata mengusap keringat Kelana dengan tangannya,wajar sekali laki-laki itu memang mudah berkeringat.
"Ga usah"Lagi-lagi Kelana hanya menjawab dengan seadanya,sebenarnya ia sangat tidak suka diajak bicara ketika sedang fokus.Nata tau itu tapi Nata juga tau Kelana tidak akan marah dengannya.
"Kamu mau ke Puncak ya minggu ini?"Pertanyaan Nata langsung membuat Kelana mengangkat pandangan melihat Nata.
"Tau dari mana?"Setelah menjawab itu Kelana kembali menggerakan tanganya untuk menulis.
"Ga sengaja dengar pembicaraan Putri"Putri adalah salah satu anak famous di sekolahnya,mereka sekelas tetapi tidak berteman baik lebih tepatnya Nata seolah enggan menganggap Putri temanannya padahal Putri cukup berteman baik dengan kekasihnya.
"Kelana jawab"Tintah Nata karena Kelana masih saja diam.Yang Nata tau pergi ke puncak adalah acara orang-orang yang cukup berpengaruh diangkatannya makanya Nata yakin Kelana akan ikut,tapi masalahnya Kelana belum cerita apa-apa.
Kelana menutup buku Nata karena sudah selesai ia kerjakan.Ia memutar badannya menghadap Nata menatap mata yang memiliki banyak makna yang tidak pernah benaar-benar bisa Kelana mengerti.
"Cuma satu hari kok ga nginep juga"
Jawaban Kelana membuat Nata mengangguk ia membereskan buku dan alat tulisnya "Yaudah kamu boleh pulang,udah malem"Nata langsung berdiri membuat Kelana ikut berdiri.
"Kenapa sih?Kamu marah karena aku ga ajak?Kamu aja selalu nolak setiap kali aku ajak ngongkrong padahal temen-temen aku juga temen-temen kamu"Suara Kelana meninggi,ia sangat kesal jika Nata sudah bersikap seperti ini.
"Kelana ibu aku udah tidur"Ucap Nata memperingati karena suara Kelana "Aku ga marah karena kamu ga ajak,aku ga marah.Aku cuma sedih karena aku harus tau dari orang lain"
"Kenapa kamu harus sedih sih,ini cuma perkara ke puncak.Aku cuma belum sempat ngomong ke kamu aja"Suara Kelana melemah tetapi tetap tedengar tidak suka di dalamnya.
"Jangan lupa gerbangnya ditutup ya"Kelana tidak bisa membalas lagi ketika Nata langsung memasuk kamar setelah mengatakan itu.Kelana keluar rumah dan menutup pintunya.
Dari dalam kamar Nata bisa melihat laki-laki itu mendorong motonya keluar gerbang,lalu menutup rapat setelah itu baru memakai helm dan menjalankan motornya dengan perasaan kesal.
Sama kesalnya dengan Kelana,Nata pun merasa begitu.Bagaimana mungkin Kelana tidak mengerti bahwa dirinya ga suka Kelana pergi dengan teman-temannya.Pasti teman-temanya sibuk menggunjing tentang dirinya,bahwa ia tidak pantas lah buat Kelana bahwa Kelana bisa dapat yang lebih dari dirinya,begitulah pikiran Nata setiap kali Kelana main dengan teman-temanya,pikiran Nata yang tidak pernah diketahui oleh Kelana
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Kelana [Selesai]
Teen FictionRingkasan cerita singkat tentang perjalanan kisah panjang Kelana dan Natalia.