Kelana dan Dunia Fantasi

9 2 0
                                    

"Loh nak Kelana kan? Lagi di Jakarta?"Sesampainya dirumah Nata ia langsung disambut ibu Nata yang sedang menyiram tanaman.

"Iya bu"Kelana turun dari motor dan langsung menghampiri serta menyalami ibu Nata.

Jangan bingung kenapa Kelana memangil ibu karena sejak dulu memang begitu,ibu Nata yang berprofesi sebagai guru memang lebih suka dipanggil ibu daripada tante jadi semua teman-temannya Nata pun memanggilnya bu walau kerap kali Nata protes dan bilang "Anak ibu sebenarnya siapa si?" Atau "Aku anak tunggal tetapi serasa punya saudara se-rw"

"Nata ga cerita loh kamu ada di Jakarta"Ucap ibu Nata dengan selingan kekehan bercandanya.

Kelana hanya membalasnya dengan kekehan juga karena bingung harus menjawab apa "Ibu lagi nyiram tanaman,masuk aja nak.Nata paling ada di kamarnya"

Sejak dulu Kelana memang sudah sering main ke rumah Nata,ia pun sangat dekat dengan ibunya Nata.Kelana mengetuk pintu kamar Nata,rumah yang tidak pernah berubah sejak dua tahun lalu ia kesini.

"Ga dikunci bu,masuk aja"Suara Nata dari dalam membuat Kelana terus mengentuk pintu itu.

"Biasanya juga----"Pintu terbuka dan ucapan Nata berhenti ketika melihat Kelana di depannya.

Kelana tersenyum simpul "Halo"Katanya dengan suara yang cukup unik.

Nata melihat jam ditangannya dengan jarum panjang yang hampir mendekati angka dua belas "Kamu emang selalu tepat waktu ya"

"Bentar aku ambil sepatu dulu"

Kelana mengangguk."Oke aku tunggu luar"

Kelana duduk di teras dan tidak lama kemudian Nata datang untuk memakai sepatu putih favoritnya,Kelana terus memperhatikan Nata yang sedang mengikat tali sepatu,ia tau sepatu lusuh itu sudah berumur tiga tahun.Tidak menyangka Nata masih saja memakai sepatu itu,sepatu yang dibeli secara tidak sengaja saat Nata yang niat awalnya hanya mengantar Kelana mencari sepatu futsal tetapi malah ia yang akhirnya beli sepatu karena sepatu yang dicari Kelana tidak ada yang cocok dengannya.

"Ibu Nata pamit ya"Setelah memakai sepatu mereka kembali mengampiri ibu Nata yang kali ini sedang menggunting rumput liar.

Ibu Nata bangun dari jongkoknya lalu menerima tangan Nata yang ia mengecup punggung tangannya "Mau kemana sih?"

Nata mengalihkan tatapannya ke Kelana,memberi isyarat supaya Kelana saja yang menjawab pertanyaan tersebut "Maunya ke bulan bu,karena belum bisa untuk umum jadi mau keliling Jakarta aja"

Ibu Nata terkekeh sembari mengerima kembali tangan Kelana yang ingin salim juga "Yaudah hati-hati ya nak"

Mereka mengangguk "Kali ini udah boleh pualng malam bu Natanya?"Tanya Kelana kerena biasanya selain bilang hati-hati Ibunya Nata juga selalu bilang untuk tidak pulang malam-malam.

Ibu Nata yang tau itu bercanda hanya bisa tertawa "Nata emang sekarang pulangnya malem mulu,nasehatin aja tuh nak"

"Ibu apaan si,dah ya dadah"Nata kemudian manarik Kelana menuju motornya.

Setelah motor mulai melaju,Kelana kembali bicara "Kamu beneran suka pulang malam?"

Nata berdecak "Malam yang kamu pikirin jam berapa si Kelana?"

Kelana tidak menjawab membuatnya tampak kesal "Aku kuliah naik tj,kalau selesai kuliah sehabis magrib udah pasti aku sampai rumah jam delapan Kelana.TJ tuh ramai,belum lagi jalanan jam segitu macet.Beda cerita kalau aku mampir ke kedai atau gramedia bisa sampai rumah jam setengah sepuluh"

"Tj apa si?"Refleks Nata memukul kepala Kelana atas pertanyaan itu.

"Transjakarta Kelana,baru dua tahun kamu ga di Jakarta udah pikun gitu?"

Kelana tertawa "Udah ganti nama ya?dulu kan disebutnya busway"

"Tau ah"

Kelana hanya menanggapinya dengan tertawa lagi.

"Kelana ini motor siapa?"Tiba-tiba Nata teringat sesuatu,seingatnya Kenala tidak lagi memiliki siapa-siapa lagi di Jakarta.

"Alam,aku juga tinggal dirumah dia selama disini"

Untuk sesaat Nata terdiam,mengingat-ingat muka dengan nama Alam yang disebutkan Kelana.

"Alam baik ya"

Lampu merah membuat motor metic yang dikendarai Kelana berhenti lalu ia menatap Nata lewat kaca spion "Waktu di Bali,Alam tinggal di rumah aku dan dia janji kalau aku ke Jakarta dia akan bantu"

Nata ber-o ria sambil mengangguk-angguk "Kamu juga udah sempat ketemu teman-teman yang lain?"

Kelana mengangguk "Udah,mereka juga banyak bantu aku"

Setelahnya hanya ada obrolan ringan antara keduanya,sampai akhirnya tiba ditempat yang sudah Kelana inginkan-Dunia Fantasi.

"Udah lama ga kesini"Kelana menghembuskan nafasnya sembari melihat sekitar ketika mereka sudah mulai masuk.

"Aku juga,faktanya aku lahir di Jakarta dan besar di Jakarta tapi baru dua kali kesini dan selalu sama kamu"

Tidak memiliki ayah sejak umur empat tahun membuat Nata tidak sering berlibur seperti teman-teman TK-nya.Ibunya yang sibuk bekerja dengan keadaan ekonomi yang tidak terlalu baik membuat Nata selalu sedih tiap kali mendapat tugas menceritakan liburan karena saat liburan Nata tetap saja di rumah dan tidak pergi kemana-mana.

"Wajib naik Kora Kora dulu yaa"Nata hanya tertawa menanggapi Kelana lalu mereka mulai mengantre.

Kora Kora adalah wahana pertama yang mereka naiki saat masih SMA. Kelana lah yang mengajak Nata ke dufan saat mereka menginjak kelas sebelas SMA. Bagi Nata mungkin ia tidak akan benar-benar ke Dufan jika bukan Kelana yang mengajaknya.

Nata bukan tipe orang yang takut menaiki wahana,mereka berdua mencoba banyak wahana-wahana yang ekstrem,keduanya terlihat sangat senang sampai waktu semakin sore dan hal yang cocok mereka naiki adalah bianglala.

"Ga ada yang lebih indah dari Jakarta"Ketika bialala sudah mencapai paling puncak Kelana mulai berbicara sembari melihat keindahan yang terlihat dari atas bianglala tersebut.

Nata tertawa ucapan Kelana seperti omong kosong "Bali emang ga indah?"

"Bali ga indah karena ga ada kamu ta"Nata tersipu lalu terkekeh,bagaimana bisa Kelana tinggal di Bali tentu saja mungkin delapan dari sepuluh orang lebih setuju Bali lebih indah dari Jakarta.

"Nata,kapan pun kamu mau ke Bali bilang ya. Kamu cuma butuh beli tiket pesawat karena penginapan dan biaya hidup disana aku yang tanggung"

Nata hanya tersenyum dan mengangguk singkat menanggapi ucapan Kelana karena bagi Nata ke Bali belum ada dalam list hidupnnya saat ini.

Dunia Kelana [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang