The Game : Hellevator.

20 1 0
                                    

  “Hellevator adalah sebuah permainan yang di dalamnya terdapat lorong-lorong gelap nan sunyi, tebing yang curam, dan sebagainya.”

  Rasa penasarannya tentang hellevator membuat Akcaya memasuki permainan yang berisi hal-hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Dia sedikit menyesal setelah memasuki permainan itu dan mengalami hal-hal yang terjadi di dalamnya. Namun usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil bukan? Mampukah seorang gadis bernama Askara Chaya Paksa memenangkan permainan bernama hellevator itu?

***

   Hari ini, setelah pulang sekolah aku berjalan perlahan dan tiba-tiba nampak saja sebuah halte bus yang sedang kosong. Keningku mengernyit, kutajamkan pandanganku untuk mengetahui halte tersebut. Ternyata, halte tersebut adalah pemberhentian bus untuk menuju hellevator. Hellevator? Apa itu? Aku penasaran dan akhirnya mulai mendekat. Setelah mendekat, dapat kulihat bahwa bus itu tidak memiliki penumpang dan hanya ada seorang sopir. Aku masuk ke dalam bus itu dan memilih salah satu bangku untuk di duduki.

  Melihat adanya penumpang yang masuk, sopir itu menoleh ke arahku. "Kau yakin mau ke hellevator, nak?" tanyanya ketika aku telah duduk.

  Aku mengangguk sekilas untuk menjawab pertanyaannya.

  Sopir itu mengangguk-angguk lalu memanaskan mesin busnya. "Oke, karena kau mau ke hellevator, akan kujelaskan apa hellevator itu. Hellevator adalah sebuah permainan yang di dalamnya terdapat lorong-lorong gelap nan sunyi, tebing yang curam, dan masih banyak lagi. Sampai saat ini masih belum ada yang bisa memenangkan hellevator."

  Dengan susah payah aku menelan ludahku. "Jika... kalah dalam permainan itu.. apa akibatnya untuk pemain?" tanyaku.

  Sopir tersebut tampaknya sedang mengingat-ingat sesuatu. "Kau akan terjebak di situ selamanya. Tidak bisa keluar," jawab pak sopir yang membuat bulu kudukku merinding.

  "Kalau boleh tahu... siapa namamu, nak?" Pak sopir sedang mengalihkan topik pembicaraan.

  "Askara Chaya Paksa. Panggil saja Akcaya."

  "Hm.. Ah, namamu sangat bagus nak. Askara Chaya Paksa, Akcaya, diambil dari Bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno yang berarti ksatria yang bersinar dibalik bayangan, tak mudah binasa. Benar bukan?"

  Aku mengangguk singkat. Setelah itu Pak sopir tidak menanyakan apa pun, begitu juga aku yang tidak tahu ingin berbicara apa. Jadi kubiarkan hening menjalari setiap detik bus ini bergerak menuju hellevator.

  Tak lama, bus berhenti melaju, menandakan bahwa bus ini telah sampai di tempat tujuan. Aku bangkit dan hendak keluar dari pintu depan bus yang sudah terbuka.

  "Nona Akcaya," suara lirih yang terkesan memanggilku membuatku menoleh. "Mendengar namamu membuatku semakin yakin bahwa kau bisa memenangkan hellevator. Semoga berhasil," sambung pak sopir yang terkesan menyemangatiku.

  Ku sunggingkan senyum manis untuk membalasnya. "Terima kasih." Dan dengan langkah mantap aku turun dari bus dan mendekat ke arah hellevator.

  Kakiku berhenti melangkah saat mendengar deru mesin melaju, aku berbalik, menatap kepergian bus itu. Aku menghela nafas pelan. "Semoga saja aku bisa keluar dari sini hidup-hidup."

  Kriet... Itulah bunyi yang dihasilkan pagar hitam tua yang sudah mulai berkarat saat aku membukanya. Kubuka pintu depan hellevator dan mulai masuk ke dalamnya.

Kumpulan Cerita Pendek.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang