Sentuhan itu memberinya belaian hangat, sesuatu yang terasa seperti haru yang menggebu. Mungkin saja kesedihan, atau kerinduan.
Air mata Yibo menetes selagi bibirnya tenggelam di bibir Sean, membenamkannya lembut namun penuh dengan emosi.
Kenapa rasanya menyenangkan, juga di saat bersamaan, menyakitkan?
Yibo berhenti dan melihat Sean terdiam dengan kedua mata sendu dan berkaca-kaca.
"Sean, apa yang telah terjadi di antara kita?" tanya Yibo dengan suara berat.
Sean tetap bertahan dalam diamnya, mematung dan memberi tatapan lirih.
"Sean, ... katakan, apa kesalahanku?" Yibo memohon. Ia meletakan wajahnya di dada Sean dan menahan tangis. Merasa sakit yang entah darimana asalnya, ia tak mengenali perasaannya sendiri.
Lebih menyakitkan lagi ketika yang kau dapat, hanyalah diam.
"Apa aku telah menyakitimu?"
---
Pagi hari bel rumah berbunyi sebanyak 3 kali. Sean menjawab pintu dan menyambut 4 orang pria berpakaian rapi masuk ke dalam rumahnya. Mereka adalah rekan kerja Yibo yang datang untuk menjenguk, sekaligus mengurus beberapa permasalahan yang timbul akibat absennya Yibo dari kursinya.
"Bagaimana aku bisa memahami semua ini? Seperti yang kau tahu, ingatanku belum pulih." Yibo memandangi lembaran berkas itu dengan nanar.
"Kami mengerti, tapi jika Tuan tidak segera memberikan persetujuan dan tanda tangan, maka perusahaan akan mendapat banyak kendala dan kekacauan." Sekretaris pribadinya menjelaskan. "Kami sudah sangat kerepotan mengatasi segalanya selama Tuan berada di rumah sakit. Jadi kali ini, kami terpaksa datang untuk menyelesaikan beberapa hal yang mendesak dan darurat."
Yibo menghela napas lalu mulai membaca berkas itu satu per satu. Tetapi tetap saja, tak ada satu hal pun yang ia tangkap. "Lalu apa kalian memintaku, orang yang bahkan tidak tahu aku seorang direktur ini, menandatangani hal yang tak kuketahui? Aku bahkan tak mengenali wajah kalian."
"Kau bisa mengandalkanku." Sean muncul di ambang pintu. "Aku mengenal mereka semua, dan tahu apa yang sedang kau kerjakan," imbuhnya.
"Oh! Tentu saja, Tuan Xiao!" Sekretaris nampak lega. Ia lekas menyeret kursi baru untuk Sean duduk.
Yibo tersenyum dan menyambut bantuan Sean dengan senang hati. Dengan Sean meminjamkan kepalanya, Yibo dapat dengan mudah memberinya kepercayaan penuh untuk mengatasi pekerjaannya ini. Dalam waktu singkat, pertemuan itu berakhir dengan hasil sesuai harapan.
"Sering-sering lah mengunjungi meja kerjamu dan memeriksa apa yang tersimpan di sana. Kau memiliki tanggung jawab besar, seorang pengelola utama perusahaan yang sedang berkembang."
"Terima kasih," ucap Yibo sambil mengambil alih beberapa cangkir kopi yang telah kosong dari tangan Sean. "Biar aku yang membersihkan ruangan ini."
Sementara Yibo membersihkan jejak aktifitas meeting-nya, Sean berdiri dan memperhatikan. Bukan sekedar memajang diri, ia lebih terlihat seperti mencari pertimbangan dengan kerutan mencolok di wajahnya.
"Ini bagus, aku tahu di mana harus meletakan gelas dan memposisikan benda-benda di rumah ini," tutur Yibo dengan seringai bahagia. Ia mulai merasa leluasa dan menemukan keterikatan dengan semua hal tentang rumah ini. "Meskipun tak ada ingatan yang kembali, tetapi semuanya terasa familiar bagiku. Terutama ketika aku menyentuhnya, tubuhku dengan otomatis mengenalinya. Apa kau mengerti apa yang kukatakan?"
Sean memalingkan wajah dan menatap ke jendela, ia memasukan kedua tangannya ke dalam saku lalu mengangkat sudut bibirnya sedikit. "Kau akan baik-baik saja jika sendirian, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑴𝒊𝒍𝒍𝒊𝒐𝒏 𝒕𝒐 𝒁𝒆𝒓𝒐 [𝑻𝒂𝒎𝒂𝒕✓]
Fanfiction⚠️BxB Area [🦁YiZhan🐰]❗ Sebuah tragedi merangkai teka-teki pada kehidupan Wang Yibo dengan sosok yang memperkenalkan diri sebagai pasangan hidupnya, Sean Xiao. Genre : Fanfiction, BL Main Cast : Wang Yibo & Sean Xiao/Xiao Zhan Written by : Lonlie ...