Kesepuluh

0 0 0
                                    

"Loh buku gue mana?" Tanya Abel kepada Jeremy yang sedang memeriksa buku latihan fisikanya yang kemarin di kumpulkan.

"Gue pikir lo udah dapet." Jawab Jeremy ikut bingung, ia pikir Abel sudah mendapatkan bukunya sebelum gadis itu pergi ke toilet tadi.

"Gak ada tuh, yang bagiin bukunya siapa?"

"Sama Gea." Jawaban Jeremy membuat Abel langsung menatap kearah gadis yang bernama Gea, yang duduk di bangku depan dan sekarang sedang berbicara dengan gadis yang ingin Abel tenggelamkan di laut. Neta.

Abel berjalan kearah Gea dengan langkah pasti lalu berdiri di samping gadis itu, Gea dan Neta langsung memandang kearahnya ketika ia sampai di sana.

"Buku gue mana?" Tanya Abel langsung tanpa basa basi. Ia sempat melirik Neta yang tersenyum ketika ia bertanya.

"Lo belum dapet? Semua buku udah gue bagiin kan."

"Terus buku gue mana."

"Jatuh kali." Jawaban itu di ucapkan oleh Neta sambil tertawa-tawa, Gea juga terlihat tersenyum misterius membuat Abel memutar matanya jengah.

Abel keluar dari kelas, lagi pula guru belum masuk, ia mencari bukunya yang kemungkinan di jatuhkan secara sengaja oleh dua orang tadi yang dalangnya sudah pasti oleh Neta.

Dan ternyata benar, bukunya terlihat tergeletak di taman yang becek karena baru di siram oleh tukang kebun. Abel memungutnya sambil berdecak, rasanya kepalanya mau pecah karena kekesalannya. Buku latihan fisikanya basah kuyup.

Ia lalu kembali menuju kelas dengan langkah panjang, langsung berdiri di depan meja Gea dan Neta dengan wajah kesal.

"Buku gue kenapa ada di taman?"

"Mana gue tahu, mungkin gak sengaja jatuh kali."

"Trus sekarang buku gue rusak."

"Itusih derita lo ya." Kata Neta dengan nada mengejek lalu tertawa, Abel menghela nafas kasar lalu menoleh karena guru masuk, ia memejamkan matanya sebentar lalu berjalan menuju mejanya dan duduk tenang melihat buku fisikanya yang rusak.

"Loh kok buku lo begitu?" Jeremy mengambil buku latihan fisika Abel yang basah kuyup.

"Gak tau, sekertarislo katanya gak sengaja jatuhin."

"Trus gimana?"

"Yaudah, nanti gue buang."

"Ini bisa kering kok Bell."

"Kering tapi bakalan rusak, mana kena lumpur lagi."

"Neta makin keterlaluan ya gangguin lo?"

"Rasanya mau gampar orang aja."

.......

Ketika bel istirahat berbunyi, Abel hanya berdiam diri di kelas, Jeremy pergi karena ada urusan dengan tim jurnalistiknya, dan ruangan kelas juga tidak benar benar sepi karena masih banyak juga yang memilih berdiam diri di kelas.

"Bell, kak Petra nyariin lo tuh." Kata seorang gadis yang duduk di depan meja Abel yang bernama Nida, gadis pendiam yang tidak banyak bicara. Tapi gadis itu sangat baik kepadanya meskipun Mereka jarang mengobrol.

Abel melihat kearah pintu kelas, seorang cowok jangkung berdiri di sana dengan senyuman lebar yang membuat lesung pipinya tampak sangat jelas. Siapa lagi kalau bukan Petra.

Abel membereskan barangnya dan berjalan keluar dari kelas, lalu berhenti ketika sudah sampai di depan Petra.

"Kantin yuk!" Ajak Petra lalu mengamit tangan Abel tanpa ijin dan membawanya berjalan pergi dari kelas.

Let's Break Up in JuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang