# Side Chapter 3,9 : SEKUMPULAN PENGKHIANAT

77 11 2
                                    

Sejak awal, kami memiliki rencana gila.

Ada suatu tempat, ya sebut saja tempat pertemuan rahasia milik pihak baju biru yang hanya diketahui oleh 2 orang. Di mana diantaranya adalah orang yang sangat tidak terduga dibalik suci.

Yang putih tidak selamanya bersih.

Mereka meletakan pewangi ruangan beraroma lavender. Di ruangan itu terdapat dua kursi dan satu meja marmer. Ada papan tulis elektronik. Ada pula mesin pembuat teh dan kopi.

"Bukankah itu menarik?"

Tayren Ranheru, tersenyum.
Sementara Mafurei, ia memasang raut setuju. Dua orang dibelakangnya, Ethan dan Reol, masing-masing dibawa sebagai boneka dalam pertunjukan mereka.

Mereka punya rencana.

Mengetes keyakinan kehidupan mereka.

Lihat? Betapa kurang ajarnya mereka.

Tapi betapa kurang ajarnya lagi manusia yang mengeluh satu sisi sementara di sisi lain berfoya-foya. Seakan bahwa tangis mereka adalah palsu. Keduanya sering tertawa kalau membicarakan hal tersebut.

Gila memang.

"Mengetes seberapa kuat keyakinan mereka...," Tayren mendudukan dirinya. Ia menyilang kaki. "Gila tapi karena mereka sudah melampaui batasnya 'kan?"

"Saya setuju," Mafurei meneguk pelan kopi hangat dari gelasnya. "Bahwa mereka mengabaikan apa yang ada di kehidupan mereka membuat saya merasa muak."

"Heh," kekeh Tayren. "Lihatlah, apa yang akan Sang Kuasa nantinya adili kepada kita kala kita berbicara seperti ini".

"Untuk sekarang, kita tak perlu memikirkannya," Mafurei menaruh cangkirnya di tempatnya kembali. "Reol".

Malaikat tak selamanya suci.

Reol, dia telah menjadi sama seperti Lucifer yang jatuh karena perbuatannya. Dengan itu dia, Mafurei, memanfaatkannya sebagai kunci utama dalam rencana ini.

"Ya, baiklah".

Kakinya melangkah ke luar dari ruangan tersebut. Dia akan pergi ke dunia atas untuk memakai kunci utamanya sebagai orang yang akan terlibat dalam aksi ini.

"Kau akan menipu Serafim lalu memanfaatkan situasi agar kau bisa mengambil sangkakala Rafael?"

Kedua orang yang punya pemahaman mengenai hal yang disebut "rohani" tersebut hanya tersenyum miris.
Mereka mengakui bahwa mereka telah setuju akan rencana gila keduanya.

Mereka akan menjadi pendosa.

Mereka mengakui bahwa mereka akan diadili oleh Sang Kuasa dengan cara lebih kejam. Atas keyakinan mereka.

"Ya," jawab Reol. "Kau juga siap dengan tugasmu bukan?"

"Menghabisi yang berkhianat...," hela nafas Ethan samar. "Apakah aku seperti Michael yang harus mengusir Lucifer dari "surga"?"

"Dalam konteks kali ini, Lucifer bukan karena kesombongannya. Tetapi karena rencananya".

Reol terkekeh lembut, "Kita keren bukan?"

"Ya," kekeh balik Ethan. "Sangatlah keren".

Keren untuk mencari suatu alasan yang tidak pasti.

.
.

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RAISON D'ÊTRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang