4

5 2 0
                                    

Hari demi hari kulewati.. Semua mengalir begitu saja. Begitupun hubunganku dan Elon.

Persahabatan kami yang dulu pernah sirna, kini kembali dengan identitas baru yang lebih sederhana yaitu 'teman'. Ia sering mengajakku bertemu, tapi juga tidak jarang kutolak. Karena, aku sangat sibuk dengan urusan sekolah akhir - akhir ini. Namun, tidak sampai pada suatu malam. Ia nekat datang ke rumahku.

"Lo ngapain malem - malem gini?" Tanyaku yang baru saja membuka pintu.

"Gue mau ketemu lo Re" jawabnya tampak serius. "Gue ngerti lo sibuk, makanya gue dateng pas malem" lanjutnya tanpa basa - basi.

"Yaudah, duduk sono. Gue ambil minum dulu" aku menyuruhnya duduk di kursi teras.

Aku pun pamit ke dalam untuk mengambil beberapa camilan untuknya. "Lo masih tinggal sendiri Re?"

"Ya, seperti yang lo lihat"

"Yang gue lihat masih sama, Re" aku menatapnya. Sedangkan ia malah terdiam setelahnya.

"Perasaan gue ke elo juga masih sama" lanjutnya tanpa mengedipkan matanya.

"Sama yang gimana?" Tanyaku yang bingung dengan pernyataannya.

Tiba - tiba, ia mendekat dan menggenggam tanganku dan berkata, "Gue suka sama lo Re. Sejak kita kecil, lo tau kan?"

Aku melepas genggaman tangannya, "Apaan sih. Dulu kan cuma cinta monyet, Lon. Jangan ngaco!"

"Ck. Nggak percayaan banget sih lo jadi orang, Re." kulihat ia mencebikkan bibirnya dan bersandar pada dinding tembok dengan pandangan mata yang tampak menelusuri langit malam.

"Bagian mana yang bisa buat gue percaya?" Tanyaku dengan nada yang sedikit sinis.

"Emang muka gue kayak bercanda, gitu?"

"Nggak cengengesan juga bukan berarti buat lo kelihatan serius, Lon. Udah deh, gue tau kok pacar lo banyak. Jangan gini, bikin gue males. Lagian, gue kenal lo nggak satu dua hari"

"Gue nggak punya pacar"

"Punya juga nggak masalah kali, Lon"

"Pacar yang mana? Emang lo pernah lihat gue ada cewek?"

"Ya... mana gue tau"

"Tuh kan, belom jelas juga lo udah nuduh gue. Apa jangan - jangan, lo yang udah punya pacar ya?"

"Bukan hak lo untuk tau soal itu. Udahlah, lo cuma mau ngomong gitu doang?"

"Baru ngomong gitu aja, lo galak banget sama gue" gumamnya sedikit frustasi.

"Lagian, ngaco banget lo punya mulut. Kenapa? Baru diputusin lo sama pacar?"

"Udah gue bilang, gue nggak punya pacar Resha sayang.." ucapnya dengan penuh penekanan saat memanggil namaku dan embel - embel di belakangnya.

"Heleh. Dahlah, pulang aja sono!"

Bukannya menuruti perkataanku, Elon malah menatapku dengan raut memelas.

"Napa lagi muka lo?" Tanyaku.

"Yaudah pulang, tapi peluk dulu ya" pintanya.

"Nggak, nggak ada peluk - pelukkan. Hush jauh - jauh!" Usirku karna tak tahan dengan segala ucapannya yang semakin ngawur itu.

"Tega banget sih lo, Re. Sekali aja masa nggak boleh? Gue lagi butuh sandaran nih"

"Mau sekali, se-kolam kek, tetep 'nggak'. Tuh tembok gue noh, lo boleh deh nyender di sono sepuas lo"

Aku pun beranjak dan, "pulang gih, gue mau tidur"

"Jangan gitu dong. Gue pengen curhat nih sama lo. Bentar lagi ya"

Say "No" to first loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang