Tak Tahu Arah Jalan Pulang

2 1 0
                                    

Suasana kembali hening, Rienus menatap was-was sekeliling. Rienus menghembuskan nafas yang sempat ditahan beberapa saat. Penampilannya bahkan jauh dari kata rapih, apa yang sebenarnya terjadi?

Flashback time~

"Bang bang, ayo bang main sama aku sebentar aja!"pinta Mary dengan tatapan memohon.
"Hah?" alis Rienus berhimpit, "Mary, kau sudah besar, apa kata Vati (Ayah) nanti kalau dengar ini??" dahi Mary mendapat kasih sayang, disentil habis-habisan hingga memerah oleh Rienus tanpa belas kasihan.

"S-sakit bang!!" segera dahinya tersayang dilindungi olehnya, selang waktu berlalu keduanya kembali normal.

Suara teriakan dan langkah kaki terdengar dari luar tenda mereka, kedua tatapan bertemu.
"Bang periksa dong," suruh Mary dengan wajah polos, "Ogah, kau sana, lagi makan tahu!" gerutu Rienus karena diganggu makan.

"Jaja (Yaya), aku yang periksa, jangan galak dong bang nanti Aice minta cerai, ehe!" ucapan Mary langsung membuat orang yang dijahili makin menggerutu dipojokan sambil makan Pretzel.

Derai dibukanya, menampakkan sosok Viscaria yang tidak normal sama sekali. "Bang coba sini sebentar, kok Viscaria beda gitu?" Rienus menghampiri Mary yang masih menatap Viscaria secara seksama.

"DEK ITU VISCARIA GAK NORMAL SAMA SEKALI!!" pekik Rienus tak karuan, "AYO LARI!!" sambung nyasambil menarik Mary.

"Lho, heh?! Kenapa sih??" Mary sama sekali tidak mengerti apa yang sedang terjadi. "Viscaria kerasukan, dodol! Udah cepet larinya ,keburu dikejar kita!!" mereka berdua pun berlari tak menentu arahnya.

Viscaria mengejar duo Ersuchen dengan kecepatan tidak wajar, bulu kuduk mereka berdiri, Rienus akhirnya berteriak, "ISTRIKU APA YANG KAU LAKUKAN?!?!" kini seluruh kekuatan lesehannya dipakai untuk berlari dari kejaran Viscaria. Mereka berdua berlari kesana-kemari, dimulai memasuki tenda divisi lain, bahkan sampai bersembunyi dibalik semak-semak masih terdeteksi Viscaria dengan sangat mudah.

"Bang capek, istirahat dulu!" keluh Mary, wajahnya memerah karena persediaan oksigennya tidak tercukupi.
"Kalau mau modar duluan jangan ngajak, woy!" sahut Rienus tidak santai. "Aku kan bercan— lho, apa tuh?" sesuatu berbentuk bola melayang diatas jemuran Misha.

"Bang, bajunya vati (ayah) ada makhluk halusnya, hihihi." kekeh Mary dengan seenaknya. "Itu bola kekuatan, idiota (bodoh)—tunggu, jangan-jangan?!" Rienus menyadari maksud keberadaan bola kekuatan yang berada di atas jemuran Misha.

"Cara mengalahkan Viscaria!" seru Mary melupakan teror yang sedang menunggu mereka. "Lari hei!!!" Rienus segera berlari dengan tergesa-gesa menarik pergelangan tangan Mary yang masih berceloteh. "Lho lho—AYO BANG BURUAN ITU VISCARIA UDAH KAYAK KENA RABIES!!" pekik Mary yang kini berganti menarik Rienus untuk kabur tanpa menoleh kebelakang. Kini tujuan utama mereka menghindari sosok Viscaria yang tidak normal. Sempat beberapa kali Mary tertangkap Viscaria, sempat juga pakaian Rienus tercabik oleh Viscaria. Bahkan alat atraksi mereka yang digunakan untuk menghindari Viscaria hanya sia-sia.

"Kita kemana lagi bang!? Capek nih!!" keluh Mary senderan pada pohon yang dihiasi cakaran Viscaria tercinta.
"Tsk!" Rienus berdecih, "Kita harus bisa mendekati bola kekuatan tadi—"mata Rienus melotot ketika Mary melepas rok seragamnya, "MAU NGAPAIN KAMU?!" Rienus mengambil rok yang dilepas Mary untuk disuruh pakai kembali. "Malas, juga gesekan antara kain membuat pinggangku gatal," Mary menunjuk pinggangnya yang merasa gatal.

"Ya tapikan, sudahlah. Jadi bagaimana rencana kita yang selanjutnya, dek?" Mary menggulung kedua lengan pakaiannya sembari membenarkan bandana miliknya yang berantakan. "Rencana? Kenapa tidak mencoba rencana yang dulu ingin kita lakukan sama vati?" Rienus mengelus dagunya dengan senyuman nakal terukir diwajahnya.

DARK [Season 1 Event 7]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang