All about Flashback - Ren's

100 10 0
                                    

Kapan diriku bisa mendapatkanmu? Aku slalu berjalan dibelakangmu, tapi kapan kamu aka menengok kebelakang? Tepatnya diriku?

Aku tersenyum saat melihat catatan diary masa SMA dulu. Itu hanya untuk Sonix. Sekarang Sonix sudah didepan mata. Apa kini ia telah menoleh kebelakang, tapi aku tak yakin dia menoleh kearahku.

Sonix. Apa--

"Ren!" Mendengar ada yang meneriaki namaku dengan segera aku menyimpan diary masa SMA ku.

Orang itu kini sudah duduk dihadapanku.

"Sudah pesan?" Tanyaku. Dia mengangguk dan tersenyum. Aku terdiam sebentar. Senyum itu. Senyuman yang slalu di cintai teman SMA ku dulu. Dia benar-benar berbeda. Sangat manis.

Tapi, kenapa saat diriku memberikannya Winter Cupcake, kenapa dia menolak? Apa itu terlalu manis? Lalu dari mana datangnya senyum manis itu? Bukankah karena terlalu sering makan dan minum yang manis?

Ah diriku.. terlalu mengharapkannya.

"Kamu..., sudah membuat tugas Sejarah?"

"Yang?"

"Mencari satu sejarah tentang dunia australia." Aku tersenyum kecil. Ya ampun, itukan bisa dicari di google.

"Sejujurnya belum. Tapi kita bisa cari di google kan?" Dia menggaruk-garuk kepalanya. Kebiasaan yang slalu kulihat saat di SMA.

"Oh ya, hari ini kamu sibuk?" Tanyanya yang benar-benar terlihat sedang mengganti topik.

"Tak. Hanya aku ingin sendiri dulu di kost" jawabku jujur.

Dia tersenyum manis lagi. Dan juga dia diam. Untuk keadaan hening ini, kusempatkan untuk membuka catatan diary yang kusimpan di saku jaket. Tenang saja, buku diaryku kecil.

Senyummu itu.. bagaikan matahari yang baru bersinar dalam duniaku. Duniaku yang dahulu kelam, duniaku yang dahulu runyam, kini menjadi indah. Saat aku mulai mengerti cinta yang kurasakan terhadap dirimu..

Lagi-lagi aku tersenyum. Membaca ulang diary yang dulu itu rasanya... ah tak bisa ku artikan. Mungkin lucu, mungkin dulu aku terlihat bodoh, mungkin aneh, mungkin terlihat seperti kerjaan anak alay. Atau... haha. Masa yang indah.

"Sedang baca apa?" Aku mendongak mendengar sebuah pertanyaan yang sepertinya memang untukku.

"Ada aja."

"Aku boleh tau?"

Aku menggeleng.

"Ooow okee.. tapi kalau Sonix Dirgantara yang ingin tau gimana? Sonix yang slalu kamu tulis dalam sebuah diary?"

Deg. Bagaimana dia tahu?

"Da-dari mana kamu tau?" Sonix mengibaskan tanganya seolah-olah itu masalah sepele. Tapi bagiku tidak. Karena pada dasarnya tanpa sonix membaca diaryku dia sudah tahu.

"Bukannya dulu rumor si cupu Auren menyukai Sonix sudah tersebar?"

Si cupu Auren? Be-berarti dia sudah tahu tentang diriku bukan? Tentang aku yang terlihat konyol dulu dihadapannya. Pikiranku langsung melayang saat-saat awal semua orang tahu tentang rasa yang kupunya untuk Sonix.

--

Pertahananku runtuh, ya pertahananku untuk melupakanmu. Yang seharusnya diriku sadar bahwa kamu dan aku takkan pernah bersatu. Hey Sonix, i love you..

Setelah menulis itu aku mulai meninggalkan perpusatakaan. Kulangkahkan kakiku menuju taman sekolah, disana kuhirup semua udara yang membuatku tenang.

Setelah merasa cukup dengan menghirup udara sekitar taman ini, kulangkahkan kakiku menuju kelas. Tepat saat kakiku menginjakan lantai depan pintu kelas, semuanya memandangku kasian. Namun ada juga yang memandang diriku meremehkan.

"Hey Auren! Demi apa ya elo suka sama Sonix?"

"Betultuh! Loe itu cupu!" Mataku memanas.

"Lalu apa masalah kalian? Lagipula aku juga sudah berusaha melupakan." Seisi kelas tertawa, termasuk sahabatku. Dia Ayana.

"Si cupu sok move on? Oh ya Ay.. Loe buat deh cerita yang judulnya Si cupu nyoba move on. Terus muat di mading, pasti rame!" Kini seisi kelas makin tertawa keras. Dan ayana juga sama, dia sama. Seperti kawanku yang lainnya. Tak ada yang berbeda.

Aku berlari meninggalkan kelas, tentunya menuju toilet. Semua sama. Semua manusia sama. Mereka munafik! Berkhiantat tentang janji mereka.

Kutumpahkan semua air mata kebencianku terhadap dunia ini. Setelah sekiranya memang sudah cukup, aku mulai keluar dari toilet. Dan selama aku berjalan dari toilet menuju kelas kembali terdengar bisik-bisik para manusia yang menurutku menjijikan. Oke, aku mulai lupa. Diary ku tertinggal, jadi yang membuat aku membenci semua manusia adalah diriku sendiri. Diriku benar-benar ceroboh.

--

"Sudah ingat?" Ya aku sudah ingat, dan itu membuatku harus mengeluarkan air mata yang selama ini ku tutup rapi-rapi agar tak tumpah lagi, namun nyatanya gagal. Aku masih jadi Auren cupu yang lemah. Bukan Ren yang ceria.

"Hei-hei kamu baik?" Aku mengangguk seraya mengelap air mataku kasar.

"I'm okay" jawabku jujur, aku memang baik-baik saja. Hah, aku gak mau jika harus kembali kedalam masa-masa terdahulu itu. Aku membencinya.

Suara dering telepon terdengar, Sonix mengeluarkan Handphonenya dan menatapku seolah aku-misi-dulu-ya-cuma-sebentar. Aku membalasnya dengan mengangguk dan juga senyuman.

Beberapa menit berlalu, Sonix kembali duduk dihadapanku. Huh, kenapa bisa selama itu untuk menelpon?

"Maaf lama, heheh.. gak sesuai yang aku beri tau tadi."

"Gak apa."

"Oh ya, besok aku tidak akan berangkat, biasa ada urusan keluarga. Di Kalimantan."

Kalimantan? Kenapa kini Sonix bisa terpisah jauh dari mama dan papanya?

Eh tunggu, kalau aku ikut boleh tidak yah? Aku juga sedang malas kuliah. Tapi apa aku akan menganggunya?

"Eee.. sonix, aku boleh ikut?" Dia tersenyum.

"Tentu." Ini... aneh.

♡♡♡

Hai guyss.. gimana tambah aneh gak? Oh ya kali ini setiap tanda ( -- ) itu artinya flasback. Vomment yoo~~

Love BloomsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang