"Katanya cantik itu ujian. Jelas-jelas lebih berat ujian jadi orang jelek," keluh Milo, meratapi pasukan jerawat yang betah bersarang di kulitnya.
"Ya memang. Kalau cantik itu ujian, mungkin jelek itu kutukan," timpal Monda. Pemuda bertubuh gempal itu gusar memandangi lipatan perut.
"Lu diet kek, turunin empat puluh kilo gitu," celetuk Milo.
Monda mendelik galak. "Elo ya, kerjaannya body shaming melulu. Giliran kena body shaming, ntar lo ngamuk-ngamuk bikin thread di Twitter. Body positivity lah. Everybody is beautiful in their own way lah. Self love lah. Kambing!"
Milo mengangkat bahu. "Ya siapa tau kalau kurus jadi ganteng kayak kembaran lo."
"Ini bukan masalah kurus atau gemuk, Mil. Kalau gue olahraga sampai bodi gue semlehoy pun, muka gue tetep mirip Jin Selat Sunda. Percuma," kelit Monda. Serta merta, Monda mengacungkan tangan kanannya. "Bang, ketopraknya nambah satu lagi."
Dua sahabat dengan rupa bikin sakit mata. Yang satu gadis dengan wajah lusuh dan badan rata, satu-satunya lekuk yang ia punya adalah lekuk jerawat beserta luka parut di mana-mana. Yang satu lagi pemuda gembul mirip miniatur bola dunia. Sering dihina, "Enak ya jadi lo, kalau malas jalan tinggal gelinding aja." dan "Kalau lo main bola, lo yang nendang atau lo yang ditendang?"
Intinya, mereka tidak sedap dipandang mata. Seringnya dilewatkan saja, sesekali dihina-hina. Baik Milo maupun Monda tidak heran jika kelak ada yang menggugat mereka akibat eksistensinya yang dinilai sebagai polusi visual.
***
Lepas mengadu keluhan di gerobak ketoprak, sepasang remaja tanggung itu duduk di bawah pohon jambu di tepi lapangan, netranya fokus menonton pertandingan.
BRUKKK!
Sebutir bola melesat cepat membentur kepala Milo. Gadis itu mengaduh. Namun, siapa peduli? Barangkali andai Milo menghilang, ia tidak akan dicari. Toh sejak dulu, kehadirannya tidak pernah diperhitungkan sama sekali.
BRUK!
Lagi, bola tersebut terpelanting salah sasaran. Kali ini, benda itu nyaris menyentuh Diana. Semua terpana. Pemain futsal berebut memohon maaf darinya. Padahal Diana tidak apa-apa, tersentuh saja tidak. Benak Milo otomatis membandingkan dirinya dan Diana. Betapa dunia ini kejam membagi-bagi kasta antara Si Tuna Rupa dan Si Cantik Sempurna.
Milo mengurut kepalanya yang berdenyut pedih. Alangkah indahnya jika ia menjadi Diana--dihargai tanpa perlu berusaha lebih.
Ya Tuhan. Saya bosan jelek. Tolong ubah saya menjadi secantik Diana, atau ubah saya jadi Diana sekalian. Amin.
***
"Sorry, Diana," ucap kapten futsal dengan raut menyesal.
"Iya, gak papa," jawab Diana.
Dua makhluk maha menawan menautkan pandang. Margo dan Diana, dianugerahi rupa yang elok mengundang.
Diana dengan mata bulat warna terang, kulit cerah dan lesung pipi dalam. Margo dengan wajah lonjong, dagu tegas, dan alis tebalnya. Keelokan mereka tidak mampu dipagari ciri fisik saja. Di luar yang bisa dideskripsikan oleh kata, intinya, mereka sempurna.
Dunia memang bengis mengenai Si Tampan dan Si Jamban. Namun, bagi Monda, Tuhan jauh lebih sadis. Bagaimana bisa, pemuda paling rupawan di sekolahnya adalah seonggok daging yang dulu berbagi rahim dengannya?
Iya, Margo adalah kembaran Monda.
Kalau ketampanan adalah lotre genetis--segelintir manusia memenangkan lotre sementara sebagian besarnya tidak--maka ini adalah sistem lotre paling kejam sedunia. Lotre ketampanan dalam rahim Mama, dimenangkan Margo seutuhnya. Monda tidak mendapat apa-apa.
"Gue kembaran Margo," tutur Monda saat memperkenalkan diri sebagai siswa baru.
"Margo? Anjrit, ngarep banget!" Mereka bersorak diiringi tawa serempak.
Kalau Tuhan itu adil, mengapa karunia-Nya tidak dibagi sama rata? Jika Tuhan benar adil, bukankah seharusnya Margo dan Monda diciptakan sama gantengnya?
Ya Tuhan, kenapa jatah ganteng saya dirampok Margo semua? Tolong buat saya ganteng seperti Margo, atau sekalian tukar badan saya dengan badan Margo. Amin.
***
Tuhan mendengar doa mereka, diam-diam sibuk meracik rencana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunarupa ✔️ | FLUFFY Short Story
EspiritualKalau cantik itu ujian, berarti jelek itu kutukan. "Biasanya orang yang bilang "love yourself" itu orang yang udah cakep dari sononya. Yah, kalau gue secakep mereka sih gue juga bakal cinta diri sendiri lah." -Milo "Kegantengan itu lotre genetis pa...