"MARGOOOO!" Seperti biasa, suara Agi adalah pengganti kokokan ayam di rumah ini.
Margo menjerit memecah pagi. "INI BARU JAM LIMA!"
"KALAU SAYA BANGUNIN KAMU KESIANGAN DIKIT, BISA-BISA KAMU BANGUNNYA NANTI MALAM!" Agi menggedor kamar.
"Monda ... bangun," gumam Agi sambil mengetuk pintu kamar pelan.
Monda menggeliat dengan agak berat. Perutnya tampak membukit. Gelambir muncul di sana-sini. Dengan mata masih digelayuti kantuk, ia membuka kamera depan ponselnya dan bercermin di sana. Ia telah kembali. Tampang kurang elok itu memenuhi layar ponselnya, seperti yang sudah-sudah, tapi tidak apa-apa. Kini, ia sudah lebih lapang dada.
"GILIRAN BANGUNIN MONDA, GAK PAKE MARAH-MARAH! GILIRAN BANGUNIN GUE, RIBUTNYA KAYAK NGEGEREBEK PASANGAN MESUM!" protes Margo.
"BURUAN BANGUN! PROTES MULU KAYAK SJW TWITTER!" maki Agi.
***
Monda memasukkan sepotong lontong berlumur bumbu kacang ke mulutnya. Ia tersenyum jenaka melirik Milo yang sibuk mematut diri di cermin kecil yang ia bawa.
"Jerawat baru lagi," cetus Milo. "Kira-kira, gue namain siapa ya? Wendi?"
"Terserah lo," tanggap Monda.
"Alright. Ini Wanda, ini Windi, ini Wendi." Milo menunjuk jerawatnya yang di pipi, dagu, dan kening secara bergantian.
Bibir Monda melengkung samar. Senang melihat Milo yang kini lebih ringan menanggapi kekurangan--sebelum-sebelumnya, Milo selalu merengut tiap mendapat sebiji jerawat baru. Padahal, bagi Monda, Milo itu pintar, asik, dan lucu-- jerawat-jerawat itu tidak mampu mengganggu gugat sosok Milo di matanya. Milo saja yang kerepotan ingin punya wajah mulus licin sempurna, padahal Monda--dan ia yakin orang-orang di sekitar Milo--tidak ada yang mempermasalahkannya. Berwajah tidak mulus itu tidak apa-apa, tidak mengurangi nilainya sebagai manusia.
"Gak makan, Mil?" tawar Monda.
Milo menggeleng sambil nyengir. "Gue mau jaga makan deh, biar kulit gue sehat."
Monda mengangguk maklum.
***
Milo dan Monda melewati mading wawancara Diana mengenai self love yang mereka klaim sebagai total bullshit itu.
Orang secantik Diana, seharusnya tidak sulit mencintai diri sendiri--toh ia sudah mendapat banyak cinta dari banyak orang. Namun, bagaimana jika semua cinta itu direduksi pada keelokan rupanya? Bahwa seluruh mata hanya menatap Diana sebagai kecantikan kosong, tidak ada isinya.
Manusia lebih dari sekadar tampangnya. Kecerdasan, kepribadian, perilaku, seharusnya ikut dijadikan pertimbangan. Selama ini, Milo pikir, tidak adil karena masyarakat terbiasa menghakimi buku dari sampulnya--maka si pemilik sampul paling menarik lah yang dengan mudah memenangkan dunia.
Tapi, bagaimana jika ternyata--mereka yang rupawan pun sama kalah dengan kita yang biasa-biasa saja? Jangan-jangan, mereka pun sering diremehkan, sama seperti kita.
"Mil. Kayaknya kita gak bisa sering-sering bareng makan ketoprak tiap pulang sekolah lagi deh,"
"Kenapa?"
Malu-malu, Monda menjawab, "Gue bakal daftar gym."
"Kok tiba-tiba?" Kening Milo berkerut.
"Kan elo yang nyuruh gue turunin empat puluh kilo, Mil," kata Monda.
"Kalau lo merasa terbebani, gak usah lah. Gue kan cuma bercanda."
"Gak merasa terbebani kok, Mil. Gue pengen sehat, biar..." Monda sengaja menggantung kata-katanya.
"Biar apa?" tanya Milo penasaran.
"Biar ganteng. Biar lo naksir!" seloroh Monda. Tawa mereka menggelegar.
***
Sepasang sahabat itu duduk di bawah pohon jambu, bertukar canda seperti biasa. Dalam kepala mereka, terbentuk konstruksi baru tentang makna mencintai diri sendiri.
Self love itu bukan menerima diri apa adanya, karena menerima apa adanya adalah alasan untuk orang-orang yang malas berusaha. Self love adalah perjalanan, yang tujuannya bukan kesempurnaan. Karena setiap manusia pasti punya kekurangan--kalau bisa, ya diperbaiki. Kalau tidak bisa diperbaiki, berarti harus diterima dengan lapang dada.
Ada banyak cinta untuk diri kita--terlepas dari kita yang tidak sempurna. Hanya saja, seluruh cinta itu tidak akan terasa, apabila kita belum mencintai diri sendiri.
-- TAMAT--
KAMU SEDANG MEMBACA
Tunarupa ✔️ | FLUFFY Short Story
EspiritualKalau cantik itu ujian, berarti jelek itu kutukan. "Biasanya orang yang bilang "love yourself" itu orang yang udah cakep dari sononya. Yah, kalau gue secakep mereka sih gue juga bakal cinta diri sendiri lah." -Milo "Kegantengan itu lotre genetis pa...