Lo!!!-03

142 27 4
                                    

Maaf jika banyak typo 🍎












!!!!!!!









Tak seperti kemarin, hari ini Irene berangkat terlambat lagi.

"Tujuh belas menit tiga puluh empat detik!" Ujar suara yang begitu familiar di telinganya.

Irene malas menatapnya. Ia pun hanya menunduk sembari menunggu apa hukumannya hari ini.

"Kemarin nggak terlambat, tapi sekarang terlambat lagi," ujar Suho.

"Gak usah banyak ngomong! Gue harus ngapain hari ini?" Tanya Irene tanpa menatap Suho.

"Bersihin ruang OSIS," ujar Suho.

Tanpa menjawab, Irene langsung pergi begitu saja. Tentu saja pergi ke arah ruang OSIS.

Suho benar-benar bingung dengan sikap gadis yang satu itu. Kenapa tiba-tiba gadis itu seolah marah? Biasanya meskipun kesal, gadis itu tetap cerewet menyampaikan kalimat-kalimat alasan yang memicu perdebatan.

Tapi tunggu! Kenapa Suho begitu memikirkannya? Ah.... Tapi memang rasa mengganjal di hatinya yang tiba-tiba muncul itu tak bisa berbohong.

"Kak," suara Sowon menyadarkan Suho.

"Eh, iya?"

"Tadi gue lupa bilang, kalo Kim Doyoung juga nyalonin diri buat jadi ketua OSIS selanjutnya," ujar gadis Kim itu.

"Oh... Gitu, terus berkasnya gimana?"

"Gue taruh di ruang OSIS sih, dimeja pojok, Lo bisa cari sendiri nanti,"

Suho mengangguk paham. "Ya udah, Lo sama yang lain balik aja, gue mau ke ruang OSIS dulu," ujarnya.

Sowon pun mengajak yang lain untuk kembali ke kelas, sedangkan Suho kini menuju ke ruang OSIS.

Tak. Tak. Tak.

Suara tersebut membuat Suho mengerutkan keningnya. Ia segera membuka pintu, dan matanya auto membelalak sempurna.

"Gue tuh mandiri! Enak aja dia bilang gue manja!" Ujar Irene kesal sambil mengepel lantai dengan kasar.

"Woi! Tuh pel bisa rusak!" Ujar Suho.

Irene yang mendengar itu berhenti sesaat, setelah itu melanjutkan aktivitasnya lagi.

Suho yang melihat jika benang-benang lap pel itu sudah berceceran pun segera merebutnya dari tangan Irene.

"Gila Lo ya! Ini fasilitas sekolah dengan enaknya Lo rusak gitu aja?!" Omel pemuda Kim itu.

Irene yang masih kesal dengan Suho pun hanya menatapnya malas.

"Kalo Lo ada masalah pribadi, jangan dilampiaskan di sekolah dong!" Ujar Suho yang langsung membuat hati Irene serasa terbakar amarah.

"Pokoknya Lo harus ganti ini!" Ujar Suho.

"Berapa?" Irene menatap remeh.

Suho tersenyum miris. "Berapa? Bukan jumlahnya, tapi rasa tanggung jawab Lo yang abis ngerusak barang yang bukan punya Lo!" Ujarnya.

"Ck, tinggal ganti doang, gak ribet!" Ujar Irene kemudian meninggalkan ruang OSIS tersebut.

Suho yang didalam pun hanya mengelus dadanya sambil menatap miris lap pel yang benangnya sudah berantakan itu.








!!!!!!!








"Rene, pulang nanti Lo kemana?" Tanya Wendy.

Irene tampak berfikir. Benar, setiap pulang sekolah ia memang tak langsung pulang. Ia akan berjalan jalan sampai malam, atau sekedar nongkrong di kafe.

"Kalo gak ada rencana, gue mau nginep di apart Lo," ujar Wendy.

Mata Irene langsung berbinar. "Nginep aja!" Ujarnya.

Wendy tersenyum. "Makasih ya, gue ga ada temen di rumah soalnya,"

Irene tersenyum. "Ortu Lo dinas?" Tebaknya.

Wendy menggeleng. "Bukan, mereka pergi ke acara pernikahan anak rekan kerjanya di luar negeri,"

Irene mengangguk paham. Kedua gadis itu menatap Seulgi yang baru saja memasuki kelas.

"Ada anak-anak OSIS minta sumbangan, punya duit receh gak? Duit gue tinggal selembar nih," Seulgi menunjukkan selembar uang berwarna biru itu.

"Sama," ujar Irene.

Wendy pun auto mengecek yang sakunya. "Gue ada, lima ribu," ujar Wendy mengeluarkan uang tersebut.

Tak lama, anak-anak OSIS itu pun datang sembari membawa sebuah kotak yang nantinya digunakan untuk menerima uang sumbangan.

Irene memutar bola matanya malas kala melihat Suho yang datang bersama Hanbin dan Dahyun.

Hanbin dan Dahyun yang membawa kotak itu pun mulai mengitari kelas, dapat Suho lihat Irene juga memberikan sumbangan.

"Kasih gue kembalian dong," ujar gadis Bae itu.

"Berapa?" Tanya Hanbin.

"Duit gue kan lima puluh ribu, kasih kembalian,"

"Iya, mau kembalian berapa?" Tanya Hanbin.

"Berapa aja, yang penting cukup-"

"Cukup buat beli permen, kan" potong Suho tiba-tiba dan memberikan Irene kembalian dua ribu rupiah.

Irene menatap kesal ketua OSIS itu. Belum sempat ia protes, cowok bernama Kim Suho itu sudah lebih dahulu memberi penutup dan meninggalkan kelas Irene.

Wendy yang berada disampingnya itu menepuk pundak Irene. Sebenarnya ia dan Seulgi ingin tertawa, tetapi mereka tahan.








































Suka gak? Suka gak?
Lanjut gak? Lanjut gak?
🍎Ayo ramaikan!!!!

Lo!!!-SuReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang