Heran sama wattpad 😤😒
Maaf jika banyak typo 🍎!!!!!!!
"Ngapain disini?" Tanya Irene yang bingung. Tadi si ketos ini memintanya untuk mengikutinya. Ia kira, ia akan dihukum, tapi ternyata tidak. Mungkin? Karena mereka kini sedang berada di taman sekolah, yang letaknya didekat lapangan tenis.
Sementara Suho tak perduli dan duduk di bangku panjang yang ada di sana.
"Oh..." Irene tersenyum, kemudian mendekati Suho. "Lo gak akan ngehukum gue ya?" Gadis itu menaik turunkan alisnya.
Suho menatap gadis itu dengan tatapan tajam, sementara Irene masih tersenyum.
"Siapa bilang? Hukuman Lo nyirami tanaman, sekaligus hitung, ada berapa bunga mawar disini?"
Perlahan senyum Irene luntur dan tergantikan dengan kedua matanya yang melebar.
"Cepet mulai, sebelum bel istirahat berbunyi" ujar Suho dan dibalas cebikkan kesal Irene.
Gadis itu menghentak-hentakkan kakinya kesal, mengambil selang dan kemudian menyirami tanaman.
.
.
."Ada 99 bunga mawar disini," ujar Irene setelah berhasil menghitung bunga mawar disana.
"Ada berapa yang mekar dan berapa yang kuncup?" Tanya Suho.
Irene melebarkan kedua matanya lagi. Pertanyaan macam apa itu? Bukankah ia hanya meminta menghitung saja tadi? Huh! Irene semakin kesal sekarang!
"Mana ada pertanyaan gitu?" Protesnya.
"Ada. Hitung lagi!"
Dengan terpaksa, ah....sangat terpaksa lebih tepatnya. Irene pun kembali menghitung bunga mawar tersebut.
"Ada 27 bunga kuncup dan 72 bunga mekar," ujar Irene setelah cukup lama kembali menghitung.
Suho tersenyum. "Berarti jumlahnya?"
Irene menarik nafasnya dalam-dalam. Tampaknya ketos satu ini sedang mempermainkannya. Tau gitu mending Irene dapat hukuman bersih-bersih aja! Meskipun menguras tenaga kan tidak menguras emosi.
"Jumlahnya 99 pak ketos yang terhormat," kesal Irene.
"Oke, kamu boleh kembali ke kelas"
!!!!!!!
Kini waktunya pulang, selama sekolah, Irene memilih untuk tetap dikelas dan malas keluar. Tapi tenang, dia makan kok, tadi saat istirahat dia titip beli makanan ke salah satu teman kelasnya.
"Perasaan gue aja, apa emang si ketos yang dari tadi merhatiin kita?" Bisik Wendy sambil sesekali melirik manusia yang berada didekat gerbang sekolah.
Irene menatap kearah yang Wendy maksud, kemudian tatapan datar mereka bertemu.
"Biarin aja," ujarnya tak perduli.
Wendy tentu tidak heran dengan sikap Irene yang seperti ini.
"Malem nanti mau ke festival gak?" Kini gadis berambut pendek itu mengalihkan pembicaraan.
"Boleh,"
Mendengar jawaban Irene, membuat Wendy tersenyum lebar. Ia pun dengan semangat menggandeng tangan Irene keluar sekolah. Mereka menuju ke sebuah taksi yang tentu Wendy pesan sebelumnya.
Sementara Suho, pemuda itu masih memperhatikan sampai taksi tersebut melaju pergi.
Entah kenapa, Suho rasanya tak bisa jika mengalihkan pandangannya dari gadis itu. Ya Irene tentunya. Memang siapa lagi?
"Suho! Dicariin malah disini," seorang pemuda tampan menghampirinya.
"Mau nebeng Lo?" Tebak Suho.
Pemuda itu tersenyum. "Iya, hehe"
Suho mendengus, tapi sesaat kemudian ia tersenyum. "Oke, tapi kali ini ada syaratnya,"
"Apaan?"
"Minta nomornya murid sini, Lo punya kan?"
"Emang nomor siapa?"
"Irene"
.
.
."Yah.... hujan," Wendy melengkungkan bibirnya kebawah. Melihat gerimis yang turun dan kemudian menjadi hujan.
Irene menatap malas sambil memasukkan camilan kedalam mulutnya.
"Rene, gimana nih... Hujan!"
"Kalo hujan ya jangan pergi,"
Wendy akhirnya duduk disamping Irene dengan malas.
"Gak usah gitu juga kali," Irene memberinya toples yang berisi keripik.
"Nonton horor gak buruk kalo lagi begini," ujar Irene lagi.
Wendy menatapnya. Mulai berfikir, dan tampak tersenyum. Ia tertarik kali ini. Segera ia menarik tangan Irene menuju ruang tengah apartemennya.
"Santai kali," Irene menatap malas.
"Matiin lampunya," ujar Wendy.
"Ngapain dimatiin?"
"Biar lebih menghayati,"
Biar cepat, Irene pun mematikan lampu, dan hanya membiarkan tv yang menyala.
Keduanya mulai fokus saat film yang bergenre horor itu diputar. Baik Wendy maupun Irene, mereka menikmatinya. Toh, besok libur kok.
Ting!
Suara ponsel Irene membuat gadis itu mengalihkan pandangannya dari tv. Ia memeriksanya, alisnya menukik bingung. Kemudian ia mengabaikan pesan masuk itu, dan kembali fokus pada filmnya.
Masa bodoh dengan orang lain yang menunggu balasannya.
ToBeContinue 🍎
KAMU SEDANG MEMBACA
Lo!!!-SuRene
Fanfiction!!!!!!! "Lo lagi.... Lo lagi.....!" Suho memijat pelipisnya. "Kapan sih Lo nggak bikin ulah?" "Kapan-kapan kalau gue pengen" Irene Suho menggeleng. "Emang Lo nggak capek masuk BK mulu?" "Capek sih, masuk ke hati Lo aja, boleh gak?" _________________...