LO!!!-13

94 11 2
                                    

"Lo cantik kalo rapi gini,"

Entah sudah berapa kali sejak kemarin kalimat itu terucap, rasanya kepala Irene hanya terisi oleh kalimat tersebut. Gadis Bae itu terus-terusan kepikiran hal tersebut, dan membuatnya sering menghela nafas.

Pada pagi hari yang cerah ini, ia bangun pagi seperti biasanya. Ia juga bersiap pergi ke sekolah dengan memakan waktu yang tidak terlalu lama. Kali ini, ia mengoleskan liptint merah pada bibirnya, tak lupa memasukkan liptint tersebut di tasnya.

Dirasa sudah siap, Irene pun bergegas pergi ke sekolah dengan bus. Setelah menunggu di halte, bus tersebut pun tiba dan Irene bisa melalukan perjalanannya ke sekolah.

Seperti biasa, ia duduk di pojok dan membuka jendela bus nya. Menikmati angin pagi yang menerpa wajah cantiknya.

Tak membutuhkan waktu yang lama, kini ia telab tiba di sekolahnya. Berjalan santai memasuki gerbang yang akan tertutup itu.

"Cepet masuk neng, udah bel tuh!" Ujar satpam, lalu menutup rapat pintu gerbangnya.

"Makasih, pak" balas Irene.

Dari kejauhan, Suho menatap lekat gadis tersebut. Irene berpenampilan rapi, kaus kaki sesuai, sepatu yang sesuai, hanya tidak menggunakan dasi. Suho menghalangi Irene begitu gadis itu melewatinya.

"Kenapa? Gue nggak telat, kok" ujar Irene.

"Dasi lo, mana?" Tanya si ketos.

"Ada di tas" jawab Irene.

"Pake!" Suho menatap tajam gadis itu.

"Ntar, gue mau ke kelas!" Irene menerobos masuk, dan dengan cepat Suho menahan tangan gadis itu.

"Pake, atau gue geledah tas lo?!"

Mendengar kalimat tersebut, Irene pun berdecak malas. "Ck! Iya, nih gue pake!" Kesalnya.

Gadis Bae itu pun mengambil dasinya, kemudian memakainya. Suho sebenarnya sadar, jika gadis itu mengenakan pewarna merona pada bibirnya.

Tapi si ketos itu membiarkannya, dan menyuruh anak OSIS lain untuk berkeliling, mengecek apa semua sudah masuk kelas, atau menangkap siswa yang mungkin sedang memanjat pagar.

"Udah, gue mau ke kelas!" Ujar Irene begitu selesai memakai dasinya.

Tapi tak semudah itu. Nyatanya, Suho kembali menahan tangannya. Si ketos itu menatapnya lekat, membuat Irene hanya bisa diam akan tatapan yang sebenarnya lebih menunjukkan kecurigaan itu.

"Hapus, sebelum ketauan sama guru," Suho menatap agak kebawah, tepat pada bibirnya.

Irene paham, tapi ia mencoba mengabaikannya. "Hapus apaan? Gue gak ngotorin tembok sekolah, kali!"

"Ck! Gak usah pura-pura gak tau!" Suho menatap kembali kedua mata itu.

Irene memutar bola matanya. Sial, ternyata ia tak bisa mengelak dari pemuda yang satu ini. "Iya, iya! Ntar gue hapus!" Gadis itu menghempaskan tangan Suho agar terlepas dari tangannya.

"Gue kasih peringatan, biar pelanggaran lo gak nambah mulu!" Suho memberikan tissue basah pada Irene.

"Niat banget nyediain ginian," gerutu si cantik itu.

"Pokoknya gue gak mau tau, lo harus hapus lipstick lo itu!"

"Ini liptint, ya!" Protes Irene, kemudian pergi dengan tatapan sinisnya.

Suho hanya bisa membiarkannya. Sedangkan Irene terus menggerutu sepanjang jalan.

"Baru aja kemarin dia muji gue, sekarang udah ngeselin aja! Maksudnya gimana coba tuh orang!!!" Si cantik itu terus menggerakkan bibirnya untuk mengejek si ketos.


!!!!!!!


Setelah selesai dari ruang guru, Suho pun berjalan menuju kantin. Tak lama lagi ia akan melepas jabatannya. Membuat dirinya semakin bersemangat untuk membuat kesan yang baik sebagai ketua OSIS.

"Eh, kak Suho tuh keren banget, gak si?"
"Ya emang! Dia kan harus keren buat jadi ketos"
"Apalagi pas pidato, jadi lebih berwibawa dia,"

Suho hanya tersenyum tipis mendengarnya. Ia sudah berhasil menjadi seorang ketua OSIS—

Braaak!

Ups. Sepertinya belum ya, Suho?

Senyumnya luntur begitu mendengar suara meja yang bergeser itu.

"Temen gue tuh cuma nyuruh Lo minggir, biar gak ngalangin jalan! Harusnya Lo tinggal minggir! Gak usah pake ngatain temen gue ya, sat!" Suara Irene menggema di seluruh sudut kantin.

"Emang gitu, kan? Temen lo ini tuh sok kalem, padahal aslinya—"

PLAK! Satu tamparan itu cukup keras untuk memotong kalimat sang lawan bicara.

Semua orang kaget, termasuk si ketos yang masih belum bergerak dari tempatnya.

"Lo kalo gak bisa dapetin Wendy, ya artinya lo gak pantes buat temen gue!" Tatapan tajam itu masih menusuk.

Siswa yang tadinya memegang pipi itu menatap tak terima pada Irene. Ia mengangkat tangannya, bersiap untuk membalas gadis itu. Tapi begitu ia akan menggerakkan tangannya, seseorang mencegahnya.

"Lo cowok, kalo lo lupa" ujar si ketos.

Siswa itu meliriknya. Si ketos berdiri disampingnya, dengan tatapan tegasnya.

"Minta maaf!"

"Hah?!" Siswa itu tampak kaget.

"Minta maaf! budek, lo?" Sewot Irene.

"Irene..." Tegur Suho yang membuat Irene langsung merotasikan matanya.

"Minta maaf! Gak seharusnya lo bikin malu dengan cara lo berantem sama cewek," Suho masih berusaha menenangkan suasana.

"Tapi dia udah nampar gue!" Protes siswa itu.

"Dih? Lo yang mulai duluan!" Bukan Irene kalau tak membalas.

Suho menghela nafasnya. "Lo!" Suho menunjuk siswa itu. "Minta maaf sama mereka berdua. Gak seharusnya lo kasar sama cewek," ujarnya. Kemudian beralih menatap Irene. "Dan, lo! Minta maaf karena udah nampar dia," ucapnya mutlak.

"Tap-"

"Gaada protes, atau gue bawa kalian ke kesiswaan?"

















To Be Continue...
Seabad gak update(?)🤣✌🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lo!!!-SuReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang