Sahur

140 42 16
                                    

Pagi-pagi buta sekali Ria mulai membuat keributan di dapur, gadis berkaos hitam itu sibuk berkutat dengan pisau dan saudaranya. Ia mencoba memasak secepat mungkin untuk tamunya yang kini masih lelap di kamar. Sejenak, jemari Ria berhenti, kepalanya menoleh melihat sup yang mendidih di panci.

"Duh, Claire sama Jasmine kenapa nggak bangun, sih?"

Ia menggerutu, kerepotan karena bangun terlambat dan belum ada makanan sama sekali untuk sahur.

"Kak Ria sedang apa?"

Suara itu membuat Ria spontan memegang dadanya terperanjat, ia lantas menoleh. "Claire, bantuin aku siapin makanan, ya. Nih, tinggal ditaruh di meja aja," ujarnya seraya menyerahkan sepiring ayam goreng.

Claire menerima piring itu diiringi senyum tipis, wajah mengantuknya hilang sepersekian detik ketika ia berbalik badan dan menemukan Jasmine berdiri dengan surai acak-acakan. Gadis itu terkejut, lantas menghela napas panjang.

"Kukira siapa tadi," kata Claire, "tolong bangunkan Lucius dan Ethan, ya."

Jasmine menguap lebar, tangannya bergegas menutup mulut sambil berjalan gontai ke kamar sebelah.

Karena masih mengantuk, Jasmine tanpa sadar mengerahkan kekuatannya untuk menggedor pintu. Tangan kanan gadis itu terbungkus tanah merah, membuat daya gedoran pintu terlampau besar. Hingga beberapa detik setelahnya, pintu bercat cokelat terang itu ambruk.

"Eh?!" Jasmine berseru, matanya terbelalak.

"Hua ...."

Seruan Ethan sukses membangunkan Lucius yang meringkuk di ranjang sebelah. Lelaki itu mengucek mata, gerakannya terhenti begitu melihat Jasmine yang mematung di ambang pintu.

"Ethan!"

"Jasmine! Keluar, cepat!" teriak Ethan histeris. Ia buru-buru menyambar selimut yang bergumul di ujung ranjang, berusaha menutupi tubuh bagian atasnya yang telanjang. "Jasmine!"

"A-ah, i-iya!" Gadis itu tergagap, setengah bingung, tetapi cepat-cepat memaksa kakinya beranjak dari sana. Pemandangan barusan sungguh—ah, lupakan saja, Jasmine tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk insiden tadi.

Claire berpapasan dengan Jasmine saat akan kembali ke dapur, tetapi urung melanjutkan langkahnya ketika melihat wajah gadis itu yang semerah tomat. Apa Jasmine sakit?

"Jasmine, kamu demam?" tanya Claire.

Ia berhenti, menoleh sekilas sebelum terbirit-birit ke kamarnya. Jasmine menyandarkan punggungnya ke pintu diiringi helaan napas yang tersendat.

Kedua tangannya bergerak menuju pipi, panas. "I-itu tadi apa?"

***

HALO!

Aku muncul lagi di sini
Masih mau lanjutkah?

Bisikin aku apa yang ingin kamu baca tentang keempat anak ini🔥

Tamu Tak Diundang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang