29

150 22 5
                                    

"Good Morning,"

Anye akan menjawab salam pagi itu, namun saat tersadar kalimat itu meluncur dari bibir seseorang yang membuatnya menangis semalaman, wajah Anye berubah sendu.

"Masak apa pagi ini? Wah, ada udang goreng. Ada gulai kakap juga. Kamu memang sejago itu ya? Pantes aja Davin betah ada dirumah."

Itu sebuah pujian atau sindiran?

"Tapi memang nggak apa - apa, sepagi ini udah makan makanan berat? Ada kopi nggak?"

"Biar saya yang buatkan, Mbak,"sahut Anye melihat Clara membuka rak mencari kopi.

"Kamu lanjut aja masaknya. Aku bikin sendiri kopinya. Tamu jaman sekarang nggak boleh manja. Apalagi tamunya dadakan kayak aku,"Clara mengedip santai pada Anye. Menuangkan biji kopi pada mesin kopi.

Anye hanya tersenyum kecil. Kembali melanjutkan aktifitas meski hatinya ketar - ketir karena melihat penampilan Clara pagi ini dengan rambut basahnya.

Jadi semalam Clara menginap disini dan mereka tidur bersama? Astaga, laknat sekali kelakuan dua manusia nggak punya hati itu. Terlebih si Davin. Cuih, kamu menangisi laki - laki yang nggak jauh beda dengan Adrian Nye. Bahkan kemarin kamu sempat berharap akan hidup bahagia bersama Davin.

Tapi coba lihat sekarang, belum sampai dua puluh empat jam dia udah tidur bareng cewek lain.

"Aduh,"Anye mengaduh sampai spatula yang di pegangnya terlempar jatuh. Ia mengibaskan tangan yang perih terkena cipratan kuah gulai yang panas lalu buru - buru mengucurinya dengan air kran.

"Kenapa?"Clara menoleh pada Anye.

"Nggak apa - apa Mbak. Cuma kena kuah sedikit."

"Kamu sih nggak hati - hati. Masaknya pasti sambil ngelamun. Coba lihat tangannya,"Clara menghampiri Anye. Bertanya sedikit cemas tentang luka di tangannya.

Kenapa dia baik sekali? Anye kan jadi tidak enak kalau harus membenci Clara.

"Kulitnya melepuh,"gumam Clara melihat kulit kemerahan tangan Anye. "Aku ada salep buat luka bakar kayak gini. Bentar aku ambil setelah selesai bikin kopi ya."

Tuh, kan. Plis deh jangan terlalu peduliin Anye gini. "Enggak usah, Mbak. Di oles odol juga sembuh kok nanti."

"Nggak apa - apa. Cuman salep ini kok. Lagian kalau tangan kamu sakit nanti Davin malah marah - marah karena nggak bisa makan masakan kamu."

Anye meringis melihat Clara tersenyum manis padanya. Lord, ini lebih menakutkan daripada kutukan nenek sihir yang datang di mimpi Anye semalam.

"He's the boss here,"bisik Clara melirik ke ruang depan karena mendengar suara Davin sedang bercengkrama dengan Karamel. "Aku ke depan dulu ya, bawa kopi buat Davin,"Clara mengangkat dua cangkir berisi kopi di tangan kemudian berlalu pergi. Meninggalkan Anye dengan rasa perih di tangan dan juga di hatinya.

Sejak kapan Davin suka kopi? Bukannya dia paling nggak bisa makan sama minum yang pait - pait. Ish! Anye menghentak kaki menahan kesal bercampur sedih.

Kekesalannya semakin memuncak melihat kepala ikan kakap di dalan panci dengan mulut terbuka dan mata besarnya seperti sedang melotot padanya. Ngapain juga harus masakin makanan kesukaan dia kalau pada akhirnya Anye harus diperlakukan seperti ini? Akh sebel.

"Kopi?"

Davin memundurkan kepala melihat Clara muncul membawa kopi dan menyodorkannya dengan seulas senyum manis.

"Nggak pahit. Udah aku banyakin creamnya. Nih,"

Davin menggeleng tidak mau. "Aku gak suka kopi."

My Cinderella (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang