Savant Biru Laut | Part 5

9 0 0
                                    

"Maaf lama menunggu!"

Seolah bertepatan waktu, Hikari muncul sambil membawa dorongan. Di atasnya tersaji sarapanku. Dengan tangan cekatan, dia meletakkan makanan di depanku, diikuti pisau dan garpu di kedua sisinya. "Silakan menikmati," katanya sambil menundukkan kepala dan senyum berseri, lalu pergi ke tempat lain sekali lagi. Kelihatannya dia masih harus mengurus pekerjaan lain.

Sembilan buah bola risotto goreng di atas selada. Sup ikan, salad, dan sandwich dibuat dari roti Italia. Ditambah kopi.

"Sashirono itu keren sekali, ya?" Akane bergumam, mengamati makananku.

Yayoi Sashirono.

Dia mengelola dapur mansion, tapi bukan seorang karyawan. Memang, dia diundang ke pulau itu sebagai salah satu jenius. Telah berada di sini selama lebih dari setahun, pada momen ini dia itu tamu terlama. Sudah pasti banyak pengunjung elit datang ke pulau itu sembari berharap mencoba masakannya.

Secara resmi, dia ahli masakan Barat, tapi dia pun sama terampilnya memasak jenis lain, baik itu masakan Cina, Jepang, atau apa saja. Dia seorang jagoan memasak, dikenal baik oleh siapa pun di dunia kuliner─atau begitulah cerita tentangnya. Secara pribadi, aku bahkan lebih tidak peduli soal memasak daripada soal seni dan akademis, jadi sayangnya aku bahkan belum pernah mendengar tentang Yayoi sampai mengunjungi pulau itu, namun kebagian mencoba hidangannya tiga kali sehari ditambah makanan ringan di sela-sela waktu makan, aku akhirnya mengakui kehebatan kulinernya yang luar biasa.

Citra khas seseorang bernama depan seperti "Yayoi" itu biasanya seorang gadis sok tahu atau bertubuh pendek namun gagah, tapi Yayoi ini tak cocok deskripsi mana pun, malah terkesan angin segar, seorang wanita bermartabat berambut pendek. Bersikap santun, dia bukan tipe congkak, meski dipanggil jenius. Dia mungkin orang paling rendah hati di seluruh pulau selain aku. Demikian juga, dia orang kedua paling ramah. Kebetulan, Hikari menduduki posisi pertama. Lagi-lagi aku berceletuk tak keruan.

Kabarnya Yayoi memiliki kekuatan yang membuatnya bisa membuat makanan lebih baik dibanding juru masak lain, tapi apa itu? Aku ingin tahu, namun belum berkesempatan untuk bertanya langsung. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya di dapur (bukankah itu namanya tipe penyendiri?) jadi jarang aku mendapat kesempatan untuk berbicara padanya.

Kuperhatikan Akane mengincar bola risotto-ku, seolah lapar. Setelah beberapa saat aku diam saja, dia mengalihkan pandangannya padaku. Sesuatu tentang matanya sedikit berbeda dari sebelumnya. Seperti karnivora berburu mangsa.

"Pernah dengar orang-orang awalnya tidak mengenali angka lebih dari tujuh?"

"... Sebenarnya, pernah."

Rupanya, semua angka setelah tujuh hanya dianggap sebagai "banyak". Aku juga mendengar pada pelatihan di programku ini alasan mendasar mengapa Orang Gila dibatasi hanya tujuh orang.

"Ya, melihat hal-hal secara objektif, jika sembilan bola risotto-mu berkurang menjadi delapan, kupikir itu bukan kerugian besar."

"Dan?"

"Kamu bebal, ya? Bagaimana mungkin kamu bisa akrab dengan Kunagisa?"

"Tak seperti itu di antara kami."

"Jangan mengalihkan pembicaraan. Kamu meminta salah satu dari Tujuh Orang Gila menundukkan kepalanya, bukan? Baik. Bola risotto Sashirono itu enak, jadi beri aku satu. Senang?"

"..."

Aku menyerahkan piringku padanya tanpa mengatakan apa-apa.

Akane dengan gembira mulai melahap bola risotto, satu demi satu. Belum lama berselang, semua telah lenyap. Rupanya yang dimaksud "satu" itu "satu piring".

Serial Zaregoto: Pemenggalan Siklus Kubikiri (Indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang