Jangan lupa untuk tinggalkan jejak :)
○○○
Laki-laki dengan kacamata hitam itu turun dari jet pribadinya. Akhirnya, ia kembali lagi setelah dua, wait, tiga? Entahlah dua atau tiga tahun atau bahkan empat?. Aish lupakan.
Lega rasanya bisa kembali lagi kesini, setelah sekian lama berada di negeri orang. Yah, meskipun tidak banyak perbedaannya."Welcome back, Sir." sapa seorang pria yang dengan jas hitam beserta earphone khusus yang bertengger di telinganya. "Ini kunci mobil anda"
"Thanks." ucap laki-laki itu yang bernama Denzel Ardhatama sebelum mengambil kunci mobil yang diberikan pria tadi dan berjalan menuju mobil yang sudah lama tak ia pakai. Bisa saja dia membawanya pergi bersama, karena tidak ingin repot, ia memilih untuk membeli mobil baru.
Jangan kalian pikir Denzel membeli mobil dengan uang kedua orangtuanya. Tidak, tentu tidak. Ia memiliki usaha sendiri. Jelas saja, Denzel kuliah mengambil jurusan bisnis. Yang pastinya, ia ingin mempergunakan ilmu itu baik-baik. Dan dapat dilihat sekarang, ia sudah memiliki perusahaan sendiri yang ia bangun dari nol. Meskipun belum sebesar milik ayahnya, tidak masalah. Memang itu yang dia inginkan memulai semua dari nol, mengetahui bagaimana prosesnya, ia hanya tidak ingin dicap sebagai penerus yang hanya bisa mengandalkan orangtuanya. Dan jangan lupakan bahwa, jika Denzel menginginkan sesuatu, maka sesuatu itu harus bisa ia raih dengan cara apapun. Hal itulah salah satunya.
Semua orang tahu bahwa seorang Denzel Ardhatama adalah pewaris tunggal perusahaan milik ayahnya. Namun, Denzel memilih untuk membangun usahanya sendiri sebelum ia mengurus milik ayahnya. Yah, meski akhirnya perusahaan itu jatuh ke tangannya, setidaknya ia juga punya usaha yang ia bangun sendiri tanpa campur tangan ayahnya. Entahlah, menurut Denzel itu adalah suatu kebanggaan tersendiri.
Sesampainya di apartment, Denzel memilih untuk membersihkan dirinya agar terlihat lebih segar. Baru setelahnya ia mengistirahatkan tubuhnya yang lelah karena perjalanan yang panjang. Sebelum besok ia harus memulai aktivitas disini.
○○○
Mobil warna hitam itu baru saja terparkir dengan manisnya. Seseorang keluar dari sana dengan tas yang sudah tersampir di pundak kanannya. Banyak pasang mata yang langsung memusatkan pandangannya ke arah Denzel. Huh, sudah biasa ia menjadi pusat perhatian, bahkan sewaktu ia bersekolah di negara yang dijuluki Negeri Paman Sam itupun, banyak yang mencari perhatiannya dan mencoba mendekatinya. Namun, apalah daya mereka. Perlu diketahui bahwa Denzel adalah orang yang tidak peduli akan hal itu, kecuali hal itu sudah kelewatan, maka siap-siap saja untuk berhadapan dengan monster yang ada dalam diri Denzel.
Berani mengacaukan mood atau bahkan membuat emosinya memuncak, katakan selamat datang pada kematian. Ya, itu benar. Karena siapa yang berani membuat Denzel terusik, maka tidak akan ada yang bisa terlepas dari jeratannya. Berani melarikan diri? Tingkat kematianmu akan berada di level yang tinggi.
Denzel berjalan di sepanjang koridor kampus sebelum menuju ke rooftop. Ia memilih ke rooftop terlebih dahulu, karena kelasnya akan dimulai pukul 11. Sedangkan sekarang masih pukul 10. Ia merasa suntuk berada di apartment sehingga memilih rooftop kampus untuknya singgah. Tidak ada yang berani kesana sebab sudah tertulis dipintu. Siapa yang berani kesana akan mendapatkan kejutan yang mengerikan.
Seperti saat ini, baru saja ia sampai di rooftop kampus. Moodnya langsung menurun drastis. Bagaimana tidak? Ada seorang laki-laki yang berani datang di wilayah teritorialnya. Laki-laki itu-panggil saja Petra, menyadari bahwa ia tidak sendiri disana menoleh ke arah pintu masuk. Ada Denzel yang menatapnya tajam.
"Oh hai, long time no see. Kok lo berani sih? Ya sama, gue juga berani. Ngapain coba harus takut sama ancaman yang ada pintu. Nggak guna," ucap Petra seraya menampakkan senyum miringnya seolah meremehkan apa yang tertulis di pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS BOY
RomanceArabella Hendriawan Sejak aku dengan tidak sengaja menatap matanya, hidupku menjadi berubah total. Tidak ada lagi ketenangan, yang ada hanyalah tekanan. Denzel Ardhatama "Melepasmu? Heh, In your dreams. That will not happen, baby" ...