Jangan lupa untuk tinggalkan jejak :)
○○○
Matahari sudah menyambut datangnya pagi. Gadis cantik itu masih bergelung dengan selimutnya tak ingin beranjak sedikitpun dari pulau kapuknya. Bisa saja itu berlanjut sampai nanti siang jika saja sang ibu tidak membuka gorden jendela kamarnya membuat cahaya matahari masuk kesana.
Bella melenguh tanda tak nyaman karena cahaya yang mengarah padanya sehingga mau tak mau dirinya membuka mata.
"Ayo bangun, nanti terlambat ke sekolah. Udah ada yang nunggu dibawah tuh," ujar Riana sambil menarik selimut anak satu-satunya itu.
Kesadaran Bella muncul sepenuhnya. Ada yang menunggu? Siapa? Nadia kah?
"Buruan mandi, habis itu turun sarapan." Baru saja akan bertanya siapa, Riana sudah berlalu dari sana.
Aish, daripada menerka-nerka, mending mandi dan bersiap-siap.
Hanya memerlukan waktu beberapa menit, Bella sudah siap dengan seragamnya. Mengambil tas ranselnya sebelum turun menuju ruang makan. Tatapannya yang semula menatap tangga karena mengucir rambutnya sehingga mengharuskan ia menunduk beralih mendongak dan langsung bersibobrok dengan mata tajam seseorang.
Disana, tepat di ruang tamu ada Denzel yang berdiri dengan gagahnya. Sepertinya laki-laki itu baru saja masuk.
Bella meneguk ludahnya. Apa lagi ini? Jadi perkataan dan pernyataan Denzel 3 hari kemarin benar? Apakah ia barang yang bisa diklaim seenaknya? Ingin rasanya mengeluarkan protes tapi apalah daya jika keberanian saja tidak punya walau sedikit.
Riana mengajak Denzel untuk makan bersama. Sedangkan Bella tidak bisa tenang sedikitpun karena ada sepasang mata yang sejak tadi menatapnya.
"Nah, udah disini semua. Selamat makan," Riana yang berbicara karena suaminya atau ayah Bella sedang berada di luar kota mengurus sesuatu. Sepertinya Riana sudah tahu siapa Denzel. Ya jelas saja, anak pengusaha terkenal masa ia tidak tahu. Jadi wanita itu tidak banyak bertanya, bisa dilihat dengan jelas jika Denzel menyukai putrinya lewat tatapan saja. Sudah bisa ditebak jika mereka memiliki hubungan. Begitu pikirnya.
Denzel tersenyum tipis menanggapi Riana sebelum tatapannya beralih lagi pada Bella. Bella yang baru makan dua suap langsung meletakkan alat makannya ke meja dan berdiri merasa tidak nyaman jika terus-terusan ditatap oleh Denzel.
"Mm..Bella udah kenyang. Bella berangkat ya, Ma. Bye," ucapnya sebelum mengecup pipi Riana dan berlalu dari sana.
"Loh, Nadia. Astaga anak itu, duh maaf ya Denzel."
Denzel tersenyum menandakan tidak apa-apa, tapi jauh di lubuk hatinya ada rasa geram dan marah. Semuanya tertutupi dengan wajahnya yang tenang. Denzel keluar setelah berpamitan pada Riana.
○○○
Bella terus berjalan melewati mobil Denzel yang terparkir di halaman rumahnya. Dirinya tersentak saat ada yang menarik lengannya tiba-tiba yang mengharuskan berbalik badan dan menatap Denzel yang menjadi pelakunya.
"Masuk mobil, Bella!" Perintah laki-laki itu seenaknya.
Mengerti jika Bella akan melawan, Denzel memberikan tatapan tajam nan dingin seakan tal terbantahkan. Bella menghela nafasnya pasrah saat ditarik menuju mobil.
Tidak ada yang bicara semenjak mobil yang dikendarai Denzel keluar dari halaman rumah Bella.
Ingin berbicara tapi tidak ada nyali. Itulah Bella terhadap Denzel.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS BOY
RomanceArabella Hendriawan Sejak aku dengan tidak sengaja menatap matanya, hidupku menjadi berubah total. Tidak ada lagi ketenangan, yang ada hanyalah tekanan. Denzel Ardhatama "Melepasmu? Heh, In your dreams. That will not happen, baby" ...