Jangan lupa untuk tinggalkan jejak :)
○○○
"Loh loh, Bella. Jangan lari-lari nanti jatuh!" peringat Reina, ibu Bella, sebab melihat Bella yang terburu-buru menaiki tangga.
"Bella langsung ke kamar ya, Ma. Nadia udah di kamar, kan? Good night," ucap Bella sambil menaiki tangga dengan tergesa-gesa. Reina hanya mengelus dada melihat kelakuan anak semata wayangnya itu.
Brakk
"ANJIR."
"ASTAGA, BELLAA. Dateng-dateng langsung ngamuk, kenapa sih lo? Kaget tau gak?!" ujar Nadia setelah dirinya menetralkan rasa terkejutnya. Sudah datang tiba-tiba, mendobrak pintu lagi. Shock rasanya, sampai-sampai Nadia meloncat dari kasur saking kagetnya.
Bella terdiam sesaat sebelum akhirnya cengengesan tidak jelas. "Ya, maaf."
"Nih, baru aja beli." Bella menyodorkan plastik yang berisi camilan.
"Harus banget pake lari terus nyeruduk pintu? Kayak banteng aja lo," Nadia mengambil plastik tersebut dan duduk di karpet.
"Emh, itu. Gue, gue kebelet pengen berak. Iya, berak." Mungkin sementara waktu Bella tidak akan menceritakan apa yang baru saja ia alami. Ia juga belum siap untuk bercerita, selain itu dirinya juga dilanda rasa takut. Bagaimana kalau ia bercerita dan laki-laki berbahaya itu membunuhnya? Ah tidak-tidak.
"Ih, yaudah sana. Ngapain masih berdiri disitu?" ucap Nadia sambil memasukkan sepotong keripik ke dalam mulutnya.
"Gak jadi, udah masuk lagi." sahut Bella seraya memposisikan dirinya di sebelah Nadia. Bersandar pada ranjang dengan kepala menghadap ke atas dan memejamkan matanya.
"Anjay gurinjay, vulgar amat lo. Kagak boleh gitu Bella, lo mau gue seselin sepatu ke mulut?" Nadia menoleh ke arah Bella saat perkataannya tidak digubris. "Ye malah molor ni anak."
Sebenarnya Bella tidak tidur, ia hanya memejamkan matanya. Lelah, karena terlalu banyak berlari dan memikirkan semua yang terjadi hari ini. Baru tadi pagi menjelang siang, di sekolah ada kabar orang jatuh dari rooftop, malam ini bahkan baru saja melihat hal yang membuatnya merinding. Berarti memang benar dugaannya, jika laki-laki yang diatas rooftop itu memang orang yang sengaja membuat seorang mahasiswa jatuh darisana. Tak heran jika ia melihat laki-laki itu membunuh orang lain di gang kecil itu. Dasar psycho.
Untung tadi ia bisa lepas dari orang tadi. Jika tidak, apakah mungkin ia tidak akan sampai di rumah?
"Astaga, ganteng bangett sihh babang tamvanku. Ih, jadi pingin cubit ginjalnya deh."
Bella membuka matanya dan menoleh ke Nadia yang sedang fokus pada ponselnya. "Ngapain lo?"
"Eh, kirain tidur. Oh ya, tadi di kantin gak sempet lihat kan lo?"
"Siapa?"
"Kak Denzel lah, siapa lagi." jawab Nadia sambil menyodorkan ponselnya memperlihatkan sebuah foto yang katanya baru saja di upload oleh akun gosip kampus. Memang, Nadia selalu up to date jika itu tentang cogan yang ada di dekatnya maupun di seluruh dunia.
Oke, berlebihan.Rasanya seluruh tubuh Bella menjadi kaku saat melihat foto seseorang tersebut. Seriously?! Dia adalah orang yang sama? Rooftop, gang kecil, dan foto itu. Dia Denzel? Anak pemilik yayasan tempatnya bersekolah dan kampus sebelah?
Melakukan hal yang gila dan nekat."Yee, ngalamun. Pasti terpesona sama kegantengannya dia ya, ihiiyy. Apa gue bilang, lo aja sampe terbengong-bengong gitu apalagi gue. Ngiler dah gue."
"Gue tidur duluan ya, nonton filmnya lain kali aja. Ngantuk, capek juga. Bye." balas Bella sebelum naik ke ranjang bersiap untuk tidur. Sedangkan Nadia? Melanjutkan berburunya. Ya, berburu cogan untuk koleksi di galerinya. Memang terobsesi sekali si Nadia ini jika menyangkut laki-laki tampan. Katanya sih biar jadi penyemangat dan cuci mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS BOY
RomanceArabella Hendriawan Sejak aku dengan tidak sengaja menatap matanya, hidupku menjadi berubah total. Tidak ada lagi ketenangan, yang ada hanyalah tekanan. Denzel Ardhatama "Melepasmu? Heh, In your dreams. That will not happen, baby" ...