Jangan lupa untuk tinggalkan jejak :)
○○○
Denzel memasuki club yang sering ia datangi. Aroma asap rokok menyeruak di udara, lampu kerlap-kerlip begitu juga musik yang berdentum keras membuat orang-orang yang berada di lantai dansa semakin semangat meliuk-liukkan tubuhnya.
Seorang bartender yang biasa melayaninya langsung bergegas menghampiri begitu Denzel duduk di kursi bar.
"Seperti biasa?" Riko - sang bartender meletakkan gelas berukuran kecil di meja.
Denzel mengangguk pelan lalu mengambil ponsel dari saku celananya ketika benda itu bergetar.
Finn
Tuan Besar ingin Anda untuk
segera pulang, Tuan.Ternyata Finn yang mengiriminya pesan. Finn adalah asistennya, atau bisa dibilang orang kepercayaannya.
Ck. Berdecak kesal saat tahu isi pesannya.
Denzel menonaktifkan layar ponselnya tanpa membalas Finn terlebih dahulu dan menaruhnya di meja bar ketika Riko datang dengan sebuah botol wiski. Ia mengambil alih botol itu, membuka tutupnya dan menuangkannya ke dalam gelas kecil yang sudah ada lalu diminumnya dalam sekali teguk.
Menepuk pundak Denzel pelan, Riko pamit
undur diri ketika temannya sesama bartender memanggilnya. "Gue kesana dulu ya?! Have fun bro!"Seperginya Riko, Denzel termenung dengan jari-jarinya yang mengetuk-ngetuk meja bar.
Pikirannya tidak jauh-jauh dari Bella. Gadis itu, apa yang sudah gadis itu lakukan padanya? Ia sendiri pun bingung. Hatinya berdesir hebat tatkala tatapan mereka beradu pada pertemuan pertama. Seolah Bella sedang menghipnotisnya, matanya enggan beralih dari gadis itu.Ada apa ini? Denzel merasa bahwa ada yang berbeda di dalam dirinya sejak pertemuan itu, bahkan setiap hari berganti hari rasa itu kian membesar dan bergejolak. Rasa ingin memiliki yang begitu besar.
Laki-laki itu mengusap wajahnya kasar dan menghela napas pelan. Persetan dengan semua itu, yang ia inginkan hanya gadis itu menjadi miliknya dan selalu bersamanya. Tidak ada orang lain yang dapat memisahkan Bella darinya. Kalau pun ada, dengan senang hati ia memburu orang itu dan memuaskan pisau kesayangannya.
Denzel mengambil botol wiski yang tersisa setengah, menuangkannya lagi dan diteguknya. Bertepatan dengan itu ponselnya bergetar diatas meja, menampilkan panggilan dari ayahnya. Berdecak malas sebelum mengangkatnya.
"Go home, now!" Perintah ayahnya dengan suara yang tegas nan berwibawa.
"Fine!"
Ayahnya tidak akan berhenti jika apa yang ia inginkan belum kesampaian. Ah, ternyata sifat itu yang menurun kepadanya. Jadi, lebih baik ia menurutinya daripada dikawal dan dipaksa bodyguard kepercayaan sang ayah.
Denzel mengambil uang dari dompetnya dan menaruhnya di atas meja, lalu pergi dari tempat itu.
○○○
Ruang kerja sang ayah adalah tujuannya sekarang. Denzel langsung membuka pintu
tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Dapat dilihat, Jonas, ayahnya serta asisten duduk di berseberangan di sofa yang ada di samping meja kerjanya. Sepertinya mereka sedang berbicara serius.Jonas hanya menggelengkan kepalanya pelan melihat kelakuan anak semata wayangnya itu.
"Duduk!" Jonas bersuara setelah menyuruh asistennya keluar dari ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS BOY
RomanceArabella Hendriawan Sejak aku dengan tidak sengaja menatap matanya, hidupku menjadi berubah total. Tidak ada lagi ketenangan, yang ada hanyalah tekanan. Denzel Ardhatama "Melepasmu? Heh, In your dreams. That will not happen, baby" ...