13. Permulaan

3.5K 222 24
                                    

Jangan lupa untuk tinggalkan jejak :)

○○○

Suasana kelas pagi ini tidak seramai biasanya. Yang setiap saat kelas diisi oleh perdebatan antara Nadia dan Tomo, sekarang seperti toko yang kurang laku. Ada pembeli tapi sedikit. Nadia hanya memainkan ponselnya malas, kadangkali menguap. Bella pun sama, hanya menggulir layar ponsel dengan bosan. Ditambah lagi sekarang jam kosong.

"Ke kantin yuk," ajak Nadia, menggoyang-goyangkan tangan Bella.

"Habis itu ke UKS," lanjutnya lalu terkikik pelan.

Setelah Bella menganggukkan kepalanya tanda setuju, mereka berjalan keluar kelas. Koridor tampak sepi karena masih jam pembelajaran. Berbeda dengan lapangan basket indoor yang akan mereka lewati. Disana ada beberapa orang yang bermain basket. Entah membolos, diusir dari kelas, semuanya tercampur dan seolah hal itu biasa.

Bella mengerutkan keningnya kala Nadia yang ada di sebelah kanannya celingak-celinguk ke arah lapangan seperti sedang mencari sesuatu atau seseorang?

"Ngapain lo?"

"Ish, kenapa nggak ada cogan sih?! Padahal sekolah kita luas, banyak muridnya. Tapi, selama hampir 3 tahun gue sekolah disini, gue sama sekali belum nemu cogan yang mungkin dia itu jodoh yang dikirim Tuhan buat gue."

Bella memegang pundak Nadia sambil mereka berjalan. "Harusnya lo bersyukur, selama hampir 3 tahun Tomo ngejar lo terus. Siapa tahu Tomo itu jodoh yang udah Tuhan kirim buat lo. Siapa tahu ya kan?" Sahut Bella yang sekarang tengah menahan tawa.

"Ew..Mending gue jomblo aja dari pada sama dia."

"Yakin?" Semakin gencar menggoda Nadia, Bella menaik-turunkan alisnya.

"Y-yy-ya." Nadia tergagap. Belum juga Bella menyahut, ia langsung melanjutkan kalimatnya. "Udah ah, yuk?! Keburu bel pulang nih."

"Iya Nyonya."

Hah ada-ada saja Nadia ini. Menjawab ya tapi ragu. Memang gengsi sekali teman Bella yang satu ini. Ah tidak. Dua-duanya. Tomo dan Nadia, sama-sama gengsi. Ups.

○○○

Gerbang sekolah terlihat ramai. Tentu saja karena saat ini sudah jam pulang. Bahkan di parkiran terdengar gerutuan satu sama lain karena tidak sabar untuk segera keluar.

"Buset dah! Rame bener disana." Celetuk Nadia saat melihat keadaan di parkiran motor maupun mobil yang berdesak-desakan.

"Untung aja, hari ini gue nggak bawa kendaraan. Bakalan pusing tuh kalo begitu." Sambungnya lagi.

"Terus lo pulang sama siapa? Jodoh lo kan lagi nggak berdaya, astaga! Kasihan temen gue harus pulang sendiri." Sahut Bella lalu tertawa kecil.

"Nyenyenye.."

"OH MY FUTURE HUSBAND! Ini baru suami impian gue nih," pekik Nadia tiba-tiba.

Langkah Bella berhenti ketika melihat arah pandang Nadia. Ia terdiam beberapa saat sebelum Nadia kembali menyadarkannya dengan mengayun-ayunkan tangannya antusias.

"Eh, emm.. gue.. ke toilet dulu ya? Tiba-tiba kebelet nih." Cetus Bella agak gugup. Ia rasa dirinya harus segera pergi sebelum Denzel melihatnya. Jujur saja meskipun sudah memantapkan hatinya untuk berusaha menerima laki-laki itu, ia masih takut.

Bella buru-buru balik badan dan berjalan cepat masuk kembali ke gedung sekolah. Nadia ia tinggal begitu saja tanpa mendengar jawaban sahabatnya itu. Ia yakin, Nadia pasti akan uring-uringan dengan raut kesal karena ditinggal seorang diri. Namun, itu urusan belakangan. Menghindari Denzel adalah hal yang terpenting saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DANGEROUS BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang