Jangan lupa untuk tinggalkan jejak :)
○○○
Kringg kringg
Bel pulang baru saja menggema di penjuru sekolah. Guru yang berada di kelas XII MIPA 2 pamit untuk undur diri. Para murid juga tampak berdesakan agar cepat keluar dan pulang ke rumah masing-masing. Kecuali Bella dan beberapa temannya yang masih di dalam kelas.
Mereka memutuskan untuk mengerjakan tugas kelompok hari ini supaya besok-besok tidak ada beban pikiran.
"Gue sama Lista ke koperasi dulu ya, mau beli kertas folio sekalian cemilan." ujar Dira sembari menarik Lista keluar kelas setelah mendapat anggukan dari Bella serta Indra.
Masing masing kelompok memang terdiri dari empat orang. Bella dan Nadia berada di kelompok yang berbeda. Jadi hanya ada Bella, Indra, Dira serta Lista. Dan naasnya Indra laki-laki sendiri di kelompoknya.
"Kita baca materinya aja sambil nunggu mereka balik," ucap Bella pada laki-laki itu.
"Nghokey, tapi lo nggak pa-pa? Muka lo agak pucat," kata Indra.
"Hm? Gue nggak pa-pa kok. Perut gue agak sakit sedikit, tapi tenang aja. Masih bisa ditahan," jawab Bella yang membolak-balik halaman buku.
"Gue nggak yakin. Gue ambilin obat deh di UKS," Indra bangkit berdiri bersiap melangkah tapi ditahan oleh Bella yang agak terhuyung karena juga ikut berdiri tiba-tiba. Kepalanya sedikit pusing. Apa gara-gara sehari ini dia belum makan? Tadi pagi hanya makan beberapa suap saja dan tadi di kantin tidak jadi makan karena Nanda yang mengganggu.
"Tuh kan. Apa gue bilang. Udah duduk aja," ucap Indra sambil membimbing Bella agar duduk kembali. Dirinya juga terkejut saat tadi Bella oleng membuatnya spontan memegang pundak gadis itu.
Bella mencari posisi nyaman dan berakhir dengan bersandar pada sandaran kursi. Menaikkan tatapannya dan betapa terkejutnya dia saat melihat seseorang yang memandang ke arahnya dengan mata yang berkilat marah.
Indra hanya menatap Denzel dan Bella bergantian pertanda bingung.
Bella menegang saat Denzel berjalan cepat menuju ke bangkunya. Dia terpekik kaget ketika Indra yang semula berada di sampingnya sudah terkapar di lantai akibat pukulan tiba-tiba yang Denzel berikan pada wajahnya.
Indra meringis ngilu. Ada apa ini? Perasaan dia tidak pernah punya urusan dengan Denzel. Mengapa tiba-tiba dia dipukul? Dan tatapan laki-laki yang menjulang dihadapannya ini sungguh membuat nyalinya menciut.
"Ad-ada apa ya, Bang?" tanya Indra agak terbata.
Bukannya menjawab, Denzel justru menarik Indra untuk berdiri dan kembali melayangkan tinjunya bertubi-tubi. Indra hanya berusaha menangkis karena untuk melawan pun rasanya badan sudah remuk semua. Pukulan Denzel memang tidak main-main.
"Brengsek," umpat Denzel selagi memukul.
Bella yang semula mematung langsung tersadar dan berlari ke arah dua laki-laki itu. Mengabaikan badannya yang tadinya agak lemas. Berteriak agar Denzel menghentikan aksinya dan berusaha menarik tubuh Denzel agar menjauh. Tapi apalah daya, Denzel tidak berpindah dari tempatnya meski Bella sudah bersusah payah menariknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS BOY
RomanceArabella Hendriawan Sejak aku dengan tidak sengaja menatap matanya, hidupku menjadi berubah total. Tidak ada lagi ketenangan, yang ada hanyalah tekanan. Denzel Ardhatama "Melepasmu? Heh, In your dreams. That will not happen, baby" ...